Musik Campursari Adalah Karya – Solo,- Tri Agus Bayuseno, pengusaha dan politikus asal Gemolong, Saragen, membuat gebrakan baru. Setelah sukses di dunia bisnis, pria yang akrab disapa Bayu Tab ini kini mulai merambah dunia tarik suara.
Tidak main-main, keseriusannya ditunjukkan dengan segera merilis album pertamanya yang bergenre dangdut campuran dan pop dangdut milenial. Debut album berisi 11 lagu itu diluncurkan secara megah pada Rabu (20/3/2019) malam di Hotel Asia Solo.
Musik Campursari Adalah Karya
Tak hanya dihadiri ratusan rekan dan artis, peluncuran album ini terasa lebih spesial karena dihadiri oleh maestro keroncong ternama asal Solo, Hj. Waldzinah
Segera Hadir Karya Didi Kempot Rasa Wali Band
Baca Juga: HUT PDIP ke-50, Megawati keluarkan 7 amanat penting Semua kader harus mengakui, inilah intinya!
Dalam acara tersebut, Bayu membawakan beberapa lagu yang menjadi hits dari album debutnya. Diantaranya adalah Kekes, Jeruk Keket dan Pak Tani. Di album debut ini, Bayu menggandeng beberapa artis campersari Saragen ternama seperti Neelam Sari dan Ikka Sukma.
Bayu Tab mengatakan kepada wartawan bahwa album debutnya diproduseri oleh teman lamanya Joko Lelono bekerja sama dengan produser RAT Plus. Pertemuannya tiga bulan lalu dengan Jocko yang berjiwa seniman akhirnya menjadi titik awal baginya untuk serius menggarap menyanyi dan membuat album.
“RAT Plus dibuat secara tidak sengaja. Dari percakapan saya dengan teman lama Mas Jocko Lelono. Mas Jocko suka menulis lagu, saya suka bernyanyi. Akhirnya kami sepakat untuk mencari lagu dengan pesan moral yang dapat menjangkau orang. Tiba,” ujar Bayu di sela-sela acara.
Kisah Perjalanan Hidup Didi Kempot, Mulai Dari Pengamen Jalanan Sampai Menjadi Mestro Campursari
Siap berangkat jauh dari Sragen, Bayu TAB membantu penjemputan logistik untuk korban gempa Cianjur. Danrem Bogor menyampaikan apresiasi
Dukung pelestarian alam, perusahaan peternakan modern PT BBM membagikan 150 bibit alpukat kepada petani di Miri. Dandim mengungkapkan kekagumannya
Inilah daftar 11 penyandang disabilitas di Sragen yang mendapat bantuan alat bantu dengar hingga kursi roda. Bayu TAB berharap bisa meringankan beban! Didi Kempot muncul di era milenial dan milenial. Namun satu hal yang tak lepas dari Didi Kempot adalah jenis musik Campersary.
Didi Kempot Bahkan, sudah menjadi kabar umum bahwa artis bernama asli Didi Prasetyo ini sudah memiliki banyak pengalaman di industri musik Tanah Air.
Gebrakan Baru Pengusaha Sragen Bayu Tab Rambah Dunia Musik. Launching Album Campursari Millenial, 5000 Keping Cd Siap Beredar » Joglosemar News
Namun, kali ini penampilannya lebih megah, menyentak dan melebarkan banyak mata seiring permintaan Prabhu Didi yang semakin besar. Tak sebatas penjual CD bajakan, namun berhasil menarik perhatian banyak pihak dan pelaku industri musik kreatif di era milenial.
Didi Kempot muncul di era milenial dan milenial. Namun satu hal yang tak lepas dari Didi Kempot adalah jenis musik Campersary. Maka saya mengajak sobat Ambayar semua, sadboys, sadgirls, atau siapa saja yang mengikuti kegiatan Mas Didi Trotoar Buskers Group (Kempot) untuk bernostalgia sedikit tentang masa kejayaan musik Campersari di Indonesia.
Tulisan Joko Wiyoso “Jejak Campersari” dalam Jurnal Harmonia – Jurnal Seni UNNES (2007) mengisahkan sejarah awal perkembangan Campersari yang diciptakan oleh R.M. di Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang. Diawali dengan kegiatan sebuah kelompok seni yang dirintis oleh Samsi. Pertengahan 1953
Mulai mendengar kata Campsari. Kelompok kesenian tersebut bernama Campersari RRI Semarang. Saat itu, ia rutin mengisi siaran radio setiap Rabu malam, mulai pukul sembilan hingga dini hari.
Sruti Dan Koko Thole Mencari Penyanyi Terambyar Di Ambyar Awards Spesial 2021
Saat itu, popularitas mereka bersifat lokal. Artinya, hanya di wilayah yang tercakup oleh frekuensi radio. Karena saat itu tidak semua rumah memiliki radio.
Campsari akhirnya terhenti. Pada tahun 1978, ia mulai berpikir untuk mengembangkan karyanya ke lingkup yang lebih besar. Ki Era Records, label rekaman yang menaungi rekaman sekaligus distribusi Campersary RRI Semarang.
Pada tahun 1978 hingga 1980, Ira Records sukses memasarkan sembilan album rekaman musik Campersary RRI Semarang. Produktivitas yang pantas mendapatkan pujian sejati. Lagu yang direkam antara lain Sumpah Palapa, Lela-Ledhung, Yen Ing Tawang Ana Lintang, Wingko, Watan Konko, Ondhe-Ondhe, Jenang Gula dan masih banyak lagi.
Namun popularitas Campersari RRI Semarang masih kalah bersaing dengan rekaman Ki Nartosabdo. Hasil analisis menyatakan bahwa dari segi komposisi, RRI Karya Campersary Semarang masih kalah dengan karya Ki Nartosabdo.
Foto: [feature] Konser Didi Kempot Bikin Hati Ambyar
Tahun 90-an, muncul produser musik bernama Anto Sugiartono. Melalui tangan dinginnya, musik Campsari dikenal luas di nusantara. Komposisinya menggabungkan alat musik barat seperti keyboard, gitar elektrik, dan bass yang tidak digunakan dalam format pendahulunya.
Campersari Anto Sugiartono membuka kemungkinan yang lebih luas dan fleksibel. Banyak jenis musik bekerja. Gaya Jawa, dari Keronkong hingga Dangdut. Pada tahun 1993 ia juga membentuk grup CSGK (Mixer Sari Gunung Kidul). Dari kelompok ini kami mulai belajar lagu-lagu Campersari seperti Gethuk, Kanka Tani, Nyadam Sari, Lamis, Kempling, Mbah Dakun, atau Tivul Gunung Kidul.
Memanfaatkan kecerobohannya membawa rombongan ke Jakarta, ada konsekuensinya. Album demi album laris manis. Lagu-lagunya semakin dikenal dan diminati. Sampai saat ini kita masih sering mendengar lagu nyadam sari atau lamis dalam acara pernikahan berlatar belakang budaya Jawa.
Belakangan kita mengenal Anto Sugiartono sebagai Key Manthaus. Seorang musisi Kampsari yang juga pernah meraih Anugerah Musik Indonesia, dan telah melahirkan banyak penyanyi Kampsari seperti Sunyahni dan Nurhana.
Kidung Etnosia: Dari Gunungkidul Membumikan Orkestra Campursari
Dari segi busana, penyanyi Kampsari memilih mengenakan pakaian adat Jawa. Seperti lurik atau basecap untuk pria dan kebaya lengkap dengan model sanggul untuk penyanyi wanita.
Dari situ terlihat bahwa upaya untuk menghormati budaya Jawa masih sangat kuat dan jelas. Meski musik campesori terkesan bertentangan dengan konsep gamelan saat ini, namun sebenarnya ada metode yang tetap dipertahankan. Sebagai musisi juga duduk bersila.
Keyboard, gitar, bass elektrik, dan gendang mengiringi saron, bonang, kendhang, dan gong. Kami menemukan penyelarasan yang paling konsisten dalam melodi dalam gamelan Salandro pelog dan dalam musik diatonis barat.
Padahal, selain mengatakan “Lara Ati Lebih Baik Jadi Jogeti”, jauh sebelum itu ia juga berbicara tentang keberagaman. Tentang pluralisme yang masih bisa bersatu. Dengan media yang handal tetap bisa menyatukan semua yaitu musik. Meski format musik Didi Kempot kini tanpa seperangkat alat gamelan, hal itu tidak menjadi masalah. Demikian ratusan penikmat musik Kampsari memenuhi Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada Rabu (25/9) dalam konser bertajuk Karya Guru “Manthaus”.
Campursari Genre Jvsan Dan Re
Konser “Manthaus” karya master ini diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan bertujuan untuk memuji salah satu seniman musik senior Yogyakarta.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Ako Nugroho mengatakan, Manthaus merupakan seniman yang sangat konsisten dengan jalurnya yaitu musik campesori.
