Dalam lanskap bahasa yang kaya dan beragam di Jawa, kata “angkara” memegang peranan penting, membawa nuansa makna yang kompleks dan mendalam. Menelusuri asal-usul, penggunaan, dan konotasinya yang luas, kita akan mengungkap dimensi linguistik dan budaya yang tersembunyi di balik kata yang penuh makna ini.
Berasal dari akar kata Sanskerta “aṅkara”, kata “angkara” telah mengakar kuat dalam bahasa Jawa selama berabad-abad, membentuk dasar bagi berbagai ungkapan dan peribahasa yang mencerminkan nilai-nilai dan pandangan masyarakat Jawa.
Arti Kata Angkara dalam Bahasa Jawa
Dalam bahasa Jawa, kata “angkara” memiliki arti yang beragam, tergantung pada konteks penggunaannya. Umumnya, kata ini merujuk pada hal-hal yang negatif atau tidak baik.
Arti Umum
Dalam arti umum, “angkara” berarti pikiran atau perbuatan yang jahat, kejam, atau tidak terpuji. Kata ini juga dapat merujuk pada sifat atau watak yang buruk, seperti angkuh, sombong, atau iri hati.
Arti Khusus
Selain arti umum, “angkara” juga memiliki beberapa arti khusus dalam konteks tertentu. Berikut beberapa di antaranya:
- Dalam konteks agama: Angkara sering dikaitkan dengan sifat-sifat negatif yang dimiliki oleh iblis atau setan.
- Dalam konteks sosial: Angkara dapat merujuk pada tindakan atau perilaku yang merugikan orang lain, seperti penindasan, kekerasan, atau pencurian.
- Dalam konteks politik: Angkara dapat diartikan sebagai tindakan atau kebijakan yang menindas rakyat atau merugikan negara.
Contoh Penggunaan
Berikut beberapa contoh penggunaan kata “angkara” dalam kalimat bahasa Jawa:
- “Wong iku duwe angkara sing gedhe banget.” (Orang itu memiliki pikiran yang sangat jahat.)
- “Angkara kuwasa mbebayani umat manungsa.” (Kekuatan jahat dapat membahayakan umat manusia.)
- “Pemerentah kudu nglawan angkara-angkara sing ngrusak negara.” (Pemerintah harus melawan kekuatan-kekuatan jahat yang merusak negara.)
Asal-usul Kata Angkara
Kata “angkara” dalam bahasa Jawa berasal dari kata dasar “angkara” yang berarti “kejahatan” atau “keburukan”. Kata ini memiliki akar kata yang sama dengan kata “angkara” dalam bahasa Sanskerta, yang juga berarti “kejahatan” atau “keburukan”.
Akar Kata dalam Bahasa Lain
Selain bahasa Sanskerta, kata “angkara” juga memiliki akar kata yang sama dengan kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti:
- “anger” dalam bahasa Inggris
- “angst” dalam bahasa Jerman
- “angst” dalam bahasa Belanda
Sinonim dan Antonim Kata Angkara
Kata “angkara” dalam bahasa Jawa memiliki beberapa sinonim dan antonim. Berikut adalah daftar beserta contoh penggunaannya:
Sinonim
- Kekeran: Sifat yang penuh dengan kemarahan dan kebencian.
Contoh: “Kekeran kasebut nyebabake dheweke seneng ngrusak barang-barang.”
- Krodha: Kemarahan yang hebat dan tidak terkendali.
Contoh: “Krodha sing dirasakake bocah mau nyebabake dheweke ngamuk.”
- Murka: Kemarahan yang sangat besar dan membara.
Contoh: “Murka dewa-dewi marang umat manusia nyebabake bencana alam.”
Antonim
- Asih: Perasaan cinta dan kasih sayang.
Contoh: “Asih ibu marang anak-anake ora bakal luntur.”
- Tresna: Perasaan cinta dan sayang yang mendalam.
Contoh: “Tresna sing dirasakake antarane pasangan suami-istri kudu dijaga.”
- Rasa: Perasaan atau emosi yang positif.
