Sastra Jawa, sebagai bagian integral dari budaya Jawa, memiliki kekayaan materi dan struktur yang menjadikannya bidang kajian yang menarik. Dalam kelas 11, siswa akan mendalami aspek-aspek fundamental sastra Jawa, mengungkap kompleksitas karya sastra, dan mengembangkan keterampilan apresiasi yang kritis.
Materi yang diajarkan meliputi struktur umum karya sastra Jawa, keragaman bahasa yang digunakan, serta unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membentuk sebuah karya sastra. Siswa juga akan mempelajari teknik dan pendekatan dalam mengapresiasi sastra Jawa, membekali mereka dengan kemampuan untuk menganalisis dan menafsirkan karya sastra secara mendalam.
Materi Sastra Jawa Kelas 11
Materi sastra Jawa yang diajarkan di kelas 11 mencakup berbagai aspek sastra Jawa, mulai dari karya sastra tradisional hingga modern.
Berikut adalah tabel ringkasan materi beserta tujuan pembelajarannya:
Karya Sastra Jawa Tradisional
- Jenis-jenis karya sastra Jawa tradisional (kakawin, kidung, tembang, macapat, geguritan, wayang kulit, ketoprak, ludruk, wayang orang)
- Ciri-ciri karya sastra Jawa tradisional
- Tokoh-tokoh sastra Jawa tradisional
- Karya-karya sastra Jawa tradisional yang terkenal
Karya Sastra Jawa Modern
- Jenis-jenis karya sastra Jawa modern (novel, cerpen, drama, puisi)
- Ciri-ciri karya sastra Jawa modern
- Tokoh-tokoh sastra Jawa modern
- Karya-karya sastra Jawa modern yang terkenal
Estetika Sastra Jawa
- Pengertian estetika sastra Jawa
- Unsur-unsur estetika sastra Jawa
- Teori-teori estetika sastra Jawa
Fungsi dan Peran Sastra Jawa
- Fungsi sastra Jawa (sosial, budaya, pendidikan, hiburan)
- Peran sastra Jawa dalam masyarakat Jawa
Struktur Karya Sastra Jawa
Karya sastra Jawa memiliki struktur yang khas dan beragam, yang membedakannya dari karya sastra daerah lain di Indonesia. Struktur-struktur ini memengaruhi penyampaian makna dan estetika karya sastra Jawa.
Struktur Tembang
Tembang adalah jenis karya sastra Jawa yang terikat oleh aturan-aturan ketat mengenai jumlah suku kata, rima, dan irama. Setiap tembang memiliki pola tersendiri, yang dikenal sebagai guru lagu . Contoh tembang yang terkenal adalah Macapat , yang terdiri dari 11 jenis tembang dengan guru lagu yang berbeda-beda.
Struktur Geguritan
Geguritan adalah jenis karya sastra Jawa yang lebih bebas dari aturan-aturan ketat seperti tembang. Geguritan memiliki ciri khas penggunaan bahasa yang puitis dan penggunaan rima yang tidak terikat oleh pola tertentu. Contoh geguritan yang terkenal adalah Serat Centhini karya Ronggowarsito.
Struktur Prosa
Prosa adalah jenis karya sastra Jawa yang menggunakan bahasa sehari-hari dan tidak terikat oleh aturan-aturan seperti tembang atau geguritan. Prosa dalam sastra Jawa umumnya digunakan untuk menyampaikan cerita, novel, atau esai.
Ragam Bahasa Jawa
Bahasa Jawa memiliki ragam yang digunakan dalam sastra, antara lain ngoko, krama, dan madya.
Ngoko
Ngoko adalah ragam bahasa Jawa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ciri khas ngoko adalah penggunaan kata-kata yang sederhana dan tidak terikat oleh aturan tata bahasa yang ketat.
- Contoh penggunaan ngoko: “Aku arep mangan nasi.” (Saya ingin makan nasi.)
Krama
Krama adalah ragam bahasa Jawa yang digunakan dalam situasi formal, seperti dalam acara resmi atau saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati. Ciri khas krama adalah penggunaan kata-kata yang halus dan sopan serta mengikuti aturan tata bahasa yang lebih kompleks.
- Contoh penggunaan krama: “Kula badhe dhahar sega.” (Saya ingin makan nasi.)
Madya
Madya adalah ragam bahasa Jawa yang berada di antara ngoko dan krama. Madya digunakan dalam situasi yang tidak terlalu formal, tetapi juga tidak terlalu santai. Ciri khas madya adalah penggunaan kata-kata yang lebih sopan daripada ngoko tetapi tidak sehalus krama.
