Musik Goong Renteng Dari Desa Lebakwangi – Meski sudah menjadi tradisi bagi warga desa Lebakwangi dan Batukarut atau yang berasal dari daerah lain, keturunan Lebakwangi dan Batukarut memiliki ritual yang disebut Ngarumat Barang Pusaka atau Ngebakeun untuk memandikan leluhurnya setiap tanggal 14 Mulud. “(mandi).
Bumi Alit Kabuyutan yang menjadi pusat kegiatan hari itu dipenuhi oleh keturunan Lebakwangi dan Batukarut yang datang untuk menyaksikan langsung upacara “Ngebakeun”. Mulai pukul 05.00, mereka tiba dengan sanak saudaranya yang beralaskan tikar di bawah pohon rindang yang besar, penuh dengan makanan dan perbekalan. Salah satu makanan tradisional yang tidak akan pernah terlupakan adalah Tumpeng, di mana setiap keluarga membawa kombu sendiri untuk dimakan bersama setelah hari raya.
Musik Goong Renteng Dari Desa Lebakwangi
Areal situs yang luasnya sekitar 1.662 m2 ini diisi dengan seuweu-siwi dari Lebakwangi dan Batukarut. Menurut Penatua Lembakwangi; Meski sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, ternyata ritual ini tidak pernah berhenti dan hanya tata cara atau keadaan yang sesuai dengan zaman yang dilakukan. Seperti halnya prosesi upacara tahun 2013, yang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, para tamu yang menghadiri upacara tahun ini diberikan ‘handout’ atau pamflet yang berisi informasi tentang ‘prosesi Nagarumasabharam’. Saya berharap dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Bumi Alit Kabuyutan sehingga sesampainya di rumah, mereka dapat membacanya kembali di rumah, dan agar dapat dibacakan kepada orang lain. Selain itu, pada tahun ini prosesi pusaka “Ngebakeun” yang diadakan di aula “Bumi Alit Kabuyutan” dibantu oleh peralatan video dan proyektor di dalam aula sehingga seuweu-siwi/ penonton di luar dapat menyaksikannya secara langsung. Bumi Alit Kabuyutan tidak dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menyaksikan langsung prosesi tersebut. Prosesi ‘hidup’ ini sudah mendapat izin terlebih dahulu dari pengurus dan sesepuh Bumi Alit Kabuyutan.
Desa Kedungsanga, Satukan Warganya Lewat Sanggar Gong Renteng
Pelaksanaan Ngarumat Barang Pusaka dipandu oleh sesepuh Pini yang menganggap adat leluhur kuno yang disebut “Sasaka Waruga Pusaka” – dilakukan dengan penuh hormat dan keikhlasan.
Kelompok pertama ditugaskan untuk “memurnikan” peninggalan berupa peralatan militer kuno yang disimpan di ruang Bumi Alit Kabuyutan, dengan 12 memimpin langsung dari kunci. Penerapan “ngebakeun” di Bumi Alit Kabuyutan.
Kelompok kedua bertanggung jawab atas peninggalan Gamelan Goong Renteng “Ngebakeun” yang disimpan di rumah kepala suku. Aplikasi “ngebakeun” di luar Bumi Alit Kabuyutan di halaman luar sebelah Bale Panglawungan. Ada lebih dari 12 orang dan pakaian mereka berwarna hitam.
Setelah tukang kunci melakukan upacara pembukaan, beberapa petugas mulai memasuki ruangan tempat patung disimpan dan satu per satu mereka turun.
Ngarumat Pusaka Di Bumi Alit
Petugas lain menerima patung dan berkumpul di ruang tamu di depan mesin kunci menyaksikan prosesi ini di Aula Bumi Alit.
Benda-benda pusaka tersebut dikemas satu persatu oleh tukang kunci. Perhatikan bahwa setiap pusaka dibungkus dengan 5 lapis warna putih dan semua pusaka dibungkus ulang dengan 7 lapis putih.
Barang-barang warisan dari tukang kunci diserahkan kepada petugas ‘Ngabakon’ untuk dicuci dengan air tebu dan air jeruk nipis.
