Iringan Lagu Pada Tari Bedhaya Ketawang Berasal Dari Alat Musik – Tari Bedhaya Ketawang merupakan kesenian kerajaan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kesenian ini mengandung tuntutan filosofis (edukatif) melalui gerak, irama, rasa dan ekspresi penarinya.
Menurut Sylvain Levi dalam bukunya “Theatre Indien”, penari bedhaya harus memenuhi dua syarat, yaitu: pertama, mengenal cerita rakyat, legenda daerah, puisi, dan pemahaman tokoh-tokoh utama.
Iringan Lagu Pada Tari Bedhaya Ketawang Berasal Dari Alat Musik
Kedua, para penari harus mengetahui sejarah negara, arti dari setiap intonasi dan naik turunnya gamelan, yang semuanya terdapat dalam cerita-cerita kuno.
Tari Tradisional Indonesia
Kesenian ini merupakan tarian indah yang hanya dipentaskan pada penobatan dan tingalandalem jumenengan sunan surakarta (perayaan penobatan raja).
Nama tarian ini berasal dari kata bedhaya yang berarti penari istana. Sedangkan ketawang berarti langit, identik dengan segala yang mulia, agung dan mulia.
Tari Bedhaya yang khas merupakan kesenian sakral yang disakralkan karena berhubungan dengan Tuhan, dimana tidak akan terjadi apa-apa tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut RT Warsadiningrat, tarian ini awalnya dibawakan oleh 7 orang penari. Setelah itu, Kanjeng Ratu Kidul menambah 2 penari lagi, sehingga total penari menjadi 9 orang.
Makalah Tari Bedhaya Ketawang 2 (print)
Menurutnya, tari Bedhaya Ketawang diciptakan oleh Bathara Guru pada tahun 167. Awalnya diatur formasi 7 orang. Mereka menarikan tari Lenggotbawa dengan iringan Gamelan dengan lima nada pelog pathet.
7 permata indah itu kemudian dipuja dan diubah menjadi tujuh dewi. Kemudian bidadari menari mengelilingi Bathara Wisnu dari kanan.
Tari Bedhaya Ketawang merupakan kesenian yang diciptakan sebagai simbol kecintaan Kanjeng Ratu Kidul (Ratu Kecanasari) kepada penembak jitu Senapati, raja pertama kerajaan Mataram, saat melakukan pemujaan di Pantai Parangkusuma. .
Setiap gerak-geriknya digambarkan secara meyakinkan namun Panembahan Senapati selalu menolaknya. Maka Ratu Kidul pun memohon agar Panembahan Senapati tidak pergi melainkan tetap di Samudera Kidl dan naik tahta di Sakadhomas Bale Kencana.
Lengkap] Tari Topeng Cirebon: Sejarah, Fungsi, Kostum, Properti + Video
Sebaliknya, jika sewaktu-waktu Panembahan Senapati dan semua raja dinasti Mataram dan keturunannya menyelenggarakan pertunjukan tari Bedhaya Ketawang, Ratu Kidul diharuskan datang ke daratan untuk mengajarkan tarian ini. penari).
Merujuk pada kitab Wedhapradangga, karya seni ini diciptakan oleh Sultan Agung Hayakrakusuma, raja ke-4 kerajaan Mataram. Saat itu Raja Agung sedang bertapa ketika mendengar suara angin di atas cawan (sejenis hewan terbang).
Ketika Raja Agung Hanyakrasuma melihatnya, terdengar suara seperti suara Gamelan Lokananta (gamelan surgawi). Segera terdengar senandung magis yang membunyikan lagu yang indah, agung dan berwibawa.
Ini membuat Raja Agung Hanyakrasuma terpesona. Pagi harinya, ia memanggil para master karawitan untuk mengarang sebuah karya yang menceritakan kejadian yang dialaminya saat bertapa.
Lengkap] Tari Bedhaya Ketawang: Sejarah, Makna, Gerakan + Video
Konon pada saat pembuatan karya tersebut, Raja Agung Hanyakrasumadi didatangi secara ajaib oleh Sunan Kalijaga. Dia mengetahui tentang niat Raja Agung Hanyakrasuma untuk membereskan tempat tidur dan mengungkapkan kebahagiaannya.
Bahkan Sunan Kalijaga mengatakan bahwa karya tersebut akan menjadi pusaka yang mulia bagi raja-raja dinasti Mataram keturunan Raja Agung Hanyakrasuma.
Dia juga memerintahkan agar teka-teki itu disembunyikan pada hari Anggara Kasih agar raja dan rakyatnya selalu damai.
