Riya dan sum’ah merupakan perilaku tercela yang dapat merusak amal ibadah. Hadis Nabi Muhammad SAW banyak membahas tentang dampak negatif dari kedua perilaku ini dan memberikan panduan tentang cara menghindarinya.
Riya adalah perbuatan yang dilakukan untuk mencari pujian dan pengakuan dari manusia, sementara sum’ah adalah perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan reputasi baik atau menghindari celaan.
Pengertian Riya dan Sum’ah
Riya merupakan sikap atau perilaku seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik dengan tujuan untuk mendapatkan pujian, pengakuan, atau sanjungan dari orang lain. Sedangkan sum’ah adalah sikap atau perilaku seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik dengan tujuan untuk mendapatkan nama baik atau reputasi di masyarakat.Secara
umum, riya dan sum’ah memiliki kesamaan dalam hal tujuan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Namun, terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya. Riya berfokus pada keinginan untuk mendapatkan pujian dan pengakuan secara langsung, sementara sum’ah lebih mengutamakan tujuan untuk membangun reputasi yang baik dalam jangka panjang.
Perbandingan dan Perbedaan Riya dan Sum’ah
| Aspek | Riya | Sum’ah ||—|—|—|| Tujuan | Mendapatkan pujian dan pengakuan secara langsung | Membangun reputasi yang baik dalam jangka panjang || Fokus | Pengakuan dari orang lain | Nama baik dan reputasi di masyarakat || Dampak | Merusak amal ibadah | Dapat memotivasi untuk berbuat baik, namun berpotensi merusak jika tujuan utama adalah reputasi |
Dampak Negatif Riya dan Sum’ah
Riya dan sum’ah merupakan sifat tercela yang dapat merusak ibadah dan hubungan sosial. Hadis Nabi Muhammad SAW mengungkap dampak buruk dari kedua sifat ini.
Konsekuensi Riya
Riya, atau pamer amal untuk mendapat pujian, dikutuk keras dalam hadis. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang melakukan riya, maka Allah akan menghinakannya.” (HR. Tirmidzi). Riya membatalkan pahala ibadah, karena niat pelaku bukan lagi mencari ridha Allah, melainkan pengakuan manusia.
Dampak Sum’ah
Sum’ah, atau mencari popularitas dengan melakukan perbuatan baik, juga memiliki konsekuensi buruk. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang mencari nama baik di dunia, maka Allah akan mempermalukannya di akhirat.” (HR. Ibnu Majah). Sum’ah mengalihkan fokus dari tujuan sebenarnya berbuat baik, yaitu meraih keridhaan Allah, dan menggantinya dengan hasrat untuk mendapatkan pengakuan sosial.
Contoh Bahaya Riya dan Sum’ah
Dampak negatif riya dan sum’ah dapat terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang riya mungkin rajin beribadah di tempat umum, tetapi mengabaikannya ketika tidak ada yang melihat. Orang yang sum’ah mungkin berdonasi dalam jumlah besar untuk mendapatkan pujian, tetapi tidak peduli dengan nasib orang yang membutuhkan di sekitarnya.
Kedua sifat ini merusak keikhlasan, mengikis nilai ibadah, dan menjauhkan seseorang dari ridha Allah.
Cara Menghindari Riya dan Sum’ah
Menghindari riya dan sum’ah merupakan hal penting dalam kehidupan seorang Muslim. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindarinya:
Langkah-langkah Menghindari Riya
- Berniat hanya karena Allah SWT dalam setiap perbuatan.
- Menyembunyikan amal kebaikan dari orang lain.
- Menghindari pujian dan sanjungan dari manusia.
- Tidak membanggakan diri atas amal kebaikan yang telah dilakukan.
- Menyadari bahwa segala amal kebaikan berasal dari Allah SWT.
Praktik Mencegah Sum’ah
- Berusaha selalu bersikap rendah hati.
- Menghindari mencari perhatian atau pengakuan dari orang lain.
- Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
- Memfokuskan diri pada kekurangan diri sendiri.
- Menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki berasal dari Allah SWT.
Hadis tentang Cara Menghindari Riya dan Sum’ah
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang berbuat riya, maka Allah akan mempermalukannya. Dan barang siapa yang berbuat sum’ah, maka Allah akan menghinakannya.” (HR. Tirmidzi)
Hikmah dari Hadis tentang Riya dan Sum’ah
Hadis tentang riya dan sum’ah mengajarkan hikmah penting bagi umat Islam. Riya adalah perilaku melakukan suatu amal semata-mata untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, sedangkan sum’ah adalah perbuatan yang dilakukan agar didengar atau dilihat orang lain.
Pelajaran yang Dapat Dipetik
- Menjauhkan diri dari sifat munafik: Riya dan sum’ah menunjukkan sifat munafik, di mana seseorang berpura-pura beribadah atau berbuat baik hanya untuk mencari perhatian.
- Merusak nilai ibadah: Amal yang diiringi riya dan sum’ah tidak akan diterima oleh Allah SWT karena niatnya yang tidak tulus.
- Menimbulkan kesombongan dan keserakahan: Riya dan sum’ah dapat membuat seseorang menjadi sombong dan tamak, selalu mencari pujian dan pengakuan.
Kutipan Hadis
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan yang dikerjakan karena riya dan sum’ah.” (HR. Muslim)
Kutipan hadis ini menunjukkan bahwa riya dan sum’ah adalah tindakan yang tidak diperbolehkan dalam Islam dan dapat membatalkan pahala ibadah.
Ringkasan Penutup
Hadis tentang riya dan sum’ah mengajarkan kita pentingnya keikhlasan dalam beribadah. Dengan menghindari riya dan sum’ah, kita dapat memperoleh pahala yang tulus dan ridha Allah SWT.
Ringkasan FAQ
Apa perbedaan antara riya dan sum’ah?
Riya dilakukan untuk mencari pujian manusia, sedangkan sum’ah dilakukan untuk mendapatkan reputasi baik atau menghindari celaan.
Apa dampak negatif dari riya?
Riya dapat merusak amal ibadah, membuat hati menjadi keras, dan menghalangi pahala dari Allah SWT.
Bagaimana cara menghindari riya?
Hindari melakukan amal ibadah dengan niat untuk dipuji, beribadahlah secara diam-diam, dan ikhlaskan setiap perbuatan hanya untuk Allah SWT.
Apa manfaat dari beribadah dengan ikhlas?
Beribadah dengan ikhlas dapat mendatangkan pahala yang berlipat ganda, membuat hati menjadi tenang, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.