Musik Goong Renteng Berasal Dari – Saat membawakan musik tradisional, seringkali dibawakan dengan bahasa, gaya, dan tradisi yang khas. Hal ini dikarenakan setiap daerah atau negara selalu memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.
Perkembangan musik tradisional dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; artis, musik itu sendiri dan orang-orang yang menikmatinya.
Musik Goong Renteng Berasal Dari
Dalam konteks ini, dapat diartikan bahwa musik tradisional merupakan upaya pewarisan dari masyarakat terdahulu kepada generasi berikutnya Jenis musik tradisional 1. Musik Karang Dodou
Gamelan Embah Bandong
Musik Karang Dodou merupakan musik daerah tradisional khas Tanah Siang, wilayah Barito Utara di Kalimantan Tengah.
Umumnya musik ini diperbolehkan dalam ritual/upacara tertentu, misalnya; memandikan anak atau menamai anak yang dikenal dengan upacara Noka Pat, dan menyembuhkan orang sakit yang dikenal dengan upacara Nambang Morua.
Dalam pementasannya, karya musik Karang Dodou bersifat religius, berupa; mantra yang berisi doa “Mohotara” (Tuhan Yang Maha Kuasa).
Musik tradisional huda merupakan salah satu jenis musik daerah yang cukup berkembang di nusantara yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat.
Omo Supomo_penjaga Ketua Tilu Sumedang.kompas. 2 Desember 2017. Hal. 16
Sebagai provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tidak heran jika musik Huda bernada Islami yang memadukan tiga jenis musik yaitu; Dikil Rabaro, Dikil Mundan dan Salaulaik Dulang.
Dikil Rabaro adalah vokalis senior yang menggunakan Rabaro dalam lagu tersebut. Dikil Mundan adalah penyanyi senior yang menggunakan mudan sebagai pengiring. Salaulaik Dulang adalah seni vokal yang berperan sebagai irama atau pengiring.
Gong Luang adalah jenis musik tradisional Bali yang berfungsi sebagai pengiring upacara adat atau digunakan sebagai pengiring tarian tradisional seperti; tari topeng, pendet, regjeng, dll.
Menurut sejarah, Gong Luang dipercaya berasal dari Kerajaan Majapahit, dibawa ke Bali oleh sekelompok orang setelah jatuhnya Majapahit.
Pengenalan Budaya Wilayah Kuningan Jawa Barat
Kata Gong Luang sendiri berasal dari kata “Gong” yang mengacu pada nama alat musiknya dan “Luang” yang artinya kurang.
Hanya diperlukan 25-30 instrumen berbeda untuk memainkan musik Gong Luang, seperti; kendang, suling, jublag, gangsa, jegog, saron dan lain-lain.
Keunikan dari musik Gong Luang adalah memiliki 7 tangga nada (ndang, ndaing, nding, ndong, ndeng, ndeung dan ndung). Sedangkan gentong terdiri dari pelog, salendro, salendroan.
Santi Swara dan Laras Madya adalah musik tradisional Jawa Tengah. Jenis musik ini diyakini sudah ada sejak abad ke-17, tepatnya pada masa pemerintahan Paku Buwana ke-5.
Pandemi Tidak Halangi Promosi Musik Indonesia Di Chicago
Nama alat musik ini berasal dari kata “Santi” yang artinya doa dan “Swara” artinya suara/nyanyian. Dimana “Laras” berarti irama dan “Madya” berarti rendah hati.
Jika digabungkan menjadi Santi Swara Laras Madya, yang artinya doa-doa yang dilantunkan dengan lantunan dan irama yang sederhana.
Musik Santi Swara dan Laras Madya mengiringi shalawat berupa lagu-lagu slendro Jawa dan bernuansa pelog dengan unsur karawitan.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua musik tersebut, hanya Santi Swara yang menyanyikan lagu shalawat sedangkan Laras Madya menyanyikan lagu macapat.
Mengenal 8 Tarian Jawa Barat Dan Filosofinya
Musik Gaghahanggas merupakan musik tradisional khas Sangihe Talaud Sulawesi Utara. Gaghahanggase adalah kombinasi dari beberapa instrumen diatonis dan non-diatonis yang berbeda.
Musik tabuh Salimpati terdiri dari beberapa alat musik perkusi (rebana) dan dawai (gitar). Alat musik yang paling mencolok dari musik ini adalah kerisceng dan lunik lunik.
Fungsi utama Tabuh Salimpati adalah untuk mengiringi upacara adat dan sebagai sarana komunikasi berupa lagu Sesimbatan atau dzikir, dan juga dapat digunakan untuk mengiringi gerak tari.