Aris menjelaskan, sebagai seniman musik tradisional, Manthaus banyak menghasilkan karya seni dan semua karyanya harus dilestarikan. Tujuannya untuk menghapal semua karya Pak Manthaus.
“Harus ada generasi muda yang mampu meneruskan seni musik tradisional kempsari ini sehingga bisa berkembang sebagai identitas budaya Gunangkidul Yogyakarta yang sebenarnya,” jelasnya.
Lagu Campursari Terbaik, Terpopuler, Dan
Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB ini menampilkan sekitar 20 lagu Kempsari Manthaus yang dibawakan oleh para artis yang tergabung dalam Kempersari Gunung Kidul Group (CSGK).
Membuka konser ini, grup CSGK membawakan lagu berjudul Gunung Kidul Handyani dan dilanjutkan dengan lagu Getuk yang merupakan salah satu lagu populer di awal karya Manthaus.
Acara dilanjutkan dengan lagu-lagu seperti Nyadam Saree, Lamis, Mundra dll. Sebagai puncak acara, ada pula penampilan Dimas Tedjo, mahasiswa Manthaus.
“Saya sudah mengenal Tuan (Manthaus) sejak lama dan saya adalah generasi terakhir yang dia buat sebelum dia meninggalkan kita semua,” katanya.
Manthous: Sang Maestro Campursari
Dimas menambahkan banyak ilmu dan pelajaran yang didapatnya seperti belajar musik dan belajar vokal. Tahun 2000 adalah tahun dia mulai masuk studio bersama Manthaus.
“Saat itu dia sangat sabar dengan saya, meski terkadang dia marah, saya menggunakan dia sebagai cambuk agar dia bisa berkembang dan maju. Akhirnya sekarang saya di sini, bisa pentas lewat campesary dan mencari nafkah,” tambah Dimas Tedjo.
Pada Konser Karya Master “Manthaus”, penghargaan dari Dinas Kebudayaan DIY juga diberikan untuk karya-karya Manthaus. Penghargaan tersebut diterima oleh keluarga artis pria bernama asli Anto Sugiartono (Manthaus). Dalam dunia musik nasional Indonesia istilah Campersari mengacu pada persilangan beberapa gaya musik kontemporer Indonesia. Nama Campersari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik Campersari di Jawa bagian tengah hingga timur khususnya berkaitan dengan modifikasi alat musik gamelan untuk memadukannya dengan alat musik Barat, atau sebaliknya. Padahal, instrumen-instrumen ‘asing’ ini ‘tunduk’ pada standar musik yang disukai masyarakat setempat, seperti gaya dan jenis kelamin. Kemudian unsur-unsur baru dengan cepat masuk seperti gaya Jawa (Keronkong) dan akhirnya Dangdut.
Pada tahun 2000-an dikenal bentuk Campersari yang merupakan campuran gamelan dan keroncong (misalnya Kena Goda dari Nurhana), campuran gamelan dan dangdut, dan campuran keroncong dan dangdut (kangdut seperti lagu-lagu Didi). Kempot). Meski perkembangan Campersari menuai kritik dari para pendukung kemurnian gaya musik tersebut, namun semua pihak sepakat bahwa Campersari menghidupkan kembali musik tradisional di tanah Jawa.
Lagu Ojo Dibandingke Viral, Abah Lala Berikan Semangat Untuk Seniman Campursari
Kemunculan musik Campersari awalnya menyimpang dari gaya musik Keroncong asli, namun Campersari tetap menggunakan dasar-dasar Keroncong. Ada yang condong ke musik Karawitan, ada yang condong ke Caroncong. Campersari telah diolah sedemikian rupa untuk menghasilkan jenis musik Jawa modern, liriknya tetap mengadopsi lirik nyanyian tradisional Jawa, meskipun tidak semuanya, karena sebagian besar seniman menyesuaikan lagu Campersari dengan kondisi saat ini. era.
Asal muasal Campersari diketahui oleh masyarakat luas seperti yang dipopulerkan oleh Manthaus pada akhir tahun 1980-an oleh grup gamelan “Maju Lankar” yang menambahkan keyboard pada orkestra gamelan. Namun akan menjadi jelas jika kita menyimak sejarah Campsari berikut ini:
Istilah Campersari awalnya tidak dicetuskan oleh Manthaus, tetapi dicetuskan pada tahun 1953 oleh beberapa seniman Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang yang didirikan oleh RM. Samsi, S.Dharmanto dan kawan-kawan (Vyoso, 2002:165). Di era itu, Campsari dimainkan hanya dengan lagu-lagu bergenre