Gambar Alat Musik Degung – File: Dua Saron Sunda dan Gede Gede Gong Besar di latar set gamelan degung.jpg
Ukuran pratinjau ini: 400 × 600 piksel. Resolusi lain: 160 × 240 piksel | 320 × 480 piksel 512 × 768 piksel 682 × 1,024 piksel 1,365 × 2,048 piksel | 3.456 × 5.184 piksel.
Gambar Alat Musik Degung
Bahasa Sunda: Dua Saron Sunda dan Gong Gede Gede di latar belakang set gamelan degung
Aplikasi Gamelan Degung Android Update
Izin diberikan untuk menyalin, mendistribusikan dan/atau memodifikasi dokumen ini di bawah persyaratan Lisensi Dokumentasi Bebas GNU, Versi 1.2 atau versi yang lebih baru yang diterbitkan oleh Free Software Foundation; tanpa Bagian Invarian, tanpa Teks Sampul Depan, dan tanpa Teks Sampul Belakang. Salinan lisensi ini disertakan dalam bagian yang berjudul Lisensi Dokumentasi Bebas GNU.http://www.gnu.org/copyleft/fdl.htmlLisensi Dokumentasi Bebas GNU GNU.
File ini dilisensikan di bawah Creative Attribution-Share Alike 4.0 International, 3.0 Unported, 2.5 Generic, 2.0 Generic dan 1.0 Generic license.
File ini berisi informasi tambahan seperti metadata Exif yang dapat ditambahkan oleh kamera digital, pemindai, atau program perangkat lunak yang digunakan untuk membuat atau mendigitalkannya. Jika file telah diubah dari keadaan aslinya, beberapa detail seperti stempel waktu mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan file aslinya. Cap waktu hanya seakurat jam di kamera, dan bisa salah total Arti Degung sebenarnya hampir sama dengan Perunggu di Jawa Tengah, Gong di Bali atau Goong di Banten adalah Gamelan, Gamelan adalah kumpulan dari waditra dengan cara penggunaan alat musik kebanyakan. dipukuli.
Pada mulanya Degung adalah nama waditra yang berbentuk 6 buah gong kecil, biasanya digantungkan pada “kakanco” atau rancak/ancak. Waditra ini disebut juga “geng rantai” atau “jenglong gayor”. Perkembangan menunjukkan bahwa pada akhirnya nama ini digunakan untuk menyebut seperangkat alat musik yang disebut Gamelan Degung dimana pada awal gamelan ini nadanya adalah Degung tetapi kemudian ditambahkan dengan sisipan nada sehingga menjadi nada lain (bisa Madenda/ Nyorog atau Mandalungan/Kobongan/Mataraman)
Gamelan Jawa, Sunda Dan Bali
Ada lagi anggapan sementara bahwa kata Degung berasal dari kata ratu-agung atau tumenggung, sebagaimana diketahui bahwa Gamelan Degung digemari oleh para pejabat pada masa itu, misalnya Bupati Bandung R.A.A. Wiranatakusuma adalah salah satu pejabat yang hanya memuja Degung, bahkan ia telah mendokumentasikan beberapa lagu Degung dalam bentuk rekaman suara.
Ada juga yang mengatakan Degung berasal dari kata “Deg berdiri tegak” yang mengandung pengertian bahwa kita harus selalu menghadap (menyembah) Tuhan Yang Maha Esa. Dalam bahasa sunda banyak terdapat kata yang berakhiran gung yang artinya menunjukkan tempat/kedudukan yang tinggi dan terhormat, misalnya: panggung, agung, tumenggung, dll. Oleh karena itu Degung memberikan gambaran kepada masyarakat Sunda sebagai orang besar dan terhormat yang disenangi oleh Pangagung.
Dari awal Degung adalah awal dari gending, penambahan waditra berkembang dari waktu ke waktu. Baru pada tahun 1958 pertunjukan degung menjadi bentuk gending sekar, dimana lagu-lagu Agung diberi rumpaka, melodi lagu dan bonang terkadang sejajar kecuali nada tinggi dan rendah ketika Sekar tidak mencapainya. Banyaknya kreasi sekar, tari, dan wayang membuat gebrakan seperti sekarang.
Istilah waditra khususnya dalam degung dan umumnya dalam Karawitan Sunda merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan kesenian. Istilah dalam musik “instrumen”.
Gamelan Degung Menggunakan Alat Musik Berupa Dari
Jengglong terdiri dari enam buah. Penempatannya ditangguhkan dan ada juga yang ditempatkan seperti penempatan kenong pada gamelan pelog.
Terdiri dari satu buah gendang besar dan dua buah gendang kecil (kulanter). Teknik menabuh gendang pada mulanya ditabuh dengan menggunakan alat pemukul. Dalam perkembangannya saat ini, gendang pada gamelan degung sama dengan gendang pada gamelan salendro-pelog.
Gong, mulanya hanya ada satu gong besar, kemudian ia menggunakan kempul, seperti yang digunakan dalam gamelan pélog-salendro.
Untuk mengetahui fungsi waditra dalam gamelan degung terlebih dahulu perlu dibedakan bentuk lagu yang dibawakan. Bentuk tembang dalam gamelan degung terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
Degung Alat Musik Tradisional Bandung
Tembang kemprangan tidak berbeda dengan bentuk rerenggongan pada gamelan salendro. Biasanya lagu-lagu yang dibawakan dengan irama satu wilet atau keringan, misalnya lagu Jipang Lontang, Gambir Sawit, Kulu-kulu, catrik dan lain-lain. Pada dasarnya posisi jam sama dengan posisi pada gamelan salendro.
Gumekan sebenarnya adalah nama teknis dari tabuhan, namun disini juga dapat diartikan sebagai bentuk nyanyian yang khas pada lagu-lagu besar. Fungsi waditra dalam gumek sangat berbeda dengan gong lainnya, terutama dalam membawakan melodi sebuah lagu.
Saat ini Direktorat Pelaksana Kampus ITB memiliki 1 set Alat Gamelan Sunda/Degung yang biasa dimainkan oleh mahasiswa di sela-sela kuliah atau karyawan di sela-sela bekerja. Dimainkan pada sore hari, gamelan ini terletak di Lantai 2 Gedung Utama sebelah Ruang Direktur Eksekutif.