Contoh: “Rasa bahagia sing dirasakake wong-wong sing menang undian.”
Kata Berkaitan dengan Angkara
Dalam bahasa Jawa, terdapat beberapa kata yang memiliki makna atau nuansa yang mirip dengan kata “angkara”. Kata-kata ini sering digunakan untuk menggambarkan sifat atau perilaku buruk seseorang.
Hubungan antara kata-kata tersebut dengan kata “angkara” adalah sebagai berikut:
Makna Negatif
- Angkara: sifat atau perilaku buruk, jahat, atau tidak terpuji.
- Ala: buruk, jahat, atau tidak baik.
- Asusila: tidak bermoral, tidak sopan, atau tidak beradab.
- Dosa: perbuatan salah atau buruk yang bertentangan dengan norma atau ajaran agama.
Sifat atau Perilaku yang Tidak Terpuji
- Kikir: pelit atau tidak mau mengeluarkan uang atau harta.
- Tamak: sangat ingin memiliki atau memperoleh sesuatu, terutama uang atau harta.
- Dengki : perasaan tidak senang atau benci terhadap orang lain karena memiliki sesuatu yang diinginkan.
li> Iri hati : perasaan tidak senang atau benci terhadap keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.
Sifat atau Perilaku yang Merugikan Orang Lain
- Jahat : berniat atau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
- Kejam : tidak memiliki belas kasihan atau rasa iba.
- Zalim : bertindak tidak adil atau menindas orang lain.
- Aniaya : melakukan tindakan yang merugikan atau menyiksa orang lain.
Penggunaan Kata Angkara dalam Sastra Jawa
Kata “angkara” dalam sastra Jawa memiliki makna yang beragam, mulai dari kesombongan, kejahatan, hingga nafsu yang tidak terkendali. Penggunaan kata ini dalam karya sastra Jawa klasik dan modern mencerminkan nilai-nilai budaya dan pandangan hidup masyarakat Jawa.
Contoh Penggunaan Kata Angkara dalam Karya Sastra Jawa
- Dalam Serat Ramayana, kata “angkara” digunakan untuk menggambarkan sifat jahat Rahwana, raja Alengka yang menculik Dewi Sinta.
- Dalam Serat Centhini, kata “angkara” digunakan untuk menggambarkan nafsu seksual yang berlebihan dari tokoh protagonis.
- Dalam Serat Wulangreh, kata “angkara” digunakan untuk mengingatkan manusia agar menjauhi sifat buruk dan menjalani kehidupan yang baik.
Peran Kata Angkara dalam Membangun Karakter dan Tema
Penggunaan kata “angkara” dalam sastra Jawa tidak hanya berfungsi sebagai deskripsi karakter, tetapi juga berperan dalam membangun tema dan konflik dalam sebuah karya sastra. Dalam Serat Ramayana , misalnya, kata “angkara” digunakan untuk mengontraskan sifat baik Rama dengan sifat jahat Rahwana.
Konflik antara keduanya menjadi simbol perjuangan antara kebaikan dan kejahatan.
Selain itu, kata “angkara” juga dapat digunakan untuk menggambarkan transformasi karakter. Dalam Serat Centhini , tokoh protagonis mengalami transformasi dari seorang yang dikuasai oleh nafsu menjadi seorang yang bijaksana dan spiritual.
Penggunaan Kata Angkara dalam Kehidupan Sehari-hari
Kata “angkara” banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Penggunaan ini bervariasi tergantung pada konteks dan situasi. Berikut adalah beberapa konteks penggunaan kata “angkara”:
Konteks Negatif
- Untuk menggambarkan perbuatan jahat atau tindakan yang merugikan orang lain, misalnya “angkara murka” (marah besar yang menyebabkan tindakan merugikan).
- Untuk menggambarkan sifat buruk atau karakter negatif seseorang, misalnya “angkara durhaka” (tidak tahu berterima kasih).
- Untuk menggambarkan sesuatu yang menakutkan atau mengerikan, misalnya “angkara jin” (kejahatan yang disebabkan oleh jin).
