Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si – Pelangi, betapa cantiknya dirimu. Merah, kuning, hijau di langit biru. Siapa pelukis hebatmu. Pelangi, pelangi yang diciptakan Tuhan.

Rasa syukur yang begitu dalam tertuang dalam lirik lagu-lagu yang sering dinyanyikan anak-anak ini. Ia mengajak semua yang bernyanyi atau mendengarkan untuk mensyukuri keindahan alam yang Tuhan ciptakan.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Bahkan, lirik lagu ini sempat terlintas di benak Masagus Abdullah Mahmud atau yang lebih dikenal dengan AT Mahmud. Kalimat dalam ayat ini terjadi saat Mahmud mengantar anaknya Roike ke Taman Kanak-Kanak (TK).

Buku Direktori Krpl Tahun 2018 2019 Pdf

Tiba-tiba, pelangi muncul di jalan di langit biru. Putranya secara tidak sengaja meneriakkan kata “pelangi” sambil menunjuk ke langit.

Jeritan bocah itu terus menggema di benaknya. Pria kelahiran Palembang, 2 Februari 1930 ini mulai berpikir untuk membuat lirik lagu dari kata utang.

Sesampainya di rumah, Mahmoud langsung mencari alat tulis dan menemukan kata-kata yang tepat untuk lirik lagu ini. Kemudian dia mengambil gitar untuk menggubah melodi.

Lagu berjudul ‘Pelangi-duga’ hanya terdiri dari 18 kata. Tersusun rapi menjadi satu baris puisi. sajak sederhana. Kesepakatan menyusul. Namun musik yang dihasilkan terdengar indah.

Mengenal Cerita Bergambar “selak Majo” Dari Apero Fublic

Lirik lagu ‘Pelangi-Pelangi’ penuh keceriaan. Itu menggambarkan harapan Mahmoud agar setiap anak selalu bahagia, apalagi melihat karya Tuhan sebagai pelangi.

Ia mengaku sangat ingin anak-anaknya selalu bahagia. Ini karena Mahmoud mencintai anak-anak. Karena kecintaannya itu, ia menghasilkan sedikitnya 500 lagu anak-anak.

Lirik yang tertulis di setiap lagu dibuat sederhana. Mahmoud tahu bahwa anak-anak masih memiliki pengetahuan dan pemahaman yang terbatas. Namun menurutnya, setiap lagu harus tetap bermakna dan mudah diingat. Dia biasa menetapkan standar setiap kali dia membuat lagu untuk anak-anak.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Mahmud lahir dengan nama Masagus Abdullah Mahmud. Putra kelima dari 10 bersaudara dari Masagus Mahmud dan Masayu Aisyah di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar. Di masa kecilnya, ibunya tidak membesarkannya secara langsung. Dia dibesarkan oleh neneknya yang tinggal bersama orang tua Mahmoud.

Jatim Pos Edisi 457 By Jatim Pos

Selama di Palembang, ia dan keluarga besarnya pindah rumah sebanyak tiga kali. Hal itu terjadi karena kantor ayahnya berada di seberang Sungai Musi. Alasan lainnya, Mahmoud dan adik-adiknya tidak jauh dari sekolah.

Julukan Totong muncul saat Mahmud masih kecil. Saat itu ibunya menggendongnya, Mahmud sering mengucapkan kata tong atau tong. Ibunya mendengar namanya sebagai Totong. Oleh karena itu disebut Totong.

Seperti anak ‘negara’, dia puas dengan keluarga dan teman-temannya. Totong banyak melakukan aktivitas outdoor, seperti berenang di Sungai Musi, memanjat pohon, dan bermain petasan.

Kemudian orang tuanya mendaftarkan Mahmud untuk belajar di Sekolah Nasional di Sembilan Ilir, Palembang. Setahun kemudian, pada usia tujuh tahun, ia pindah ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir.

Karakter Yang Bikin Efek Rumah Kaca Bahagia Terus Bareng Penerka!

Selama belajar di HIS, Mahmoud mendapat pelajaran musik dari seorang profesor Belanda. Mahmoud terkesan dengan cara guru mengajar. Jadi dia senang belajar musik.

Seorang guru di sekolah itu mengganti tanda nada dengan kata yang mudah diingat siswanya. Misalnya rangkaian nada dari rendah ke tinggi diganti dengan kata ‘do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an’. Demikian juga pengurangan nada dari nada tinggi ke rendah. Guru mengubahnya menjadi ‘e-nak-ni-an-do-dol-ga-rut’.

Setelah siswa memahami tangga nada dengan cara ini, do-re-mi-fa-sol-la-si-do digunakan. Belajar menyanyi dilanjutkan dengan solmisasi seperti biasa.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Mahmoud rajin belajar musik. Tak hanya menyanyi, ia juga belajar menguasai alat musik. Ia mencoba menguasai gitar, serta beberapa alat musik lainnya. Jadi mudah untuk dinyanyikan.

