Cara Memainkan Alat Musik Tifa Tradisional – Tifa adalah alat musik tradisional paling terkenal yang berasal dari Indonesia bagian timur, tepatnya dari daerah Papua dan Maluku. Tifa berbentuk tabung panjang menyerupai gendang. Ada berbagai jenis tifa yakni jekir tifa, cut tifa, basic tifa dan bass tifa seperti yang dijelaskan dalam artikel resmi Kemenparekraf.
Meski memiliki nama yang sama, tifa yang berasal dari Maluku dan tifa yang berasal dari Papua memiliki beberapa perbedaan dalam bentuknya. Dengan cara ini asal dua tifa dapat diketahui melalui sifat-sifatnya.
Cara Memainkan Alat Musik Tifa Tradisional
Toto Sugiarto, dkk., bagian tengah tifa yang berasal dari Papua lebih melengkung. Tifa Papua juga memiliki pegangan di satu sisi. Tidak hanya itu, tifa ini umumnya berbentuk panjang dan tidak lebar. Tifa Papua memiliki ukiran ornamen etnik sebagai ciri khasnya. Sedangkan tifa Maluku berbentuk tabung dan tidak bergagang serta licin tanpa ukiran.
Ragam Alat Musik Maluku: Bentuk Dan Cara Memainkannya
Tifa dibuat dari sebatang kayu yang bagian tengahnya berlubang atau isinya dikosongkan. Salah satu sisi tifa yang lebih lebar ditutupi dengan kulit rusa, yaitu kulit yang akan mengeluarkan suara. Kulit rusa dikeringkan dan ditempelkan pada salah satu sisi batang kayu. Kulit rusa ini mengeluarkan suara yang indah saat dipukul. Tifa juga menggunakan kulit binatang sebagai membran yang dibungkus dengan rotan agar rapat.
Cara bermain tifa yang harus kamu pukul. Kemudian alat musik tersebut akan mengeluarkan suara yang berirama dan suara ketipung yang keras. Masyarakat Papua dan Maluku biasanya memainkan alat musik tifa yang mengiringi tarian adat, lagu daerah, pertunjukan musik, pentas seni dan juga digunakan dalam upacara adat. Dikutip dari buku Aku Ingin Mahir dan Kreatif karya Purwanto (2007), tifa adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dan kulit. Tifa adalah alat musik yang menyerupai gendang, hanya saja bentuknya lebih panjang dan kecil. Lantas apakah cara memainkan gendang sama dengan cara memainkan gendang?
Perlu diketahui bahwa tida merupakan alat musik yang memiliki ukiran motif khas pada badannya. Ukiran tersebut merupakan simbol pemilik tifa yang menunjukkan status sosialnya.
Fungsi tifa adalah digunakan untuk mengiringi pertunjukan atau kesenian daerah, terutama yang melibatkan unsur-unsur kepercayaan. Tak hanya itu, tifa juga dimainkan dalam berbagai pertunjukan sebagai pengiring lagu daerah. Alat musik tradisional ini banyak dimainkan di Maluku dan Papua.
Alat Musik Tradisional Dari Setiap Provinsi Indonesia
Tifa sebenarnya terdapat di Maluku dan Papua. Namun, ada beberapa perbedaan tifa dari Maluku dan Papua. Jika tifa Papua memiliki pegangan di bagian samping, berbeda dengan tifa Maluku yang hanya berbentuk tabung tanpa pegangan.
Tifa terdiri dari tiga jenis yaitu tifa cut, tifa bass dan tifa jekir. Semua jenis ditentukan dengan memperhatikan karakteristik dan asal daerah masing-masing.
Tifa terbuat dari kayu lenggua yang isinya dikosongkan. Kayu Lenggua dipilih karena dipercaya memiliki kualitas yang lebih kuat dan kuat dibandingkan kayu lainnya. Setelah isinya dikosongkan, salah satu sisi tifa akan ditutup menggunakan kulit binatang. Selanjutnya kulit tersebut akan diikat menggunakan rotan menjadi sebuah cincin.
Cara memainkan alat tifa tidak berbeda dengan memainkan gendang yaitu dipukul atau dipukul. Oleh karena itu, tidak heran jika suara yang dihasilkan alat musik tradisional ini tidak jauh berbeda dengan gendang. Hanya saja ukuran dan cara pengikatan tifa mempengaruhi karakteristik suara yang dihasilkan. Semakin kering lapisan kulit maka semakin indah suara yang dihasilkan Alat musik dan sarana komunikasi yang dimainkan dengan daun rumbia merupakan perekat kerukunan masyarakat Maluku dan juga simbol kedamaian dan kerukunan.