Setelah Gending Ketawang tercipta, untuk menarikan tari Bedhaya Ketawang, Raja Agung Hanyakrasuma menginginkan delapan penari diambil dari putri masing-masing nayaka (menteri kerajaan).
Pdf) Rekonstruksi Tari Bedhaya Endhol Endhol Oleh Gusti Kanjeng Ratu Wandansari Di Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Tari Bedhaya memiliki fungsi pertunjukan lebih dari sekedar, karena tempatnya sebagai tari pusaka bahkan hanya dipentaskan pada waktu-waktu yang sangat khusus.
Selama tarian, Anda tidak diperbolehkan membawa makanan dan asap ke luar, seluruh suasana diharuskan hening dan semua tamu yang hadir tidak diperbolehkan berbicara.
Menurut kepercayaan keraton, Kanjeng Ratu Kidul hadir saat tarian ini dipentaskan. Tidak semua orang bisa melihat, hanya mereka yang peka mata spiritualnya yang bisa merasakan kehadiran ratu.
Konon, saat para penari berlatih, Rau Kidul ikut mengawasi bahkan mengoreksi para penari.
Pola Lantai Tari Bedhaya Dan Kisah Di Baliknya
Tarian ini memiliki syair di salah satu syairnya, yaitu “…tanu astra kadya agni urube, kantar-kantar kyai, yen mati ngendi surupe kyai?” artinya “…kalau kamu mati, mau kemana kyai?”
Ini adalah pengingat bahwa setiap manusia akan mengalami kematian, jadi setiap orang harus berbuat baik dan melayani Tuhannya.
Tari Bedhaya melambangkan kisah percintaan Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senapati. Semuanya tersirat dalam gerak tangan penari dan seluruh bagian tubuh.
Gendhiing ini bersifat sakral dan istimewa, tidak bisa dijadikan Klenengan Gending (hiburan), karena bentuk aslinya berupa tembang yang tergabung dalam tembang gerong. Gamelan yang mengiringi tarian ini antara lain kethuk, kenong, kendhang, gong dan manak.
Lengkap] 20+ Tari Tradisional Jawa Barat Yang Populer
Di tengah acara, irama akan beralih dari pelog ke slendro sesaat hingga 2 kali. Kemudian kembali ke tempat pelog sampai potongannya habis.
Bagian pertama biasanya diisi dengan sindenan (lagu) Durma. Selanjutnya ganti sindenan Retnamulya. Saat mengiringi penari keluar masuk, instrumen Gamelan ditambahkan dengan biola, kecapi, gambang dan seruling.
Tarian ini dibawakan oleh 9 orang yang dilatih khusus oleh para abdi dalem, atau mantan penari keraton yang ditunjuk oleh Sunan untuk menjadi pengajar tari klasik.
Syarat menjadi penari adalah gadis perawan, suci luar dalam, bukan putri Ton Nam.
Daftar 36 Tari Tradisional Indonesia Paling Populer
Aturan ini kemudian diubah pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana XII sejak tahun 1980. Putri-putri Sunan dan penari-penari asing kemungkinan besar diperbolehkan menarikan tarian tersebut. Dengan satu syarat, Anda harus mendapat izin dari Kanjeng Ratu Kidul (spiritual).
Sebanyak 5 orang dipilih dari 36 penari magang dan diizinkan menarikan Tari Bedhaya Ketawang saat gladi bersih di Hari Valentine atau Selasa Kliwon.
Busana yang dikenakan penari Bedhaya Ketawang adalah dodot ageng atau basahan yang biasa dikenakan oleh pengantin Jawa.
Penari juga menggunakan gulungan mangkok yang berukuran lebih besar dari gulungan gaya Yogyakarta, serta berbagai aksesoris perhiasan antara lain centhung, garudha mungkur, saajar jeram, cundhuk mentul, dan to dhadha (rangkaian bunga) bunga melati yang digulung panjang. ). dada kanan).
Tari Bedhaya Ketawang: Pengertian, Sejarah Dan Maknanya
Kostum penari Bedhaya Ketawang sangat mirip dengan busana pengantin Jawa dan didominasi warna biru, menandakan kesenian tersebut merupakan tarian yang menggambarkan kisah cinta Kangjeng Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram. dari Yogyakarta. Tarian ini merupakan jenis tarian sakral yang dilakukan pada acara-acara khusus. Pemain tidak boleh dipilih secara acak. Pemain harus memenuhi beberapa syarat sebelum melakukan tarian ini.