Air yang digunakan untuk memanggang senjata perang kuno digunakan untuk memanggang Gamelan Goong Renteng yang terletak di luar kawasan Bumi Alit.
Kunci Seni Budaya 10 O Ok
Setelah semua set gamelan selesai, Panggang dan kumpulkan di tempat yang tepat untuk mempersiapkannya bermain. Perhatikan bahwa game ini hanya dimainkan setahun sekali sejak dirilis.
Setelah acara inti (Ngebakeun) selesai, Ada upacara yang dipimpin oleh Penyelenggara;
Presiden Yayasan Sunda Sasaka Waruga Pusaka (Pupuhu) memberikan sambutan, disusul Pemkab Arjasari dan Pemprov Jabar dari Desa Lebakwangi – Desa Batukarut.
Tn. Maman, H. Itang Wismana, Ny. Lilis (Dikbud Kab. Bandung), Tarlan Somantri dan Wawan Suherman (Pupuhu Sasaka Waruga Pusaka) Nenek Gamelan Bandong, Kabupaten Banjaran; Kabupaten Bandung Ini adalah salah satu lahan permainan tua di Wangi, distrik utara. Nama daerah itu adalah Tanjung Wangi. Gamelan ini adalah rumah adat atau Banjaran dan Arjasari; Terletak di Kabuyutan Lebak Wangi di pinggir jalan antara kabupaten Bandung.
Wawasan Seni Musik
Menurut sejarah lisan masyarakat setempat, gamelan ini ditemukan di sebuah negeri bernama Embah Panggungjayadikusumah, Raja Tanjung Wangi, yang saat itu memerintahkan anak buahnya untuk menggali bukit. Di dalamnya ada papan permainan perunggu, yang identitasnya tidak diketahui.
Raja Tanjung Wangi memerintahkan rakyatnya untuk mencuci gamelan selama dua bulan. Setelah memastikan gamelan tersebut utuh dan dapat digunakan. Gamelan digunakan sebagai pengiring tersendiri pada waktu itu dan disebut gamelan Embah bandong.
Kata Bandong berasal dari bahasa Sunda bandung yang mengubah bunyi vokal dari “U” menjadi “O” yang artinya ngabandung = ngarendeng/berdampingan atau juga berasal dari bahasa Jawa Kuno/kawi yang bisa berarti serentak. Besar.
Pada dasarnya, Gamelan utama Embah bandong waditra adalah dua buah goong besar yang berdampingan. Di awal goong Itu adalah permainan pertama yang memainkan waditra lain, tidak seperti gamelan kiliningan pada umumnya. menunjukkan awal mula tawon diawali dengan waditra rebab./saron.
Video: Gamelan Renteng
Dalam gamelan ini, dua goong besar; bonang kirik saron Termasuk kecrek dan beri. Setelah itu, 17 lagu independen seperti Odor Songs, operasi caesar, Geng Gong Gong Jin Pala, Amara Dana pankara Laki-laki apa? lapangan panchan Bo Young galampi Margaret, Pandan
Gamelan Embah Bandong tidak pernah dimainkan seperti gamelan pada umumnya. Namun, Gamelan ini hanya dapat dimainkan pada waktu-waktu tertentu, seperti:
Selain peristiwa di atas, menurut kepala suku Lebak Wangi, Gameland Embah Bandong pada pembukaan Bupati Bandung. termasuk
Gamelan Embah Bandong masih dipertahankan oleh masyarakat Lebak Wangi Batu karut, anggota Panguyuban Sasaka Waruga Pusaka, dan masih dimainkan di rumah adat Kabuyutan Lebak Wangi. dalam seni musik; gamelan Para sekaten menginspirasi para seniman saat itu untuk membuat gamelan pengiring bagi pengunjung. Gamelan tersebut disebut “gamelan gabungan”. Catatan Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon (1992/1993) menyebutkan bahwa gamelan ini merupakan pemberian Mataram kepada Cirebon dan dibawa oleh Ki Ageng Gamel Syekh Windu Aji pada masa Sunan Gunung Jati. Gamelan disebut juga “gamelan dakwah”. Itu berasal dari dakwah dan gamelan adalah alat dakwah.
