Alat Musik Calung Banyumasan Memiliki Kemiripan Dengan Alat Musik – Bambu merupakan tanaman yang tumbuh di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu fungsi bambu adalah sebagai alat musik. Musik bambu merupakan bagian dari musik daerah Purbalingga.
Musik bambu sering dimainkan pada berbagai upacara biasa atau adat, serta acara lainnya. Upacara adat tradisional dengan menggunakan musik bambu dapat dijumpai pada upacara pertanian, seperti menyerukan hujan, panen musim tanam dan musim panen.
Alat Musik Calung Banyumasan Memiliki Kemiripan Dengan Alat Musik
Kalung banyumasan merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang berkembang di Purbaling pada khususnya dan bekas daerah Karesidenan Banyumasan pada umumnya. Purbalingga menjadi daerah dengan pemandangan seni yang sangat beragam.
Sentuhan Seniman Jepang Dalam Seni Banyumasan Yang Nyaris Punah
Seperti angklung di Jawa Barat, kalung juga tersebar dan berkembang hampir di seluruh wilayah Purbalingga. Kalung konon berasal dari dua kata yang digabungkan menjadi satu, yaitu
Jadi, jelas Teresiana, kalung adalah sejenis alat musik yang terbuat dari bambu woolung, bunyinya merambat jauh sehingga terdengar kemana-mana. Selain itu, ada juga yang mengartikan kalung sebagai tarian saat seruan.
Kalung banyumasan merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang berkembang di Kabupaten Karesidenan Banyumas. Kursi Banyumasan yang dimaksud adalah distrik administratif pemerintahan pada abad ke-20.
Pengamat seni tradisi menjelaskan, perkembangan kalung masih merupakan bentuk lanjutan dari keadaan yang sudah ada sebelumnya. Alat musik kalung yang aslinya disebut dengan chengklung merupakan alat musik yang terbuat dari bambu.
Pengertian Alat Musik Calung Dan Sejarahnya
Bambu ini dipotong utuh atau tidak dibelah, dan ujungnya diatur halus. Berawal dari alat musik yang disebut cengklung, kemudian berkembang menjadi angklung dan kemudian berkembang menjadi kalung.
Pendapat lain dari Mas Wendo Setiono menyatakan bahwa alat musik kalung sebenarnya berasal dari musik krampyung. Mungkin karena alat musik krampyung sulit dimainkan, para seniman menciptakan alat musik kalung.
Krumpyung sendiri merupakan alat musik yang mirip dengan angklung dari Jawa Barat. Pada awalnya krampyung merupakan alat musik yang digunakan untuk mengusir burung di sawah.
Sampai saat ini pendapat tentang asal muasal kalung masih menjadi kontroversi. Alasannya, kalung yang menggunakan bambu sangat sulit ditemukan karena sudah lapuk termakan waktu.
Alat Musik Calung
Namun sumber menyebutkan, kalung itu ditemukan oleh seorang tukang kayu yang juga seniman Karavi bernama Ki Nurdaiman, sekitar tahun 1870 di Kecamatan Gumelem, Kabupaten Purbalingga.
Berbeda dengan krampyung, alat musik kalung terus bertahan dan berkembang di daerah Purbalingga. Salah satunya alat musik ini mudah dipelajari, sehingga bisa terus merambah hingga pelosok tempat.
Disebutkan Teresiana, upaya pengembangan dan pemanfaatan kesenian tradisional Kalung bertujuan untuk membentuk karakter anak-anak melalui kecintaan mereka terhadap kesenian Kalung.
Hal itu dilakukan oleh Mas Wendo Setiono dan Ki Sumitro. Mereka aktif datang ke sekolah-sekolah untuk mengajar guru dan siswa kesenian tradisional Kalung. Hampir seluruh SD dan SMP di Kabupaten Purbalingga mengajarkan Kalung.
Teknik Memainkan Alat Musik Tradisional Indonesia (seni Budaya Kelas 8)
Tidak hanya di sekolah, banyak juga anggota masyarakat yang ingin belajar memainkan alat musik kalung hingga datang ke kelompok kesenian kalung Wisanggeni di kantor urusan kebudayaan.
