Musik Bambu Hitada – ACARA SENI DAN BUDAYA Ribuan seniman Bambu Thailand bersiap memecahkan rekor MRI di Morotai Festival 2019
Daruba, Morotai, : Pada kesempatan hari H pencatatan rekor MURI, ribuan pemain tada bambu serta pemain juk dan pengisi suara dari beberapa desa, lima kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai berkumpul meninggalkan ibu kota. Karena itu, kata Assyura Oemar, penanggung jawab venue musik tradisional Bambu Hitada pada Festival Morotai yang sedang berlangsung, hari ini.
Musik Bambu Hitada
“Setidaknya 2.541 penabuh bambu tada siap memecahkan rekor MURI. Mereka sedang melakukan latihan untuk memperkuat penampilan musik tada bambu, dalam rangka persiapan penampilan di acara puncak Festival Morotai, Rabu 07 Agustus 2019,” katanya katanya.
Alat Musik Tradisional Papua Lengkap Sejarahnya
Sebagai penanggung jawab venue musik tradisional bambu Hitada (tada), Assyura menuturkan sejak 1 Agustus lalu, penyelenggaraan musik bambu tada dari setiap desa hingga pusat kota Daruba, baik secara umum maupun persiapan utama. acara festival.
Musik bambu hitada merupakan salah satu kesenian tradisional yang sangat populer di Maluku Utara khususnya masyarakat Halmahera. Itu sering disajikan di berbagai acara seperti acara budaya, acara budaya dan lain-lain.
Asal usul musik bambu Hitada berasal dari tradisi masyarakat purba yang hidup dengan alam dengan menggabungkan beberapa bahan yang mereka temukan di alam, kemudian mereka menciptakan jenis musik yang unik.
Alat musik yang digunakan dalam musik bambu Hitada terutama terdiri dari potongan bambu, qikir, biola, dan juk. Potongan bambu ini merupakan salah satu alat terpenting yang memiliki panjang yang berbeda-beda karena batang bambu berlubang sesuai dengan panjang bambu. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suara yang berbeda.
Soal Us Sem 2019
Keterampilan penduduk desa memainkan musik tradisional inilah yang membuat rekor MURI ini, menjadikan Kabupaten Morotai rekor baru dalam sejarah karena pemain musik bambu tada, suara dan pemain Juk sama-sama mencapai 2.541 orang.
“Latihan masing-masing peserta yang kami ikuti kurang detail. Saat senam penguatan pada Sabtu, 3 Agustus, sebanyak 2.223 orang mengikuti senam penguatan. Namun, pada Minggu, 4 Agustus 2019, ada 2.541 orang yang mengikuti senam. latihan pemantapan, antara lain pemain musik tada bambu, pengisi suara dan pemain juk,” kata Assyura.
Mereka berasal dari Desa Mira, Desa Sambiki Baru, Desa Hino, Desa Seseli Jaya, Desa Buho Buho, Desa Yao, Desa Tawakali, Desa Dakita, Desa Loleo Jaya, Desa Cio Gerong, Desa Tutuhu, Desa Korago, Desa Toara, Desa Loleo, Desa Gorogo dan Desa Pangeo.
“Sudah penuh dengan peserta dan wisatawan. Di sisi lain, rumah tempat tinggal para peserta tersebar di beberapa desa di kota Daruba. Di antaranya Desa Daruba, Desa Yayasan, Desa Gotalamo, Desa Darame, Desa Pandanga, Desa Juanga dan Desa Wawama,” imbuhnya.
Rayakan Hut Ri Ke 74, Anak Anak Berkebutuhan Khusus Slc Semangat Ikuti Aneka Lomba
Ia berharap atraksi musik bambu tada sukses tampil di puncak perhelatan Morotai Festival 2019 dan siap mencatatkan namanya di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Awalnya kami lapor peserta sesuai tahun pelaksanaan yaitu 2019, namun data terakhir sekitar 2.541 orang. Jadi jumlah peserta terbanyak di Indonesia bahkan di dunia,” ujarnya.