Sampul Kaset Album Lagu Anak Indonesia Jaman Dulu: Tasya

Pada masa peralihan pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1942, Mahmud berada di Kelas V HIS. Ayahnya meminta Mahmud untuk menemaninya ke Muaraenim dari Palembang. Di tempat barunya, ia belajar di bekas HIS setempat, yang kemudian berganti nama menjadi Kanzen Syogakko.

Dia bertemu dan mengenal Ishak Mahmudin, pemain saksofon dari orkestra musik ‘Ming’. Orkes ini cukup terkenal di Muaraenim, Palembang.

Melalui Ishaq, Mahmoud belajar menguasai gitar sehingga mahir memainkan alat musik gesek ini. Bisa ditebak, sang guru mengajaknya bergabung dengan Ming Orchestra. Orkestra musik ini sering tampil di berbagai perayaan di Palembang, seperti pernikahan, khitanan, dan perayaan lainnya.

Keinginan Mahmud untuk belajar di Sekolah Nasional Indonesische di Kayu Tanam, Sumatera Barat sempat bergolak. Bukan tanpa alasan dia ingin pergi ke sekolah itu. Tidak lain karena sekolah tersebut memiliki pendidikan musik.

Kelas 1 Tema 2 Buku Siswa

Setelah menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 1944, Mahmud berhenti sekolah. Ia melanjutkan studinya di Mizoeho Gakoe-en di Palembang. Mahmud masuk asrama dan mendapat pelatihan militer. Dia tidak lagi mendengar musik.

Selama di asrama dan di sekolah, ia bertemu dengan Emil Salim yang menjadi sahabat karibnya. Sayangnya, pendidikan tersebut tidak selesai tepat waktu karena tanda-tanda kekalahan Jepang semakin terasa.

Setelah lulus dari sekolah itu, ia ditugaskan di beberapa kantor dan perusahaan Jepang sebagai penerjemah. Lokasi kantor berada di luar kota Palembang.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu pada tahun 1945, Mahmud diminta oleh ayahnya untuk kembali ke Tebingtinggi. Ayahnya bertugas sebagai wedana di ruang sidang kawedanan Musi Ulu, Rawas dan Tebing Tinggi.

Lagu Barisan Musik Ciptaan At Mahmud 2021

Saat itu Mahmud diminta bekerja di kantor kawedanan sebagai juru ketik. Meski Mahmud tidak bisa melanjutkan pendidikannya, ia tidak kehilangan kesempatan untuk menulis puisi. Pada tanggal 1 Februari 1946, ia baru melanjutkan ke gimnasium rendah (setingkat SMA yang lebih rendah) dan bertemu lagi dengan Emil Salim.

Kemudian pada bulan Maret 1946, gelombang kedua pasukan Sekutu mendarat di kota Palembang bersama tentara Belanda yang tergabung dalam NICA. Meski ada shooting, kegiatan belajar tidak berhenti. Mahmoud dan teman-temannya pun memanfaatkan waktu untuk bersantai dan bermain musik bersama teman-temannya.

Mendekati masa agresi militer Belanda pertama, Mahmud ditugaskan membantu pemberantasan buta huruf di Prabumulih. Saat itu, kapasitas yang ada sangat minim. Kemudian ketika agresi datang, Mahmud pergi dari Prabumulih ke Lahat karena tidak aman. Ia kemudian pindah ke Tebingtinggi untuk berkumpul dengan keluarganya.

Mengetahui bahwa teman-teman dan pejuang berjuang keras melawan Belanda, Mahmud menentang larangan keluarganya dan berkemas di Lubuklinggau. Dia pergi dengan Ishaq dan rombongan dari Muaraenim.

Pasangan Roja Dan Si Mendaftar Di Kpu Labuhanbatu

Mahmud bergabung dengan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Sub Komanda Sumtra Selatan (Subkoss) pada September 1947. Ia ditugaskan membuat poster dan ilustrasi bertema semangat juang. Sedangkan sekolah di SMA setempat.

Ketika Belanda menguasai Tebingtinggi, dikhawatirkan Lubuklinggau juga akan jatuh ke tangan Belanda. Oleh karena itu, para penghuni asrama meninggalkan Lubuklinggau menuju kota yang belum dikuasai Belanda. Dalam perjalanannya, Mahmud sering menyanyikan lagu-lagu seru dan menulis puisi saat istirahat.