Melalui kesenian tradisional Kalunga, masyarakat Purbalingga menjalin dan merajut mata rantai identitas berbasis kehidupan masyarakat Banyumasan. Kesenian tradisional ini mampu berperan sebagai sarana ekspresi identitas budaya Banyumas.
Terima kasih telah melaporkan pelanggaran yang melanggar aturan atau gaya penulisan GNFI. Kami masih berusaha membersihkan GNFI dari konten yang seharusnya tidak ada di sini.Makanan Kalung Banyumasan sering menampilkan ginging ala Surakarta dan ginging ala Yogyakarta, sering disebut dengan ginging Vetanan. Istilah “vetanan” berarti “dari timur” karena memang Surakarta dan Yogyakarta terletak di sebelah timur wilayah Banyumas. Hal ini biasa digunakan untuk membedakan dengan gending Kulonan (dari barat), yaitu gending sengkok Sunda dan gending Banyumasan yang merupakan produk lokal.
Martawireja (wawancara: 12-12-2001) menjelaskan bahwa brenong kepang yang dibawa oleh utusan mempelai laki-laki memiliki makna simbolis yang sangat berguna bagi kedua mempelai dalam kehidupan berumah tangga. Makna simbolik dari setiap alat atau properti adalah sebagai berikut: a. Yang Yang – stand untuk mendinginkan nasi (angi) yang terbuat dari bambu persegi. Di dalam perangkat tersebut, perangkat ini menggambarkan alam semesta (makrokosmos) yang memiliki empat arah mata angin (four cardinal direction), yaitu timur, barat, utara, dan selatan. Manusia yang telah diberi karunia mencipta, berasa dan berkehendak harus mampu menjaga alam semesta, yaitu alam semesta dan isinya, agar kehidupan di dunia dapat lestari, aman, damai dan tenteram. Bagi masyarakat Banyuma, alam semesta adalah bagian dari kekuatan Gusti, yaitu asipat tan kena kinayangapa (tak terlukiskan), memiliki kekuatan anglimput dunia (mencakup seluruh dunia). Selamatkan dunia dan isinya
Alat Musik Calung: Kesenian Bambu Yang Jadi Identitas Masyarakat Purbalingga
A. Tema/Judul/Judul 1. Tema : Permainan Anak Saat Bulan Purnama 2. Judul Karya : Seliring Genting B. Gagasan Utama Penciptaan Seliring Genting adalah salah satu jenis permainan anak di Kawasan Budaya Banyumas yang dipentaskan selama bulan purnama. Permainan ini dimainkan oleh sekelompok anak yang berbaris seperti ular dan berhadapan dengan salah satu anak yang berperan sebagai Maling Aguna. Anak di depan bernama Nini-nini Sing Tunggu Wulan dan anak di belakang bernama Pitik Throndhol. Permainan ini diawali dengan lagu yang dinyanyikan bersama. Dalam game tersebut, Maling Aguna berhadapan langsung dengan Nini Nini Sing Tunggu Wulan. Dalam pertemuan itu disebutkan Maling Aguna ingin meminta api dari Nini-nini Sing Tunggu Wulan. Saat ditanya apakah panas, karena Maling Aguna meminta api tanpa membawa wadah apapun. Kemudian Maling Aguna dengan paksa bertanya
Pemberdayaan budaya lokal sebagai kekuatan dalam pengembangan pariwisata merupakan salah satu trend pengelolaan pariwisata saat ini. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas sebagai instansi teknis yang tugas utamanya melaksanakan pengembangan pariwisata juga tidak melewatkan kesempatan untuk melaksanakan kebijakan ini. Konsep yang digunakan dalam melakukan pekerjaan adalah konsep pemberdayaan. Diharapkan dengan memberdayakan aspek budaya lokal, kekayaan budaya yang beragam dalam suatu masyarakat dapat tersalurkan menjadi model industri budaya. Dengan kata lain, keragaman budaya yang ada dalam suatu masyarakat merupakan produksi yang menggunakan tenaga manusia, infrastruktur dan suprastruktur masyarakat pendukungnya. Hasil produksi tersebut selanjutnya dijadikan aset yang dijadikan daya tarik wisata dan diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan lokal maupun mancanegara ke Banyumas. secara filosofis