Di sisi lain, koreografer Eko “Pece” Supriyanto yang menyutradarai tarian besar dan musik bambu tada menjelaskan bahwa persiapan dan persiapan pelatihan terus ditingkatkan dan yakin akan mencapai tujuan sebelum datang. terlihat.
“Sejauh ini pelatihan perkuatan konstruksi sudah mencapai 80 persen, dan besoknya progresnya naik lagi karena masih harus dibersihkan. Selebihnya waktu ini akan ditingkatkan lagi agar target sesuai dengan harapan,” ujarnya. ditambahkan. Musik Bambu Hitada adalah bentuk kesenian tradisional dari Maluku Utara. Kesenian musik ini biasanya dimainkan secara berkelompok dengan menggunakan alat musik tradisional yang berbeda-beda. Musik Bambu Hitada merupakan kesenian tradisional yang cukup terkenal di wilayah Maluku Utara khususnya masyarakat Halmahera dan sering dipentaskan dalam berbagai acara seperti festival adat, festival adat dan acara lainnya.
Asal Mula Peninggalan Musik Bambu Asal muasal warisan Musik Bambu tentunya berasal dari tradisi masyarakat zaman dulu yang lebih hidup dengan alam. Alam yang luas tidak hanya membantu mereka untuk bertahan hidup, tetapi juga menjadi inspirasi untuk menciptakan sesuatu, salah satunya Musik Pusaka Bambu. Dengan menggabungkan beberapa bahan yang mereka temukan di alam, mereka kemudian menciptakan jenis musik yang unik.
Yuk, Kenali Lebih Dalam Seluk Beluk Alat Musik Marakas
Bagi masyarakat Halmahera, seni musik Bamboo Hitada ini tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini merupakan tradisi masyarakat jaman dulu yang menggunakan lagu dan musik sebagai media untuk berkomunikasi dengan Tuhan atau leluhurnya.
Alat musik yang mereka gunakan saat itu masih menggunakan alat musik sederhana atau alat musik yang mereka ciptakan dari bahan alam. Selain penambahan alat musik modern, hal ini juga mempengaruhi perkembangan musik Hitada Bamboo. Salah satunya dengan menambahkan berbagai alat musik modern seperti gitar dan biola untuk melengkapi, namun tidak mengubah musik aslinya.
Jenis Alat Musik Bambu Hitada Alat musik yang digunakan dalam seni musik Bambu Hitada terdiri dari potongan bambu, biola, zikir, dan juga juk. Bagian bambu adalah instrumen utama yang digunakan dalam musik hita. Alat musik Potongan bambu yang digunakan memiliki panjang yang berbeda-beda dan setiap batang bambu memiliki lubang sesuai dengan panjang bambu. Ini dilakukan agar instrumen menghasilkan suara yang berbeda.
Sedangkan alat musik Cikir merupakan alat musik yang terbuat dari batok kelapa yang diisi dengan beberapa batu bulat atau biji hijau kering. Ibarat bel, jika digerakkan maka akan berbunyi. Kemudian jukebox adalah sejenis alat musik gitar yang dibuat sendiri dan dimainkan dengan cara yang sama. Sedangkan alat musik biola yang digunakan adalah biola ukir tradisional yang juga dimainkan dengan cara yang sama.
Perahu Bidar, Tradisi Tahunan Sungai Musi
Cara Memainkan Musik Bambu Hitada Seperti grup lainnya, Musik Bambu Hitada dimainkan sesuai dengan aktivitas mereka dan kemudian digabungkan menjadi satu nada yang cocok. Alat musik bambu yang dimainkan dengan cara ditabuh. Setiap bambu memiliki satu nada, sehingga akan dimainkan secara berbeda antara satu bambu dengan bambu lainnya. Aturannya, jika bermain di tanah, untuk memukul bambu harus ditutup dengan karung kayu. Selain mencegah lantai tergores, hal ini juga dilakukan untuk mengurangi kebisingan.