Alat Musik Indonesia Bagian Timur
Pagi itu, alunan melodi yang harmonis terdengar begitu indah dari sudut kota Ambon yang sunyi. Nada ritmis dan melodi bercampur dengan lembut namun penuh energi. Setiap ketukan seolah mengatakan sesuatu yang dilanjutkan dengan jenis instrumen melodi pentatonik. Semua keindahan suara ini berasal dari kolaborasi musik bernama Tifa Toto Buang.
Tifa totombah sebenarnya berasal dari dua nama alat musik tradisional Maluku: tifa dan totoburan. Setiap alat musik memiliki fungsi yang berbeda, namun saling mendukung satu sama lain sehingga menimbulkan warna musik yang khas dan indah.
Keberadaan tifa dan totobuang, serta alat musik lainnya di Maluku, disebutkan oleh misionaris terkenal, naturalis dan penulis Francois Valentijn dalam Oud en Nieuw Oost Indien, yang diterbitkan dalam beberapa jilid pada abad ke-18.
Tifa adalah alat musik tradisional khas Indonesia bagian timur dan banyak terdapat di Maluku dan Papua. Menurut Margaret J. Kartomi dalam “Is Maluku Still Musicological terra incognita? Tinjauan Budaya-Musik di Provinsi Maluku” dalam Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 25 No. 1 Maret 1994 di Maluku, tifa memiliki nama lain seperti tihato dan tihal di Maluku tengah, tibal (Fordate dan Tanimbar) dan tiir (Aru). Bentuknya berbeda-beda sesuai dengan daerah asalnya. Tapi umumnya bulat. Badan rangka terbuat dari kayu yang dilapisi rotan sebagai pengikat, dan tongkat terbuat dari kulit kambing atau rusa.
Jenis Jenis Alat Musik Tradisional Berdasarkan Cara Memainkannya
Tifa dimainkan dengan alat pemukul yang terbuat dari gaba-gaba (daun sagu) dan tangan. Valentijn menyatakan tifa digunakan sebagai alat musik dan alat komunikasi masyarakat Maluku. Digantungkan di pintu rumah atau mesjid untuk memanggil orang berkumpul di baileo (rumah adat Maluku) atau untuk memanggil tifa marinyo atau untuk memberitahukan kematian (tifa orang mati). Selain itu, tifa digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian daerah. Belakangan, tifa juga digunakan untuk mengumumkan kedatangan perahu ikan atau untuk menyemangati para pendayung dalam lomba perahu tradisional Arumbae Manggurebe (Belang).
Tifa terdiri dari beberapa jenis seperti tifa jekir, tifafunda, tifa in piece, tifa in jekir in piece dan tifa bas. Tifa yang berbeda ini bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan suara yang dihasilkannya. Misalnya bassa tifa mengiringi musik totoburan, sedangkan tifa dalam potongan-potongan memainkan ritme sinkopasi (penekanan pada nada-nada dengan ketukan lemah).
Sedangkan totombah adalah alat musik melodi yang memiliki nada dan bentuk yang mengingatkan pada gamelan Jawa. Alat musik ini memang berasal dari Jawa, seperti namanya. Buang ini berasal dari kata “tabuh” yang artinya menabuh atau memainkan gamelan. Bentuk fisiknya sama dengan bonang pada gamelan Jawa.
Totobuang menjadi terkenal bersamaan dengan masuknya Islam di Maluku pada abad ke-15. Alat musik berupa gong dengan berbagai ukuran ini dibawa sebagai oleh-oleh atau souvenir acara angkat pela. Pada tahun 1724, Valentijn melaporkan keberadaan totoboom yang terdiri dari lima atau enam gong kecil dalam bingkai kayu dan dipukul dengan sepasang tongkat. Seiring berjalannya waktu, jumlah gong yang ada di totoburan semakin bertambah.