Mbref atau Gauto adalah nama sebuah alat musik yang biasanya terbuat dari sebatang bambu yang kemudian dibungkus dengan rotan di kedua ujungnya.
Musik Goong Renteng Terdiri Atas Instrumen Berikut Kecuali
Untuk menghasilkan bunyi seperti lidah, biasanya ditambahkan penyangga untuk memperkuat bilah dengan beberapa lubang yang terletak di bagian bawah bambu.
Musik Telimaa Syair adalah musik tradisional yang berasal dari daerah Tanah Mandalam, Bumi Uncok di Kapua, Kalimantan Barat.
Pada zaman dahulu, pantun ini sering digunakan dalam acara hiburan untuk mengiringi tarian dan upacara adat. Makna puisi Telimaa mengandung pesan bagi generasi muda untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya luhur leluhurnya. Kabupaten Kuningan patut berbangga karena sampai saat ini Kuningan telah melestarikan kesenian salah satunya kesenian tradisional Goong Renteng yang terletak di Desa Sukamulya Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Kesenian ini berdiri sejak tahun 1792. Kesenian ini diwariskan dari tahun ke tahun dari generasi ke generasi. Sejak tahun 1984, H. Sahri Sudarta, pria kelahiran Kuningan 8 Mei 1954 ini terus mementaskan kesenian Goong Renteng, dimana setiap Rabu dan Sabtu malam berlatih di bengkel las yang tak lain adalah bengkel tersebut. H. Sahri ke Sudarta, dari pukul 19.30 hingga 22.00. Selain pendidikan, mereka juga memiliki siswa, termasuk siswa sekolah dasar, menengah, universitas dan masyarakat umum. Setelah adanya Gedung Kesenian Kuningan, tempat latihan mereka dipindahkan ke sana. Nama kelompok kesenian tersebut adalah Kesenian Tradisional “Panggugah Manah” yang artinya “menggugah hati”.
Di Indonesia, yang genre modern masih mendominasi, dengan musik yang semakin berwarna, mereka ragu akan tindakan mereka untuk melestarikan kesenian Goong Renteng. “
Selain Kotak Hitam, Tim Sar Juga Temukan Banyak Jasad Menempel Di Pesawat
Ungkapan itu diucapkan sebagai lelucon, tetapi dengan unsur konstruktif. Benar juga apa yang dikatakan H. Sahri Sudarta bahwa kita sebagai orang Sunda harus terus melestarikan kesenian Indonesia, khususnya pada masa pemerintahan Kuningan.
Sanggar Goong Renteng diketuai oleh H. Sahri Sudarta, sekretaris Ano Juarno, koordinator Oyon, bendahara Oya. Dalam permainan tersebut, orang-orang tersebut adalah Karja, Tisna, Sujer, Oyon, Maman Rohiman, Maman, Oya, Ence Karsa, Suma, Boun, Dede Nono Riyadi dan Oyo. Gamelan Embah Bandong merupakan salah satu gamelan tertua yang terdapat di daerah Banjaran Bandung. Di Kabupaten khususnya di daerah Lebak Wang yang dahulu bernama Tanjung Wang, gamelan ini terdapat di rumah adat atau Kabuyutan Lebak Wang yang terletak di sepanjang jalan antara Banjaran dan Arjasar di daerah Bandung.
Menurut sejarah lisan masyarakat setempat, gamelan ini ditemukan oleh raja Tanjung Wang bernama Embah Panggungjayadikusumah di sebuah bukit tanah, yang langsung memerintahkan rakyatnya untuk menggali bukit tersebut. Ternyata di dalamnya ada seperangkat gamelan perunggu yang tidak diketahui kolektornya.
Selama dua bulan, raja Tanjung Wang memerintahkan rakyatnya untuk membersihkan gamelan tersebut agar bisa digunakan. Setelah dipastikan gamelan tersebut berbunyi dan dapat digunakan, gamelan tersebut kemudian dijadikan pengiring tersendiri dan diberi nama gamelan Embah bandong. .
Pdf) Pewarisan Budaya Dalam Kesenian Goong Renteng Pada Masyarakat
Kata Bandong berasal dari bahasa Sunda Bandung yang bunyi vokalnya diubah dari “U” menjadi “O”, ngabandung = ngarendeng/berdampingan atau bisa juga berasal dari bahasa Jawa kuno/kawi yang berarti bersama atau besar.
