Sonten Dalam Bahasa Jawa

Made Santika March 6, 2024

Bahasa Jawa, salah satu bahasa tertua di Nusantara, kaya akan ragam bahasa figuratif yang disebut “sonten”. Sonten merupakan ungkapan kias yang digunakan untuk memperindah dan mempertegas makna suatu kalimat.

Sonten memiliki peran penting dalam komunikasi masyarakat Jawa, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam karya sastra. Kehadirannya menambah kedalaman dan keindahan bahasa Jawa, sekaligus mencerminkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi.

Pengertian Sonten

soal

Sonten adalah kata dalam bahasa Jawa yang memiliki arti “membuat wayang kulit”. Sonten melibatkan proses mengukir dan mewarnai kulit hewan, biasanya kulit kerbau, untuk membuat wayang kulit yang indah dan rumit.

Proses Sonten

Proses sonten dimulai dengan pemilihan kulit hewan yang cocok, biasanya kulit kerbau yang kuat dan lentur. Kulit kemudian dibersihkan dan dihaluskan untuk menghilangkan lemak dan kotoran. Setelah itu, kulit direntangkan pada bingkai dan digambar pola wayang kulit yang diinginkan.Proses mengukir kulit menggunakan alat pahat khusus yang disebut tatah.

Tatah digunakan untuk mengukir detail halus dan rumit pada kulit, menciptakan bentuk dan pola wayang kulit. Setelah pengukiran selesai, kulit diwarnai dengan pewarna alami atau sintetis untuk memberikan warna dan keindahan pada wayang kulit.

Jenis-jenis Sonten

Sonten dalam bahasa Jawa merupakan ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan jenis-jenis tembang atau lagu tradisional. Setiap jenis sonten memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda.

Jenis-jenis Sonten

  • Sonten Langen: Merupakan jenis sonten yang memiliki struktur dan aturan yang sangat kompleks. Biasanya dibawakan pada acara-acara resmi dan sakral, seperti upacara adat atau pertunjukan wayang kulit.
  • Sonten Mijil: Jenis sonten yang dibawakan saat pembukaan pertunjukan wayang kulit. Biasanya berisi doa dan harapan agar pertunjukan berjalan lancar.
  • Sonten Gadhon: Sonten yang dibawakan saat tokoh utama dalam cerita wayang muncul atau memasuki panggung.
  • Sonten Srepegan: Sonten yang dibawakan saat tokoh dalam cerita wayang mengalami kesedihan atau kemalangan.
  • Sonten Pathetan: Sonten yang dibawakan saat tokoh dalam cerita wayang sedang berperang atau melakukan pertarungan.

Cara Membuat Sonten

Pembuatan sonten, sebuah hidangan tradisional Jawa, melibatkan beberapa langkah penting yang harus diikuti untuk menghasilkan rasa dan tekstur yang otentik.

Bahan-bahan yang Diperlukan

  • Singkong parut
  • Tepung beras
  • Garam
  • Air
  • Daun pisang

Langkah-langkah Pembuatan

  1. Campurkan Bahan-bahan: Campurkan singkong parut, tepung beras, garam, dan air dalam mangkuk besar hingga membentuk adonan yang kalis dan tidak lengket.
  2. Bungkus dalam Daun Pisang: Ambil selembar daun pisang dan olesi dengan sedikit minyak goreng. Letakkan adonan di tengah daun dan bungkus dengan rapat, membentuk segitiga atau bentuk lainnya yang diinginkan.
  3. Kukus: Kukus sonten selama kurang lebih 2-3 jam, atau hingga matang. Sonten yang matang akan berwarna kecoklatan dan empuk saat disentuh.
  4. Goreng: Setelah dikukus, goreng sonten dalam minyak panas hingga berwarna kuning keemasan. Sonten goreng akan memiliki tekstur renyah di luar dan lembut di dalam.

Ilustrasi Proses Pembuatan

Berikut adalah ilustrasi proses pembuatan sonten:

  • Adonan sonten yang sudah dibungkus daun pisang
  • Sonten yang sedang dikukus
  • Sonten yang sudah matang dan digoreng

Kegunaan Sonten

Sonten, ungkapan bahasa Jawa yang berarti “bercanda” atau “meledek”, memiliki berbagai kegunaan dalam komunikasi bahasa Jawa.

Penggunaan dalam Percakapan Informal

  • Membangun ikatan sosial dan keakraban
  • Mencairkan suasana dan mengurangi ketegangan
  • Menunjukkan rasa suka atau penghargaan

Penggunaan dalam Pertunjukan Seni

  • Wayang kulit: Sonten digunakan untuk memberikan hiburan dan mengomentari peristiwa sosial atau politik.
  • Ludruk: Sonten digunakan untuk mengkritik pemerintah atau masyarakat secara humoris.

Penggunaan dalam Sastra Jawa

  • Serat Centhini: Sonten digunakan sebagai teknik naratif untuk menyoroti aspek lucu atau menggelikan dari sebuah cerita.
  • Serat Wedhatama: Sonten digunakan untuk menyampaikan ajaran moral dan kebijaksanaan dengan cara yang mudah diingat.

Perbedaan Sonten dan Jenis Bahasa Figuratif Lainnya

sonten dalam bahasa jawa

Sonten merupakan salah satu jenis bahasa figuratif yang umum digunakan dalam bahasa Jawa. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan untuk menyampaikan makna secara tidak langsung atau kias, berbeda dengan bahasa denotatif yang digunakan untuk menyampaikan makna secara langsung.

Perbedaan Sonten dengan Metafora

Metafora adalah jenis bahasa figuratif yang membandingkan dua hal yang berbeda secara implisit, sedangkan sonten membandingkan dua hal secara eksplisit menggunakan kata “kaya” atau “umpama”.