Makalah Jenis Musik Pdf
Pada periode-periode berikutnya, gamelan merupakan bagian integral dari pertunjukan jaran lumping. Jalinan jaran dalam seni perhiasan Cirebon berbeda dengan kepang jaran yang biasa dimainkan saat ini. “Jaran lumping” adalah kaca; Tidak menampilkan atraksi makan rumput dan atraksi lainnya dan hanya menampilkan tarian.
Dianggap sebagai musik keraton, Gamelan dipadukan dengan kesenian tradisional Jaran Lumping. Seperti musik tradisional Jawa Tengah (Waridi, Musik Tradisional Jawa Tengah, 2002). Secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok: musik tradisional keraton dan musik tradisional rakyat.
Musik tradisional Cirebon juga sepertinya tidak berbeda dengan musik tradisional lainnya di Jawa. Hal ini karena Jawa merupakan pusat budaya yang mampu mempengaruhi musik-musik tradisional lainnya. Sebagai contoh, dalam sekati gamelan; Gamelan ini dianggap sebagai paten keraton baik Kanoman maupun Kasepuhan. Pada saat yang sama, Tarian gamelan dan ayunan melestarikan musik dan tarian tradisional masyarakat.
Temui Goong Renteng, permainan Sudan yang populer sejak abad ke-16. Goong Renteng lazim di sebagian besar Jawa Barat. Menurut Jaap Kunst (1934:386), Goong Renteng dapat ditemukan di Cileunyi dan Cikebo (Kecamatan Tanjungsari, Sumedang), Lebakwangi (Kecamatan Pameungpeuk, Bandung) dan Keraton Kanoman Cirebon. Selain itu, Goong Renteng juga dapat ditemukan di Cigugur (Kuningan), Talaga (Majalengka), Ciwaru (Sumedang), Tambi (Indramayu), Mayung, Suranenggala dan Tegalan (Cirebon).
Kesenian Goong Renteng
“goong bersama” adalah gabungan dari kata “goong” dan “renteng”. “goong” adalah istilah lama (bahasa Sunda) yang berarti gamelan, dan kata “renteng” berkaitan dengan penempatan pencons kolenang (bonang) secara berjajar atau ngarenteng dalam bahasa Sudan. Jadi secara harfiah Goong Renteng adalah goong (pencon) yang ditempatkan/disusun berjajar.
Anda akan melihat bahwa ada dua jenis tong di Goong Renteng. Ada sekotak salendro dan satu bungkus. Bahan meliputi ramuan, kamper, Termasuk Pannet dan Gong. Konko (alat musik dengan kerucut) Kampret (alat musik dengan bilah) dan goong diklasifikasikan sebagai idiophones (alat musik yang dipetik). Sebuah paneteg (sejenis gendang) diidentifikasi sebagai membranofon (alat musik bertepuk tangan). Di band, racikan dan band membuat musik. Drum dimainkan sebagai ritme dan kapas dimainkan sebagai akhir lagu. (Sumber: Klik teng riki jeh…) Temukan Kedungsanga, Beberapa anak dari Kabupaten Cirebon, Njujug Tajug Lesbumi PCNU, Di ajang Kabupaten Cirebon, mereka menunjukkan bakatnya untuk mengalahkan Gong Renteng Ki Mutili. Foto (/Panji Prayitno)
Cirebon – Kesenian lokal Cirebon masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Salah satunya adalah Desa Kedungsana. Kabupaten Plumbon Gong Renteng Ki Mutili di Kabupaten Cirebon.
Gong Renteng merupakan kesenian dari desa Kedungsanga. Gong terdiri dari beberapa gong besar dan kecil, dimainkan secara bersamaan dalam pola drayton (berkelanjutan).
Pdf) Pewarisan Budaya Dalam Kesenian Goong Renteng Pada Masyarakat
Kepala Desa Kedungsana Sudianto mengatakan seni ukir gong sudah diwariskan secara bersama-sama dari nenek moyang di desanya sejak tahun 1500 Masehi. Menurutnya, gong tidak hanya dapat digunakan sebagai karya seni tetapi juga sebagai pemersatu masyarakat.
Sudianto menjabat sebagai Kepala Desa Kedungsana pada tahun 2012.
Musik goong renteng