Pada dasarnya gamelan Embah bandong waditra terdiri dari dua gong besar yang berdampingan, yang pertama dipukul/dimainkan di awal gong sebagai tanda dimulainya pertunjukan, disusul yang kedua. waditra, sebagai lawan dari gamelan kilinga biasanya didahului oleh waditra rebab/saro sebagai tanda dimulainya tabuhan.
Gamelan ini terdiri dari dua buah gong besar, bonang, detail, saron, kecrek dan buah beri. Masyarakat kemudian menggunakannya untuk mengiringi 17 lagu mandiri yaitu sodor, seseregan, ganggong, gonjing patala, asmarandana, pangkur, maleber, puncunggulung, boyong, galumpit, magatru, Papandanan, Galatik Nunut, Joher.
Gamelan Embah Bandong memang tidak pernah dimainkan seperti gamelan pada umumnya. Namun, gamelan ini hanya bisa dimainkan pada waktu-waktu tertentu saja, antara lain:
Warisan Budaya Takbenda
Selain acara-acara di atas, menurut orang tua Lebak Wang, pelantikan penguasa Bandung juga akan dimeriahkan dengan gamelan Embah Bandong, antara lain:
Gamelan Embah Bandong masih terpelihara dengan baik di tengah kisruh masyarakat Lebak Wangi Batu, anggota Sasaka Waruga Pusaka Panguyuba, dan masih dimainkan dan dipentaskan di rumah adat Lebak Wang Kabuyuta. Gong Renteng si Kangkung sedang dalam masa kebangkitan. menyanyikan lagu kuno kelompok gong bersama di Istana Si Kangkung Kacirebonan pada 6 Agustus 2014.
Gong bersama Cirebon (gamelan bersama Cirebon Indonesia) terdiri dari bonang dan instrumen lain yang digunakan untuk dakwah Islam di Cirebon. Berapa nama Gong yang paling banyak ditemukan di daerah Cirebon adalah Ki Muntili, Mega Mendung, si Kangkung, Banjir, Tamu Pangkur, Bale Bandung, Dingklik, Jenazah Buntel dan Ki Gamel serta Ki Bulak (yang dilestarikan di Indramayu). Alat musik serupa juga ditemukan secara terbatas di wilayah Sumedang, khususnya di wilayah Sumedang, salah satu tempat penyimpanan gong secara kolektif adalah desa Cisarua.
Selain itu, di kawasan Kuningan juga terdapat gong dengan acara pengisian yang disebut manah (bahasa Indonesia: penambah rasa).
Sangpetualang: Menikmati Rumah Budaya Tembi Tanpa Menginap, Bisa
Gong umum Cirebon erat hubungannya dengan cerita Ki Gede Gamel yaitu Ki Windu Ajin yang diminta oleh Mataram tentang kesediaannya merawat kuda-kuda Mataram. Setelah selesai, Mataram memberikan gaji dan seperangkat gamelan yang dibawa Ki Windu Aji ke Cirebon.
Di Cirebon, Gong biasa dikenal juga dengan sebutan Gong Dawa (bahasa Indonesia: gamelan Dakwah) karena fungsinya untuk mendakwahkan agama Islam. Masyarakat asli Cirebon percaya bahwa cerita membawa gong Renteng (gamelan Renteng dalam bahasa Indonesia) dari daerah Mataram ke Cirebon terjadi ketika Sunan Gunung Jati masih berkuasa sebagai sultan Kesultanan Cirebon.
Gong Renteng (Renteng gamelan dalam bahasa Indonesia) yang diberikan kepada Sunan Gunung Jat oleh Ki Windu Aji pada awalnya digunakan sebagai alat dakwah pada masa penyebaran agama Islam.
Selain digunakan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam, menurut Ki Kartan, Gong juga digunakan sebagai alat kesenian untuk menyambut tamu-tamu terhormat Kesultanan Cirebon.
Doa Bersama Dan Perayaan Kuningan Di Belanda
Dalam perkembangan selanjutnya, Gong Renteng Cirebon tidak hanya dihadirkan sebagai kesenian tersendiri baik untuk tujuan dakwah Islam maupun sebagai kesenian penyambutan tamu kehormatan Kesultanan Cirebon, tetapi sudah melebur.
Alat musik keyboard berasal dari, alat musik siter berasal dari, alat musik angklung berasal dari, alat musik suling berasal dari, alat musik tamborin berasal dari, musik goong renteng, alat musik gitar berasal dari, alat musik kalimba berasal dari, alat musik gong berasal dari, alat musik bonang berasal dari, alat musik kastanyet berasal dari, alat musik saron berasal dari