Setibanya rombongan di Muara Amman, Mahmud dan beberapa rekannya ditugaskan untuk menyelenggarakan Radio Republik Indonesia – Suara Indonesia Merdeka. Dia dan Ishak ditugaskan untuk menyanyikan lagu pertempuran untuk semua pasukan di semua medan perang di Sumatera Selatan.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Pada akhir tahun 1949, Mahmud kembali ke Tebing Tinggi menemui keluarganya dan kemudian ke Palembang. Dia meninggalkan tentara dan kembali ke sekolah.

Hikayat Si Pandir Versi Langkat

Pada tanggal 16 Agustus 1950, Mahmud lulus ujian akhir SMA Divisi I. Namun, ia tidak segera melanjutkan studinya karena keterbatasan dana. Ketika muncul informasi di Palembang bahwa ada sekolah pelatihan guru Part A (SGA) dengan tunjangan pendidikan tiga tahun, dia tidak ragu untuk mendaftar.

Tiga tahun kemudian, ia lulus dan ditempatkan di Tanjungpinang, Riau, menjadi guru SGB. Hidupnya membaik karena dia dibayar dalam dolar sebagai guru olahraga. Dia bertemu dengan seorang guru bahasa Inggris di SMA, Mulyani Sumarman, yang kemudian menjadi istrinya.

Tahun 1956 pindah ke Jakarta dan menjadi guru di SGB V Kebayoran Bar. Dia juga mendaftar di B I jurusan Bahasa Inggris. Ia pun membawa Mulyani pindah ke Jakarta setelah menikah pada 2 Februari 1956. Mulyani ditempatkan di SMP 11 Kebayoran Bar.

Tiga anak lahir dari pasangan ini. Ruri Mahmud, Rika Vitriani dan Revina Ayu. Sekitar tahun 1958, keluarga ini menempati rumah pribadi di Kebayoran Bar.

Media Pembelajaran Transformatif By Abdul Rahmat Yuhelson (editor)

Setelah lulus Bahasa Inggris B I tahun 1959, ia pindah mengajar di SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pada awal tahun 1962, ia ditugaskan untuk belajar di University of Sydney, Australia, selama setahun. Sekembalinya, ia masuk Fakultas Ilmu Pendidikan di Jakarta dan dipindahkan ke Sekolah Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.

Agar dekat dengan sekolah, Mahmud dan keluarganya pindah ke kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada 1964. Pada saat yang sama, ia menyelesaikan diploma dalam pengajaran dan bahasa Inggris. Tapi dia tidak melanjutkan.

Mahmud putus kuliah. Ia memilih belajar musik di SGTK. Saat SGTK dan SGA dilebur, Mahmud membentuk kelompok paduan suara di sekolah baru tersebut.

Barisan Musik Ciptaan At Mahmud Si

Sekitar Maret 1958, Mahmud diundang oleh Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengikuti lokakarya pelatihan guru seni. Menariknya, pelatihan ini diadakan di Manila, Filipina selama sebulan penuh sejak 1 Mei 1985.

Hukum Mengajarkan Musik Kepada Anak

Pada tahun 1968, Mahmud dipercaya menjadi koordinator acara musik ‘Ayo Bernyanyi’ di TVRI. Acara tersebut tayang perdana pada 3 Juni 1968. Tahun berikutnya, Mahmud mengusulkan kepada TVRI untuk mengadakan lomba menyanyi anak-anak bertajuk ‘Lagu Favoritku’. Gagasan itu diterima. Acara berlangsung dua kali dalam sebulan. Sayangnya, pada tahun 1988 acara tersebut tidak lagi diadakan.

Sejak kedua pertunjukan ini ditayangkan, banyak perusahaan rekaman yang ingin merekam karya pencipta lagu anak-anak. Termasuk Muhamad. Ada sekitar 40 lagunya yang direkam dalam tujuh piringan hitam sejak 1969.

Dia mencatat dari tahun 1964 hingga 2000 ada sekitar 500 lagu, termasuk lagu-lagu bernuansa Islami. Semua puisi itu ia kumpulkan dalam bentuk buku dengan biaya cetak sendiri. Kemudian sebarkan sendiri di sekitar sekolah. Setelah itu, hanya sedikit penerbit yang melanjutkan karya Mahmud.

Bagi Mahmud, anak adalah gudang ide. Gestur, obrolan, bahkan mainan anak-anak menjadi sumber inspirasi. Seperti, saat dia menciptakan ‘Ayunan Utama’. Lagu anak pertama yang diciptakannya adalah saat menemani anaknya bermain di taman. Dia menyadari ide untuk lagunya tiba-tiba.

Sd5ips Ips Endangsusilaningsih

Serta lagu-lagu lain yang dia tulis. Misalnya lagu berjudul “Take the Moon Mbak”. Lagu ini ditulis ketika putranya sedang bermain di halaman. Saat itu anaknya melihat bulan

Leave a Reply

Your email address will not be published