Perbedaan Sonten dengan Simile

Simile juga membandingkan dua hal, namun menggunakan kata penghubung seperti “seperti” atau “bagai”. Sementara itu, sonten membandingkan dua hal secara langsung tanpa menggunakan kata penghubung.

Perbedaan Sonten dengan Personifikasi

Personifikasi memberikan sifat manusia pada benda mati atau konsep abstrak, sedangkan sonten membandingkan benda mati atau konsep abstrak dengan benda hidup menggunakan kata “kaya” atau “umpama”.

Perbedaan Sonten dengan Hiperbola

Hiperbola adalah bahasa figuratif yang melebih-lebihkan atau meremehkan sesuatu, sedangkan sonten membandingkan dua hal dengan cara yang berlebihan untuk menekankan suatu sifat.

Tabel Perbedaan

Jenis Bahasa Figuratif Cara Pembandingan Kata Penghubung
Sonten Eksplisit Kaya, umpama
Metafora Implisit
Simile Eksplisit Seperti, bagai
Personifikasi Eksplisit
Hiperbola Eksplisit

Contoh Penggunaan Sonten dalam Sastra Jawa

Sonten merupakan kata dalam bahasa Jawa yang memiliki arti “selendang”. Dalam sastra Jawa, sonten sering digunakan sebagai simbol keindahan, kesopanan, dan status sosial.

Dalam Serat Centhini

Dalam karya sastra Jawa klasik Serat Centhini, sunten digambarkan sebagai benda yang sangat penting bagi perempuan. Salah satu kutipan yang menunjukkan penggunaan sonten adalah sebagai berikut:

“Nggih, jumenengipun estri, dahat sanget ecas-ecasinipun, sarengat-rengatingipun wonten ing selendangipun.”

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa seorang perempuan yang sedang berdandan akan terlihat sangat cantik dengan sunten yang dikenakannya. Sonten dalam kutipan tersebut menjadi simbol keindahan dan kesopanan seorang perempuan.

Dalam Wayang Kulit

Dalam pertunjukan wayang kulit, sunten juga digunakan sebagai simbol status sosial. Wayang kulit yang berstatus tinggi, seperti Arjuna dan Srikandi, biasanya digambarkan mengenakan sunten yang indah dan berharga.

Penggunaan sunten dalam sastra Jawa menunjukkan bahwa sunten memiliki makna yang penting dalam budaya Jawa. Sonten tidak hanya berfungsi sebagai aksesori, tetapi juga sebagai simbol keindahan, kesopanan, dan status sosial.

Dampak Budaya Sonten

Sonten, batik khas Jawa, memiliki pengaruh budaya yang mendalam dalam masyarakat Jawa. Pola dan motifnya yang unik mencerminkan nilai-nilai dan tradisi Jawa yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Nilai Estetika

Sonten dikenal dengan keindahan estetikanya yang luar biasa. Pola-polanya yang rumit dan warna-warnanya yang cerah melambangkan kehalusan dan kecanggihan budaya Jawa. Sonten sering digunakan dalam upacara-upacara adat dan acara-acara khusus, di mana keindahannya menjadi simbol status dan kehormatan.

Simbol Identitas Budaya

Sonten telah menjadi simbol identitas budaya Jawa selama berabad-abad. Setiap motif dan pola memiliki makna simbolis yang terkait dengan aspek-aspek tertentu budaya Jawa. Misalnya, motif “kawung” melambangkan keabadian, sedangkan motif “parang” melambangkan keberanian.

Pelestarian Tradisi

Produksi sonten melibatkan teknik-teknik tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Para perajin menggunakan alat-alat sederhana dan pewarna alami untuk menciptakan karya seni yang unik. Pelestarian tradisi ini memainkan peran penting dalam melestarikan warisan budaya Jawa.

Sumber Ekonomi

Industri sonten memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Jawa. Sonten sangat diminati baik di dalam negeri maupun di luar negeri, menciptakan peluang kerja bagi para perajin dan pengusaha. Keindahan dan keunikannya telah menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat Jawa.

Pengaruh Global

Popularitas sonten telah melampaui batas-batas Jawa. Motif dan polanya telah menginspirasi desainer dan seniman di seluruh dunia. Sonten telah menjadi simbol keindahan dan keragaman budaya Indonesia, memperkenalkan budaya Jawa ke khalayak global.

Ringkasan Akhir

sonten dalam bahasa jawa

Dengan demikian, sonten merupakan bagian integral dari bahasa Jawa yang tidak hanya memperkaya khazanah linguistik, tetapi juga merefleksikan identitas budaya masyarakat Jawa. Pemahaman dan penggunaan sonten secara tepat akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan mengapresiasi keindahan bahasa Jawa.

Pertanyaan Umum yang Sering Muncul

Apa perbedaan antara sonten dan jenis bahasa figuratif lainnya?

Sonten memiliki karakteristik yang membedakannya dari jenis bahasa figuratif lainnya, seperti metafora dan simile. Sonten umumnya menggunakan perbandingan tidak langsung dan tidak eksplisit, sedangkan metafora dan simile menggunakan perbandingan langsung dan eksplisit.

Bagaimana cara membuat sonten yang efektif?

Pembuatan sonten yang efektif memerlukan pemahaman tentang makna kata dan konteks penggunaannya. Sonten yang baik harus relevan, logis, dan mampu menyampaikan makna yang diinginkan dengan jelas dan menarik.

Apa dampak budaya dari sonten?

Sonten telah menjadi bagian dari budaya Jawa selama berabad-abad dan telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa. Sonten digunakan dalam peribahasa, ungkapan adat, dan karya sastra, sehingga turut membentuk nilai-nilai dan tradisi Jawa.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait