Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang – Penyanyi cilik seperti Kak Tasya, Kak Ita Tara, Kak Cinthya dll. Sony Music Entertainment Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Visi Anak Bangsa mempersembahkan album lagu terbaik “Pustaka Anak Nusantara” untuk semua anak di seluruh Indonesia.

Album ini merupakan dukungan untuk serial dokumenter Pustaka Anak Nusantara yang bercerita tentang keindahan alam dan keragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang

Kesepuluh lagu dalam album ini merupakan hasil seleksi dari beberapa lagu yang masuk dalam serial dokumenter Pustaka Anak Nusantara. Diharapkan album ini dapat menjadi media hiburan dan edukasi bagi anak-anak Indonesia.

Youtube Downloader Musik Kostenlos Deutsch

Adalah lagu tentang alam yang selalu menjadi sahabat kita. Lagu ini dinyanyikan oleh Kita-Kita bersaudara, sebagai lagu pembuka film dokumenter Pustaka Anak Nusantara. Lagu karya Tante Tri Utami ini sangat enak untuk didengarkan. Penata musiknya adalah paman Purwa Tjaraka. Muda dan tua sama.

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh kakak Tasya seperti di album Libur Has Arrived. Lagu ini mengiringi serial dokumenter “Teman di Rawa Biru” (Papua).

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh kak Ita dan kak Tara seperti dalam album Kuda Menari. Lagu ini mengiringi serial dokumenter “Bus Sungai” (Kalimantan Timur).

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh kakak Tasya seperti di album Libur Has Arrived. Lagu ini mengiringi serial dokumenter “Barongsai Anak” (Kalimantan Barat).

Sekolah Tk Di Kota Palu Tampil Di Pagelaran Merah Putih Anak Usia Dini 2022

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh Ibu Cinthya Noviyanti dengan penata musik, paman Purwa Tjaraka, mengiringi serial dokumenter “Siklus Kupu-Kupu” (Lampung).

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh Ibu Marcya dan pengarah musik, Paman Purwa Tjaraka, untuk mengiringi serial dokumenter “Tor Tor” (Sumatera Utara).

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh Kak Kenny seperti dalam album Kenny. Sekali lagi ini hadir mengiringi serial dokumenter “Bunaken” (Sulawesi Utara).

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh Kak Maissy dalam album Rhythm Music. Lagu ini mengiringi serial dokumenter “Ethnic Arabs” (Palembang).

Biografi Tokoh Yang Menginsiprasi

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh Kita-Kita dari Bibi Tri Utamii dan didukung oleh Paman Purwa Tjaraka. Lagu ini mengiringi serial dokumenter “Bahasaku” (Gorontalo).

Adalah lagu yang dinyanyikan oleh kakak Tasya seperti di album Libur Has Arrived. Lagu ini mengiringi serial dokumenter “Kreativitas Seni” (Bali) Suatu hari setelah hujan, dengan sepeda motor, seorang ayah menjemput anaknya dari sekolah. Anak itu duduk di kursi belakang. Udaranya bersih dan cerah, ban sepeda motor menggerus jalanan yang basah. Setelah melewati Pasar Cikini, sepeda motor berbelok ke Jalan Surabaya dan melintasi rel kereta api, lalu sampai di jembatan Pasar Rumput. Saat berada di atas jembatan, sambil menunjuk ke langit, anak laki-laki itu berteriak, “Pelangi!”

Ayahnya adalah A.T. Mahmud, dan putranya bernama Rika. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Jalan Guntur menuju Jalan Halimun, bapak yang penasaran itu memperlambat laju sepeda motornya. Benar saja, dia melihat pelangi di langit cerah, melengkung indah, berputar membentuk setengah lingkaran.

“Tiba-tiba perhatian Rika pada pelangi di tengah lalu lintas, mengiringi pikiran dan perasaanku. Mengapa dia tertarik pada pelangi? Di mana dia melihat pelangi? Apa yang ingin dia katakan? Mungkin dia pernah melihat atau mengenal pelangi dalam pelajaran menggambar ketika guru menyuruhnya menggambar pelangi di selembar kertas. Sekarang, Rika melihat pelangi di langit luas. Bentuknya begitu besar sehingga warnanya cerah,” tulis A.T. Mahmud dalam memoarnya berjudul A.T. Mahmud Meniti Pelangi (2003).

Lirik Lagu Aku Anak Indonesia Dan Lagu Ciptaan At Mahmud Lainnya

Dari peristiwa inilah lahir lagu anak berjudul “Pelangi” yang hingga saat ini telah didengar oleh ribuan bahkan jutaan anak Indonesia. PADA. Mahmud memperkenalkan fenomena alam ini dengan cara yang sederhana, sekaligus memperkenalkan keimanan kepada Tuhan sejak dini.

Kisah Sebuah Nama Lahir di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang, 3 Februari 1930, julukan A.T. Mahmud adalah Abdullah dan biasa dipanggil Dola, tetapi lebih sering dipanggil Totong. Putra pasangan Masayu Aisyah dan Masagus Mahmud ini merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara.

Nama Abdullah atau Dola kemudian menghilang. Terakhir kali nama ini tercatat adalah pada zaman Jepang, tepatnya tahun 1945 ketika ia bersekolah di Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en. Ijazah yang dikeluarkan sekolah bertuliskan “Masagus Abdoellah Mahmoed”.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang

Setelah itu, panggilan hariannya hanya Totong, baik di rumah, di desa, maupun di antara teman-teman sekolahnya. Bahkan pada tahun 1950, ketika ia lulus SMA, nama Totong Mahmoed tertulis di ijazahnya.

Apa Selanjutnya Bagi Efek Rumah Kaca?

Dalam biografi mini berjudul A.T. Mahmud: Penggubah lagu anak gubahan Tata Danamiharja, menyebutkan bahwa nama Totong diduga berasal dari keluarga Sunda yang bertetangga dengan A.T. Mahmud ketika masih kecil. Sambil menggendong dan menimang sang anak, orang Sunda sering berkata: “… Tong! …Otong!” Kata-kata itu terdengar oleh ibunya sebagai suara “Totong”. Sejak itu ibunya memanggilnya “Totong”. Belakangan nama lengkapnya menjadi Abdullah Totong Mahmud, dan biasanya disingkat menjadi A.T. Mahmoud.

Karier sebelum menjadi penyanyi-penulis lagu A.T. Mahmud pertama kali belajar di Sekolah Rakyat saat tinggal di Sembilan Ilir. Setelah 7 tahun, ia pindah ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Di sekolah inilah dia pertama kali belajar membaca notasi angka. Satu hal yang sudah lama ada di benaknya adalah cara gurunya mengenalkan urutan not. Dari rendah ke tinggi, guru menggunakan kata-kata “do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an”. Dan saat Anda membalikkan nada tinggi ke nada rendah, kata-katanya menjadi “e-nak-ni-an-do-dol-ga-rut”.

Setelah siswa menguasai tinggi nada urutan nada dengan benar, naik turun, melalui latihan dengan kata, guru mengganti kata dengan notasi numerik. Kemudian siswa diberi lagu lengkap baru untuk dipelajari.

Ketika Jepang menduduki Indonesia masih di kelas V HIS dan harus pindah ke Muaraenim. Di kota ini ia bersekolah di bekas sekolah Jepang HIS dan mulai belajar teater dan musik. Di Muaraenim ia juga bertemu dengan Ishak Mahmuddin, seorang anggota orkestra yang terkenal di kota itu.

Lkpd Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 3 Exercise

Ishak mengajarinya bermain saksofon, gitar, ukulele, dan bas, serta membimbingnya membuat lagu. Atas undangan Ishak, ia pun ikut orkestra yang sering ia bawakan di pesta pernikahan, khitanan, dan hajatan lainnya.

“Ishak Mahmudin adalah orang pertama yang mengajari saya bermain gitar sekitar tahun 1943 di kota Muaraenim, dan beliau memperkenalkan saya dengan dunia musik. Beliau adalah seorang musisi dan salah satu pencipta lagu dari Sumatera Selatan yang mempengaruhi saya dalam hal penulisan lagu,” tulis A.T. Mahmud dalam pengantar buku Pustaka Nada: 230 Lagu Anak (2008).

