Lagu Barisan Musik Ciptaan At Mahmud 2021 – Masagus Abdullah Totong Mahmud atau lebih dikenal dengan A.T. Mahmoud, namanya sudah tidak asing lagi sebagai pencipta lagu anak-anak. PADA. Mahmoud lahir pada 3 Februari 1930 di Palembang dan meninggal pada 6 Juli 2010 pada usia 80 tahun.
Bakat musiknya tumbuh sejak usia muda. PADA. Mahmoud pertama kali belajar di Sekolah Rakyat Sembilan Iliri.
Lagu Barisan Musik Ciptaan At Mahmud 2021
Saat berusia 7 tahun, ia pindah ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Di sinilah dia belajar notasi angka dan diperkenalkan dengan musik.
File 13 01 2021 5ffe66772dc7e
Ketika Jepang menguasai Indonesia, A.T. Mahmoud pindah ke Muarenim. Dia mulai belajar drama dan musik. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Ishaq Mahmuddin, anggota grup musik Ming yang terkenal di Muarenim.
Setelah keluar dari pekerjaannya di sebuah bank milik Belanda, ia masuk ke Sekolah Guru Bagian A (SGA). Selama studinya, dia menggubah himne untuk ibunya. Namun, teks lagu tersebut telah hilang.
Pada tahun 1963 dipindahkan ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (STGK) yang terletak di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.
PADA. Mahmoud telah menciptakan ratusan lagu anak-anak, beberapa lagunya berjudul Get the Moon, Mbak, Pelangi, Anak Gembala, Liburan Datang, Paman Datang, Mendaki Gunung, Cemara, Bintang Kejora, Keretaku, Burung Bernyanyi, Aku’ m an Indonesian Child am, cicak di dinding, amelia, music line dan banyak lagi lainnya.
Actividad De Lkpd Tema 3 Subtema 2 Pembelajaran 3
PADA. Mahmoud mengatakan sumber lagu anak-anak itu ada tiga hal. Pertama, dari perilaku anak itu sendiri.
Saat Rika dibawa ke taman kanak-kanak, Rika meneriakkan “Pelangi” di jalan sambil menunjuk ke langit. Dari situlah ide menciptakan lagu Pelangi muncul.
Selain mengarang lagu, ia juga suka menulis. Dia adalah anggota kelompok penulis buku musik SPG untuk proyek pasokan buku sekolah guru tahun ke-5.
Buku yang ia tulis bersama timnya adalah buku musik 1, 2, 3 dan 4 untuk SPG. Kemudian, ia juga ikut menulis buku bersama Ibu Fatt untuk buku pelajaran musik, Sekolah Kita Belajar Musik Musik Aktif dan Kreatif untuk Sekolah Dasar, diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1994.
Lagu Perlawanan? Beneran Ing
Salah satu lagu yang ditulis oleh A.T. Mahmud adalah bahwa saya orang Indonesia. Lagu itu diciptakan pada awal 60-an. Pada tahun 2011, lagu tersebut kembali dinyanyikan oleh Ruth Manurung bekerja sama dengan Terence. Dibuat oleh Abdullah Totong Mahmud atau dikenal dengan A.T Mahmud. A.T Mahmud telah menjadi sosok penting dalam dunia anak Indonesia, khususnya dunia musik. Berkat kata-kata dan melodi yang dia ciptakan, masa kecilnya begitu bahagia dan mendidik bahkan lagu-lagunya dikenang hingga hari ini.
PADA. Mahmud lahir pada tanggal 3 Februari 1930 di Palembang, Sumatera Selatan. Ia adalah pencipta lagu anak Indonesia yang masih dikenal luas. A.T Mahmud adalah anak kelima dari 10 bersaudara pasangan Masagus Mahmud dan Masayu Aisya.
Di lingkungan terdekatnya, ia akrab dipanggil Totong. Nama itu berasal dari seorang tetangga yang memanggilnya “tong” ketika dia masih kecil. Pada Januari 1963, ia masuk Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP) Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana.
Pada tahun yang sama ia dipindahkan ke Sekolah Latihan Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) Jakarta Selatan di Jalan Halimun. Di sanalah A.T. Mahmoud menemukan lahan subur untuk mengembangkan bakat musiknya, terutama dalam menciptakan lagu anak-anak.