Alat Musik Tradisional
Totombah terdiri dari beberapa gong kecil dalam beberapa ukuran dengan nada yang berbeda. Itu bisa terdiri dari sembilan, 12, 14 atau 18 gong kecil yang disusun dalam dua kolom dan diletakkan di atas bingkai kayu. Menurut Christian Izaac Tamael dalam disertasinya yang berjudul “Contextualizing Music in the Maluku Church” di Vrije Universiteit Amsterdam pada 2015, desa Kristen di Maluku biasanya menggunakan 12 atau 14 gong, sedangkan desa Muslim biasanya memiliki lima, enam, atau sembilan gong. Alat ini digunakan untuk hiburan atau untuk menyambut tamu. Beberapa jemaat Kristen di Maluku menggunakan totoburan dalam beribadah.
Dalam perkembangannya, Buang ini tidak hanya terbuat dari tembaga, tetapi juga dari kayu atau logam lainnya. Tak heran jika ada pelempar kaleng yang terbuat dari sarden kalengan atau pelempar pelempar ini terbuat dari tabung lampu gas. Hal itu dilakukan untuk mengatasi kesulitan mendapatkan totobuang yang biasa didatangkan dari Jawa.
Toto Buang dimainkan dengan cara memukul dua batang kayu. Saat memainkan alat musik ini, tidak semua not berbunyi dengan dinamika yang sama. Ada yang lambat, ada yang kuat. Totobuang sering digunakan dalam berbagai ritual keagamaan dan adat serta hiburan bagi masyarakat Ambon. Misalnya untuk menemani kedua mempelai.
Meskipun tifa dan totobuang adalah dua alat musik yang berbeda, namun ketika keduanya bersatu akan menghasilkan perpaduan yang manis dan indah untuk didengar. Dalam tradisi masyarakat Maluku, tifa biasa dimainkan dengan toto Buang. Karena itulah kerjasama ini dinamakan Tifa Toto Buang. Orang awam juga beranggapan bahwa tifa totobuang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alat musik.
Jenis Alat Musik Tradisional Dan Cara Memainkannya
Tifa totombah biasanya digunakan dalam acara adat, hiburan atau saat penyambutan tamu. Pasca kerusuhan Ambon pada awal tahun 2000-an, masyarakat Maluku menyandingkan tifa totoburan dengan kesenian lain yang bernuansa Islam dan Melayu yang kental, yaitu tari sawat. Tari Maluku ini merupakan warisan budaya para saudagar Arab yang pernah berdagang di Al-Mulk atau semenanjung Maluku.
“Tifa totoburan dimainkan dengan keras, dipadu dengan rebana sawat yang menggema dan kehadiran yang mengharukan,” kata Jacky Manuputty, pendeta Gereja Protestan di Maluku, dalam buku Carita Orang Basudara: Kisah Damai dari Maluku, yang juga dia sunting.
Penyatuan kedua kesenian ini menjadi perekat kerukunan bangsa Maluku dan juga simbol perdamaian dan harmonisasi masyarakat Maluku yang majemuk. Kesenian memang merupakan bahasa universal, dengan sejumlah pesan positif yang disampaikan melaluinya. *Alat Musik Maluku – Apa yang pertama kali terlintas di benak Grameds ketika berbicara tentang pulau Maluku? Beberapa Grameda mungkin memikirkan pantainya yang indah dan menawan. Sebut saja Pantai Natsepa, Pantai Pintu Kota atau Pantai Sulamadaha yang sering dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Atau mungkin Grameds mengasosiasikan pulau Maluku dengan makanannya yang enak? Wajar saja mengingat Maluku memang menyimpan sederet kuliner lezat. Beberapa nama seperti Sagu Papeda, Nasi Lapola dan Ikan Kuah Pala Bunda adalah nama-nama makanan yang terkenal dengan kelezatannya.
Jenis Alat Musik Ritmis Tradisional Dan Cara Memainkannya
Mungkin sebagian Grameda mengenal Maluku karena seni tari tradisionalnya. Beberapa jenis tarian tradisional seperti tari poco-poco, tari bambu gila, dan tari pasang surut merupakan tarian yang unik dan tidak kalah menarik dengan tarian tradisional dari daerah lain di Indonesia.
Terlepas dari apa yang Grameds ingat tentang Pulau Maluku, Anda pasti setuju bahwa pulau yang berasal dari timur Indonesia ini memiliki keragaman budaya, tradisi dengan keunikan tersendiri dan tentunya kekayaan alam, itulah mengapa pulau ini dijuluki
Grameds juga perlu tahu kalau pulau Maluku juga terkenal