Konteks Positif
- Untuk menggambarkan keberanian atau kekuatan, misalnya “angkara panguripan” (keberanian untuk hidup).
- Untuk menggambarkan keagungan atau kebesaran, misalnya “angkara Tuhan” (kebesaran Tuhan).
Konteks Netral
- Untuk menggambarkan peristiwa atau kejadian, misalnya “angkara wektu” (peristiwa yang terjadi).
- Untuk menggambarkan keadaan atau kondisi, misalnya “angkara hidup” (keadaan hidup).
Kata Lain yang Berkaitan dengan Angkara
Selain “angkara”, terdapat beberapa kata lain dalam bahasa Jawa yang memiliki makna yang berkaitan, yaitu:
Kata-kata Lain yang Berkaitan
- Awon: Jahat, buruk, keji.
- Ala: Jelek, tidak baik, buruk.
- Adigang: Sombong, angkuh, congkak.
- Adigung: Kejam, ganas, bengis.
- Adiguna: Kuat, sakti, perkasa.
- Adurah: Sengsara, menderita, susah.
Kata-kata ini memiliki nuansa makna yang berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki keterkaitan dengan konsep kejahatan, keburukan, atau penderitaan.
Penggunaan Kata Angkara dalam Peribahasa Jawa
Dalam khazanah bahasa Jawa, kata “angkara” memiliki makna yang mendalam dan kerap digunakan dalam peribahasa untuk menyampaikan pesan moral dan filosofis. Peribahasa Jawa yang menggunakan kata “angkara” umumnya mengandung ajaran tentang pentingnya menjaga keselarasan hidup, menghindari sifat buruk, dan mengutamakan kebaikan.
Peribahasa Jawa dengan Kata Angkara
- Angkara murka iku werni-werni, nanging ujung-ujunge bakal ngrusak awake dewe. (Sifat buruk itu beragam bentuknya, namun pada akhirnya akan merugikan diri sendiri.)
- Wong angkara yen ora keplok, bakal tambah kurang ajar. (Orang yang berbuat jahat jika tidak ditegur, akan semakin menjadi-jadi.)
- Angkara itu kaya kembang bangkai, harume ngundang sengsara. (Sifat buruk itu seperti bunga bangkai, keindahannya hanya sesaat dan akan membawa malapetaka.)
- Wong angkara bakal kena batune dhewe. (Orang yang berbuat jahat akan mendapat balasan dari perbuatannya sendiri.)
- Angkara durjana yen dibiarke, bakal ngrusak jagad. (Sifat jahat jika dibiarkan, akan merusak dunia.)
Penutup
Kata “angkara” dalam bahasa Jawa adalah sebuah jendela ke dalam jiwa masyarakat Jawa, mencerminkan kekayaan dan kompleksitas budaya mereka. Melalui penggunaannya dalam sastra, kehidupan sehari-hari, dan peribahasa, kata ini telah menjadi bagian integral dari identitas dan ekspresi Jawa, terus membentuk pemahaman kita tentang baik dan buruk, keindahan dan kegelapan.
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Apa hubungan antara kata “angkara” dalam bahasa Jawa dengan kata “angkara” dalam bahasa Indonesia?
Kedua kata tersebut memiliki akar etimologis yang sama dalam bahasa Sanskerta, tetapi memiliki nuansa makna yang sedikit berbeda. Dalam bahasa Indonesia, “angkara” umumnya mengacu pada kejahatan atau perbuatan jahat, sedangkan dalam bahasa Jawa, kata ini juga dapat merujuk pada kekuatan supernatural atau pesona.
Apakah ada sinonim lain untuk kata “angkara” dalam bahasa Jawa?
Ya, sinonim untuk kata “angkara” dalam bahasa Jawa antara lain “durjana”, “jahat”, dan “keji”.
Dalam konteks apa saja kata “angkara” digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa?
Kata “angkara” dapat digunakan dalam berbagai konteks dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, seperti untuk menggambarkan seseorang yang berperilaku jahat, tindakan yang tidak bermoral, atau situasi yang penuh dengan bahaya.