Review: Menua Bersama The Adams Dengan
Di rumah, saat ada waktu luang, A.T. Sejauh ini, ada sekitar 500 lagu anak-anaknya yang menjadi populer hingga saat ini, seperti
Bermula ketika ia mengantar anaknya, Rika, yang baru berusia lima tahun, ke sekolah. Rika berteriak “Pelangi” di jalan. dan menunjuk ke langit. Dari situ, dia menyanyikan pelangi dengan menemukan kata-kata yang tepat untuk anak-anak.
Tercipta saat Rika sedang bermain di teras rumah. Saat itu tengah bulan purnama, anak itu berteriak meminta bulan. Berkat momen ini, lagu itu lahir. A.T Mahmud pernah mendapatkan beberapa penghargaan seperti Bintang Budaya Parama Dharma (2003) dari Presiden Megawati Soekarnoputri dan AMI Lifetime Achievement Award (2003). PADA. Mahmud meninggal pada usia 80 tahun pada tahun 2010. pada 6 Juli. (dan) Suatu hari setelah hujan, seorang bapak mengendarai sepeda motor menjemput anaknya dari sekolah. Anak itu duduk di kursi belakang. Udaranya bersih dan cerah, ban sepeda motor menggerus jalanan yang basah. Setelah melewati Pasar Cikini, sepeda motor berbelok ke arah Jalan Surabaya dan melintasi rel kereta api, kemudian sampai di Jembatan Pasar Rumput. Saat berada di jembatan sambil menunjuk ke langit, anak itu berteriak, “Pelangi!” Ayah A.T. Mahmoud dan anak mereka bernama Rika. Sebelum menuju Jalan Guntur menuju Jalan Halimun, bapak yang penasaran itu memperlambat laju sepeda motornya. Benar saja, dia melihat pelangi di langit cerah, melengkung indah, membubung membentuk setengah lingkaran. “Fokus tiba-tiba Rika pada pelangi di tengah kemacetan membuat pikiran dan perasaanku macet. Mengapa dia tertarik pada pelangi? Di mana dia melihat pelangi? Apa yang dia coba katakan? Mungkin dia melihat atau mengenali pelangi di kelas seni ketika gurunya memintanya menggambar pelangi di atas kertas. Kini Rika melihat pelangi di langit luas. Bentuknya sangat besar, warnanya sangat cerah,” tulis A.T. Mahmud dalam memoarnya berjudul A.T. Mahmoud Meniti Pelangi (2003). Dari peristiwa inilah lahir lagu anak berjudul “Pelangi” yang telah didengar oleh ribuan bahkan jutaan anak Indonesia. PADA. Mahmud menghadirkan fenomena alam ini secara sederhana sekaligus memperkenalkan keimanan kepada Tuhan sejak dini. Sejarah nama
Lahir pada tanggal 3 Februari 1930 di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang dengan nama panggilan A.T. Mahmud adalah Abdullah dan biasa dipanggil Dola, tetapi lebih sering dipanggil Totong. Putra dari Masayu Aisya dan Masagus Mahmud ini adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Kemudian nama Abdullah atau Dola menghilang. Nama ini terakhir kali tercatat pada masa Jepang, tepatnya tahun 1945, ketika ia belajar di Sekolah Shoritsoe Mizoeho Gakoe-en. Ijazah yang dikeluarkan sekolah bertuliskan “Masagus Abdoellah Mahmoed”. Setelah itu, panggilan hariannya hanyalah Totong, baik di rumah, di desa, maupun di antara teman-teman sekolahnya. Bahkan pada tahun 1950, saat ia lulus SMP, nama Thothong Mahmoed tertulis di ijazahnya. Dalam biografi mini berjudul A.T. Mahmud: Pengarang lagu anak ciptaan Tata Dhanamiharja itu menyebutkan, nama Totong diduga berasal dari keluarga Sunda yang bertetangga dengan A.T. Mahmoud ketika masih kecil.