Kemudian simbal dimainkan dengan cara digoyangkan sesuai irama. Sedangkan juke dan biola dimainkan seperti biasa. Seperti alat musik gitar yang dimainkan dengan cara dipetik dan dimainkan sesuai dengan senarnya. Alat musik biola tradisional yang dimainkan dengan menggesek.
Festival Musik Bambu Hitada Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Musik Bambu Hitada ditampilkan secara berkelompok. Jumlah musisi dalam satu hita biasanya terdiri dari 7 sampai 13 orang, hal ini sering disesuaikan dengan keadaan grup. Setiap pemain membawa alat musik kemudian memainkannya sesuai dengan koordinasinya.
Dalam pementasan Bambu Hitada ini biasanya penyanyi laki-laki tampil. Sedangkan untuk para wanita dalam pertunjukan, mereka biasanya hanya berperan sebagai pengisi suara. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu tradisional. Namun ada juga lagu pop atau lagu modern yang dibuat komposisi dan juga variasi agar menarik.
Wasile Selatan Mekar,fayaul Bukitio Ibukota Wasile Barat
Perkembangan Musik Pusaka Bambu seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan Musik Pusaka Bambu mulai menghilang dan juga harus bersaing dengan musik modern. Kurangnya perhatian publik dan pemerintah juga dapat menjadi bagian dari penurunan popularitas Musik Bambu Hitada. Beberapa grup musik yang masih eksis berusaha dan berusaha untuk terus eksis dan mengembangkan Musik Bambu Hitada agar dapat terus dinikmati oleh masyarakat.
Komposisi dan variasi yang berbeda sering disertakan dalam setiap pertunjukan, baik dari segi alat musik, lagu, dan juga cara memainkannya. Hal ini dilakukan agar terlihat menarik, namun tidak merusak kualitas musiknya. Selain itu Musik Bambu Hitada masih sering dipentaskan di berbagai acara seperti acara budaya, resepsi, pernikahan dan acara lainnya. Selain itu, Musik Bambu Hitada juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti pertunjukan musik, festival budaya, dan promosi pariwisata. Hal ini dilakukan untuk mengedukasi generasi muda dan masyarakat lainnya tentang musik tradisional.
Nilai-nilai dalam Musik Bambu Hitada Selain kaya akan nilai seni, Musik Bambu Hitada juga memiliki beberapa nilai penting diantaranya, seperti nilai spiritual, nilai sejarah, dan juga nilai kreatif. Nilai spiritual ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakat menggunakan Musik Bambu Hitada sebagai media untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui musik dan lagu.
Nilai sejarahnya, terlihat dari keberadaan Hitada Bamboo Music yang cukup lama dan telah menjadi bagian penting dari masyarakat yang tinggal di sana. Sedangkan nilai kreativitas dapat dilihat dari bagaimana mereka menciptakan alat musik dari alat musik yang sederhana dan juga menciptakan jenis musik yang unik dan menarik. Dari nilai-nilai inilah kami menjaga dan juga melestarikan Musik Bambu Hitada sebagai warisan budaya agar tidak hilang seiring berjalannya waktu. Dilaksanakan di Ex Sail, Desa Juanga, Kec. Morotai Selatan (Rorsel), Rabu (8/7/2019).
Alat Musik Maluku Utara
Tim verifikasi dari Lembaga Rekor Nasional Museum Rekor Dunia (MURI) bisa menyaksikan rangkaian acara Morotai Festival 2019 yang bertemakan “negeri cerita”.
Di sana, dalam salah satu rangkaian acara, kami melihat pagelaran tada bambu yang dihadiri oleh masyarakat paling banyak, berjumlah 2.124 orang,” ujar Kelompok Koordinasi MUR, Awan Rahargo.
Menurutnya, penampilan musim Bamboo Hitada ini dibawakan oleh putra-putri terbaik Pulau Morotai dan Indonesia secara keseluruhan, yang tentunya