Masa revolusi yang terus mendidih memaksa mereka untuk bergabung dalam barisan pejuang Tentara Pelajar dan pernah digerebek oleh tentara Belanda. Namun karena pihak Belanda tidak memiliki cukup bukti keterlibatannya, ia dibebaskan bersama lima temannya.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang

Setelah Belanda mengakui kedaulatannya, keadaan berangsur-angsur kembali normal, dan ia dapat mengikuti ujian akhir SMA pada bulan Agustus 1950 dan dinyatakan lulus. Karena kekurangan dana, ia tidak bisa langsung melanjutkan pendidikannya. Akhirnya atas ajakan Masagus Alwi, pamannya, ia bekerja di sebuah bank Belanda yang masih beroperasi karena masih dalam masa transisi.

Barisan Musik Diciptakan Oleh

Meski sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, motivasi untuk melanjutkan studi masih tinggi. Akhirnya ia meninggalkan pekerjaannya di bank dan mendaftar sebagai siswa di bagian A Sekolah Guru (SGA). Selama tiga tahun ia belajar di sekolah dan sempat membuat lagu yang dibuat untuk ibunya.

Setelah lulus, ia mengajar di SGB Tanjungpinang. Di kota inilah dia bertemu calon istrinya. Warsa tahun 1956 pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di jurusan Bahasa Inggris. Dua tahun kemudian dia menikah dan istrinya juga dibawa ke Jakarta.

Setelah menyelesaikan masa studinya di jurusan Bahasa Inggris, ia ditugaskan di SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. Tak lama setelah ditugaskan, atas biaya Colombo Plan, dia belajar di University of Sydney, Australia, untuk memperoleh sertifikat kursus Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing.

Sekembalinya dari Australia pada tahun 1963, beliau melanjutkan pendidikan di Fakultas Keguruan di Jakarta. Tahun ini ia juga dipindahkan ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Di

Kecintaannya pada musik, terutama membuat lagu anak-anak, membuatnya mendapat tempat di SGTK. Dia kemudian memutuskan untuk mengikuti musik dan meninggalkan universitas.

Hanya Lagu Anak “Biasa” Beberapa lagu ciptaan A.T. Mahmud, seperti kisah lagu “Pelangi” di atas, terinspirasi dari tingkah laku anak-anak. Suatu ketika, ketika dia dan keluarganya sedang duduk di ruang tamu pada malam hari, putrinya Rika berjalan di antara ruang tamu dan beranda rumah. Dia dan istrinya tidak mencurigai perilaku anak itu. Namun tiba-tiba Rika menggandeng tangan ayahnya dan diajak keluar lalu memandang ke langit. Bulan purnama rata-rata. “Tuhan, bawakan aku bulan,” pintanya.

“Saya menatap wajahnya, setelah bulan. Saya terdiam. Cukup terkejut mendengar pertanyaan “aneh” ini. Kejadian ini baru saja terjadi malam itu. Namun, permintaan bulan Rika tidak mudah saya lupakan,” kata dalam PADA. Mahmud Meniti Pelangi: Sebuah Memoir (2003).

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Ang

Ada rasa menyesal, karena dia tidak menanyakan Rika bulan apa sehingga dia ingin mengambilnya. Dari situ dia terpaksa membawakan lagu yang kita semua tahu berjudul “Take the Moon, Ma’am”. Kalimat pertama diulang dua kali untuk menunjukkan sifat anak, yaitu menanyakan sesuatu sekali saja tidak cukup.

Pdf) The Act Of Singing: Women, Music, And The Politics Of Truth And Reconciliation In Indonesia

Dalam proses melakukannya, A.T. Mahmud menjelaskan, awalnya lagu tersebut adalah “Ambilkan Bulan, Pak” karena anaknya meminta untuk membawakan bulan. Namun kemudian dia merasa ada bunyi sumbang, yaitu bunyi terputus-putus di akhir kalimat yang berdekatan, antara bunyi huruf “b” di “bulan” dan huruf “p” di “sir”.

Suara “b” yang lebih lembut bergantian dengan suara “p” yang tertutup, membuatku sedikit “gelisah”. Bukankah lebih baik, suara yang terputus-putus adalah “… luna Bu”. Saya kira begitu. Juga, umumnya anak-anak lebih dekat dengan ibunya. Saya menulis ‘Ambil bulan, Bu’. Lebih baik, bukan?” dia menambahkan.

Selama tinggal di Kebayoran Baru, ia sering mengajak anak-anaknya bermain di Taman Puring yang menyediakan beberapa wahana bermain anak-anak, seperti ayunan, ayunan dan lapangan luas tempat bermain anak-anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published