Munculnya tari bedhaya sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram pada tahun 1612-1645. Saat itu Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung. Suatu hari, Sultan Agung sedang melakukan ritual semedi. Di sela-sela meditasi, dia mendengar suara senandung yang memukulnya.
Raja Agung kemudian memanggil para pengawalnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Dari kejadian itulah Sultan Agung menciptakan sebuah tarian bernama Bedhaya Ketawang. Namun ada cerita lain yang menyebutkan bahwa tarian ini lahir pada masa pemerintahan Panembahan Senopati.
Saat bertapa di laut selatan, ia bertemu dengan ratu pantai selatan. Kemudian, lahirlah tari Bedhaya Ketawang setelah Panembahan Senopati melakukan persetubuhan dengan Ratu Kidul.
Sejarah Indonesia Ujp 2012
Sebagai salah satu bentuk tari keraton, tari Bedhaya merupakan tari sakral. Tari Bedhaya yang dibawakan oleh 9 wanita ini akan dibawakan di hadapan seorang raja. Saat wisuda raja, ulang tahun atau perayaan lainnya, tarian ini akan dimainkan. Namun, Tari Bedhaya juga dapat dilakukan di luar keraton asalkan jumlah penarinya tidak 9 orang.
Dengan jumlah penari sebanyak 9 orang, Tari Bedhaya dianggap sebagai tarian luhur yang mengajarkan kesempurnaan hidup manusia. Angka 9 sendiri melambangkan kesempurnaan seseorang sebelum mengalami kematian yang disimbolkan dengan angka 0.
Angka 9 juga melambangkan jumlah warna pada pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Secara filosofis, 9 penari dalam tarian ini melambangkan 9 arah mata yang dikendalikan oleh 9 dewa.
Sebelah utara dikuasai San Hyang Bathara Wisnu, timur laut dikuasai Sang Hyang Bathara Axis, timur dikuasai Sang Hyang Bathara Iswara, tenggara dikuasai Sang Hyang Bathara Mahasora, selatan dikuasai Sang Hyang Bathara Brahma kendali , sebelah barat daya dikuasai Sang Hyang Bathara Rudra, sebelah barat dikuasai Sang Hyang Bathara Mahadewa, sebelah barat laut diperintah oleh Sang Hyang Bathara Sengkara, dan wilayah tengah diperintah oleh Sang Hyang Bathara Siwa.
Penjelasan Lengkap] 25+ Jenis Tari Tradisional Dari Jawa Tengah
Tari Bedhaya tidak sebatas menjadi warisan budaya yang dijadikan tontonan. Tarian ini merupakan salah satu tarian sakral yang dipentaskan pada acara-acara khusus. Dalam sejarah Keraton Surakarta, tempatnya adalah sebuah tarian pusaka.
Selama tarian ini dimainkan, tidak ada makanan yang dibawa keluar dan para tamu undangan tidak diperbolehkan mengucapkan sepatah kata pun.
Menurut kepercayaan Keraton Surakarta, sebagian orang yang peka terhadap alam gaib dapat melihat keberadaan Nyi Roro Kidul. Nyi Roro Kidul konon hadir di setiap latihan penari. Bahkan, Nyi Roro Kidul juga mengoreksi kesalahan yang dilakukan para penari saat latihan.
Namun bagi masyarakat awam yang tidak memiliki kepekaan, mereka tidak dapat melihat dan merasakan kehadiran Nyi Roro Kidul.
Tari Bedhaya Ketawang
Agama di sini berarti mengingat kematian dan hubungan dengan Tuhan. Salah satu lirik pengiring Tari Bedhaya adalah pengingat kematian bagi manusia.
Setiap gerakan dalam Tari Bedhaya merupakan ungkapan kecintaan Nyi Roro Kidul kepada Panembahan Senopati. Semua gerakan dilakukan selembut mungkin sehingga rata-rata orang tidak menyadarinya. Namun, para penari sengaja merias dan berpakaian seperti mempelai wanita dalam pernikahan adat Jawa.
Dalam setiap pementasan, iringan yang digunakan adalah gending ketawang gedhe dengan bunyi pelog. Sedangkan alat musik yang dimainkan adalah kethuk, kenong, gong, kendhang dan manak. Tarian ini juga diiringi lagu yang menggambarkan cinta dan godaan Nyi Roro Kidul kepada raja-raja Mataram.
Pada bagian pertama tarian ini diiringi oleh tembang Durma, disusul oleh Ratnamulya. Saat penari memasuki Ageng Prabasurya, instrumen akan ditambah dengan gambang, rebab, gender,