- Contoh penggunaan madya: “Aku badhe nedha bilih kula badhe dhahar sega.” (Saya ingin bertanya apakah saya boleh makan nasi.)
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra Jawa
Sastra Jawa merupakan bagian penting dari khazanah sastra Indonesia yang kaya. Sastra Jawa memiliki ciri khas dan kekayaan tersendiri, baik dari segi bentuk maupun isinya. Unsur intrinsik dan ekstrinsik merupakan aspek penting dalam karya sastra Jawa yang saling melengkapi dan membentuk sebuah kesatuan yang utuh.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri, meliputi:
- Tema: Gagasan utama atau pesan yang disampaikan dalam karya sastra.
- Alur: Jalinan peristiwa yang membentuk jalan cerita.
- Tokoh: Pelaku yang terlibat dalam alur cerita, baik tokoh utama maupun tokoh pembantu.
- Latar: Gambaran tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa.
- Sudut Pandang: Perspektif yang digunakan pengarang dalam menyampaikan cerita, bisa sudut pandang orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi memengaruhi pembuatan dan pemahaman karya tersebut, meliputi:
- Sosial: Kondisi masyarakat pada masa karya sastra diciptakan.
- Budaya: Nilai-nilai, kepercayaan, dan adat istiadat yang berlaku pada masa karya sastra diciptakan.
- Sejarah: Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa karya sastra diciptakan.
Contoh Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Dalam karya sastra Jawa “Serat Centhini”, unsur intrinsiknya antara lain:
- Tema: Perjalanan hidup dan petualangan tokoh bernama Centhini.
- Alur: Alur maju yang mengikuti perjalanan Centhini dari masa muda hingga tua.
- Tokoh: Centhini, Panji Asmarabangun, Dewi Sekartaji, dan banyak tokoh lainnya.
- Latar: Berbagai tempat di Jawa, termasuk Yogyakarta, Surakarta, dan pesisir utara Jawa.
- Sudut Pandang: Orang ketiga serba tahu.
Sedangkan unsur ekstrinsiknya antara lain:
- Sosial: Kondisi masyarakat Jawa pada masa feodal.
- Budaya: Nilai-nilai kejawen, kepercayaan animisme, dan adat istiadat masyarakat Jawa.
- Sejarah: Pengaruh kolonialisme Belanda pada masa karya sastra diciptakan.
Unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra Jawa saling berkaitan dan membentuk sebuah kesatuan yang utuh. Unsur intrinsik memberikan bentuk dan isi karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik memberikan konteks dan makna yang lebih luas. Dengan memahami kedua unsur ini, pembaca dapat lebih mengapresiasi dan memahami karya sastra Jawa.
Apresiasi Sastra Jawa
Mengapresiasi karya sastra Jawa melibatkan pemahaman teknik dan pendekatan yang spesifik. Teknik-teknik ini membantu pembaca dalam menganalisis dan memahami makna serta nilai karya sastra tersebut.
Langkah-Langkah Menganalisis dan Mengapresiasi Karya Sastra Jawa
- Baca dan Pahami Karya: Baca karya sastra dengan cermat, perhatikan setiap detail dan bahasa yang digunakan.
- Identifikasi Tema dan Struktur: Tentukan tema utama dan struktur karya, seperti plot, karakter, dan latar.
- Analisis Unsur Sastra: Teliti unsur-unsur sastra seperti alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
- Tafsirkan Makna: Cari makna tersembunyi dan simbolisme dalam karya. Pertimbangkan konteks sejarah dan budaya.
- Evaluasi Nilai: Nilai karya sastra berdasarkan kriteria seperti estetika, moral, dan relevansi.
Ringkasan Penutup
Studi sastra Jawa kelas 11 tidak hanya memberikan pengetahuan tentang warisan budaya Jawa tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, apresiasi estetika, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dengan menguasai materi dan keterampilan yang diajarkan, siswa akan siap untuk mengeksplorasi lebih lanjut kekayaan sastra Jawa dan berkontribusi pada pelestarian dan pengembangannya.
Ringkasan FAQ
Apa saja tujuan pembelajaran materi sastra Jawa kelas 11?
Tujuan pembelajaran meliputi pemahaman struktur karya sastra, apresiasi ragam bahasa Jawa, identifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik, serta pengembangan keterampilan apresiasi sastra.
Bagaimana cara mengapresiasi karya sastra Jawa?
Teknik apresiasi meliputi analisis tema, alur, tokoh, latar, dan sudut pandang, serta penafsiran makna yang terkandung dalam karya sastra.