Dokumentasi Pekan Perkenalan Khutbatul ‘arsy Unida Gontor 1443 H
Saat menggendong dan menimang anak, masyarakat Sunda sering mengatakan: “… Tong! … Otong”. Sang ibu mendengar kata-kata seperti suara “Totong”. Sejak itu, ibunya memanggilnya “Totong”. Nama lengkapnya kemudian menjadi Abdullah Thotong Mahmud dan biasa disingkat A.T. Mahmud:
PADA. Mahmoud pertama kali belajar di Sekolah Rakyat saat tinggal di Nin Ilir. Setelah berumur 7 tahun, ia pindah ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Di sekolah inilah dia pertama kali belajar membaca not angka. Satu hal yang sudah lama ada di benaknya adalah bagaimana guru menyajikan urutan not. Dari do rendah ke do tinggi, guru menggunakan kata do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an. Dan saat Anda mengubah nada tinggi ke nada rendah, kata-katanya menjadi “e-nak-ni-an-do-dol-ga-root”.
Setelah siswa menguasai tinggi barisan nada, dari atas ke bawah, melalui latihan dengan kata-kata, guru kemudian mengganti kata-kata tersebut dengan angka. Para siswa kemudian diberi lagu baru untuk dipelajari. Ketika Jepang menginvasi Indonesia, dia masih kelas V di HIS dan harus pindah ke Muarenim. Di kota ini, dia bersekolah di bekas sekolah Jepangnya dan mulai belajar teater dan musik. Di Muarenim, ia juga bertemu dengan Ishaq Mahmuddin, seorang anggota orkes ternama di kota itu. Ishak mengajarinya bermain saksofon, gitar, ukulele, dan bas, serta membimbingnya membuat lagu. Atas undangan Ishak, ia pun ikut orkestra yang sering tampil di pesta pernikahan, khitanan, dan hajatan lainnya. “Ishaq Mahmuddin adalah orang pertama yang mengajari saya bermain gitar sekitar tahun 1943 di kota Muarenim dan juga mengenalkan saya pada dunia musik. Dia musisi dan salah satu pencipta lagu Sumatera Selatan yang mempengaruhi saya dalam hal mencipta lagu,” tulis AT. Perpustakaan Mahmud Nada. Dalam pengantar 230 Lagu Anak (2008). Masa revolusi yang terus membara mengharuskannya bergabung dengan barisan pejuang Tentara Pelajar dan pernah diserang oleh tentara Belanda. Namun, karena pihak Belanda tidak memiliki cukup bukti keterlibatannya, ia dibebaskan bersama lima temannya. Setelah Belanda mengakui kedaulatannya, keadaan berangsur-angsur kembali normal dan ia dapat mengikuti ujian akhir SMP pada bulan Agustus 1950 dan dinyatakan lulus. Karena kekurangan dana, ia tidak bisa langsung melanjutkan studinya. Akhirnya atas ajakan Massagus Alvi, pamannya, ia bekerja di sebuah bank milik Belanda yang masih beroperasi karena masih dalam masa transisi. Meski sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, namun motivasi untuk melanjutkan studi masih tinggi. Dia akhirnya berhenti dari pekerjaannya di bank dan mendaftar sebagai siswa di Divisi A (SGA) di Sekolah Guru. Ia belajar di sekolah selama tiga tahun dan berhasil membuat lagu untuk ibunya.
Setelah lulus, ia mengajar di SGB Tanjungpinang. Di kota inilah dia bertemu calon istrinya. Varsa pada tahun 1956 pindah ke Jakarta untuk melanjutkan studinya di jurusan Bahasa Inggris. Dua tahun kemudian, dia menikah dan istrinya juga dibawa ke Jakarta. Setelah menyelesaikan masa studinya di Jurusan Bahasa Inggris, ia ditugaskan di SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. Tak lama setelah pengangkatannya, dia belajar di University of Sydney, Australia, untuk mendapatkan sertifikat Pengajaran Bahasa Inggris sebagai kursus Bahasa Asing dengan mengorbankan program Kolombo. Kembali dari Australia pada tahun 1963, ia melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Pendidikan di Jakarta. Tahun ini, ia juga dipindahkan ke Sekolah Latihan Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) Jalan Halimun di Jakarta Selatan. Kecintaan pada musik, terutama menulis lagu anak-anak, membuatnya mendapat tempat di SGTK.