Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah Yang – Gordang Sambilan merupakan salah satu kegiatan adat suku Batak Mandailing. Gordang artinya kotak atau kotak, sedangkan sambilan artinya sembilan. Gordang Sambilan biasanya dimainkan oleh enam orang dengan gendang paling kecil 1, taba-taba 2, gendang no tepe-tepe 3, gendang kudong-kudong 4, nabalik kudong-kudong 5 gendang, pasilion 6 gendang, 7, 8, 9 kotak seperti kulit. Dahulu gordang sambilan hanya dimainkan pada acara-acara khusus, dengan berkembangnya budaya masyarakat, kini gordang sambilan sering dimainkan pada acara pernikahan, penyambutan tamu, dan termasuk hari raya.

Di sebelah Gordang Sambilan terdapat gondang Tunggu-Tunggu 2 (kedua) yang memiliki dua tangki yang ukurannya lebih besar dari gondang Sambilan. tangan sendiri.

Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah Yang

Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah Yang

Gordang Sambilan berasal dari kata gordang yang artinya kotak atau kotak dan Sambilan yang artinya sembilan. Arti kata ini adalah sembilan gendang dengan ukuran dan suara yang berbeda.

Baru Berdiri, Gordang Sambilan Man 1 Madina Ukir Perestasi

Gordang Sambilan merupakan tradisi keluarga Mandailing yang diyakini telah dikenal sejak tahun 1575 di wilayah Mandailing Natal pada masa pemerintahan Raja Sibaroar dari Kerajaan Nasution. Saat itu alat musik ini digunakan dalam upacara perkawinan dan hiburan masyarakat. Alasan penggunaan kata sembilan memiliki sumber sejarah yang berbeda. Menurut salah satu teori, kata Sambilan berasal dari sembilan penabuh, yaitu naoso bulung atau pemuda, anak boru, saudara perempuan dari garis ayah, kahanggi, saudara laki-laki dari garis keturunan ayah, dan raja. Ada yang percaya bahwa kata partisan mengacu pada sembilan raja yang memerintah wilayah Mandailing Natal, yaitu Nasution, Pulungan, Rangkuti, Hasibuan, Lubis, Matondang, Parinduri, Daulay, dan Batubara.

Alat musik ini terbuat dari kayu dengan bukaan tengah membentuk tabung resonator dengan kulit penutup satu lubang terbuat dari kulit sapi. Kulit ini ditarik rata dan rapat untuk menutup lubang, lalu diikat dengan tali yang terbuat dari bengkuang.

Sebelum Islam menyebar ke wilayah Mandailing Natal, alat musik ini digunakan sebagai ritual upacara untuk memohon arwah leluhur. Festival ini disebut Paturuan Sibaso meminta bantuan roh leluhur untuk mengatasi masalah yang dihadapi seperti bencana alam. Selain itu, Gordang Sambilan digunakan dalam ritual adat untuk mendapatkan hujan yang disebut Udan Mangga dan menghentikan hujan jika terlalu lama. Gordang Sambilan juga digunakan dalam acara-acara pribadi terutama dalam upacara perkawinan yang disebut Orja Godang Markaroan Boru dan upacara kematian yang disebut Orja Mambulungi. Namun tindakan tersebut harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain persetujuan dari tokoh adat yaitu Namora Natoras dan Raja sebagai kepala pemerintahan serta penyembelihan sapi. . Apakah Anda tahu instrumen ini? Nah, jika Anda belum mengetahui alat musik yang satu ini, yuk simak alat musik tradisional Batak ini. Siapa tahu kamu suka memainkannya atau ingin tahu keunikan suaranya.

Alat musik ini disebut Gordang Sambilan, dengan sembilan kendang yang merupakan gaya Gordang Sambilan. Alat musik ini adalah gendang tradisional Mandailing yang dipukul dengan gendang. Gordang terbuat dari kayu yang dilapisi kulit sapi atau kulit kerbau. Umumnya gordang terdiri dari 6 sampai 9 kotak yang disusun.

Gordang Sambilan: Mengenal Alat Musik Tradisional Masyarakat Mandailing

Alat musik ini terdiri dari 9 bagian gendang, Gordang merupakan seperangkat gendang besar yang disusun dan ditata dengan cermat. Dan setiap kotak berbeda, teman-teman. Biasanya Gordang Sambilan dimainkan oleh 6 orang pemain dengan bunyi gendang terkecil 1, 2 seperti taba-taba, 3 gendang tepe-tepe, 4 gendang kudong-kudong, 5 gendang kudong-kudong nabalik, 6 kotak pasilion, 7, 8 kotak. 9 seperti kulit.

Gordang sering ditampilkan dalam acara-acara adat seperti mengadakan upacara adat, resepsi, pernikahan dan terkadang untuk pemakaman. Namun kini alat musik Gordang sudah cukup dikenal masyarakat karena alat musik ini sering digunakan dalam berbagai konser Batak atau lainnya.

Situs web ini menggunakan cookie untuk mempelajari lebih lanjut tentang minat Anda, sehingga kami dapat memberi Anda informasi yang paling relevan. Ukuran dan berat kesembilan kotak tersebut dicantumkan, mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil.

Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah Yang

Bagi masyarakat Mandailing, khususnya pada masa lalu, gordang sambilan merupakan lagu daerah yang sangat sakral. Gordang Sambilan disakralkan karena diyakini memiliki kekuatan magis untuk memanggil roh leluhur untuk memberikan bantuan melalui seorang spiritual atau dukun yang disebut Sibaso.

Tarian Adat Suku Mandailing, Contoh Dan Penjelasannya

Gordang Sambilan terdiri dari sembilan tangki yang berukuran besar dan panjang. Ada sembilan kotak dari yang terbesar hingga yang terkecil. Gendang Gordang Sambilan terbuat dari bambu yang salah satu lubangnya (bagian kepala) ditutup dengan selaput yang terbuat dari kulit sapi yang diolesi rotan sekencang-kencangnya. Sebagai pengepres, Gordang Sambilan dari pohonnya digunakan sebagai bubur. Di Gordang Sambilan, setiap kotak memiliki namanya masing-masing.

Gordang Sambilan dilengkapi dengan dua gong berukuran besar. Gong yang paling besar disebut ogung boru boru (gong perempuan) dan yang terkecil disebut ogung mane (gong perkawinan), dan gong yang lebih kecil disebut doa dan tiga gong yang lebih kecil disebut salempong atau no mong-mongan. Alat musik Gordang Sambilan lainnya adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu yang disebut sarune atau saleot dan simbal kecil yang disebut tali sasayat. Sebutan yang digunakan oleh masyarakat Gunung Tua – Muarasoro, nama-nama tangki dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah sebagai berikut: g-g, dang-kudang, paniga dan kulit. Gordang Sambilan dilengkapi dengan dua ogung, satu sembahyang, serta tiga salempong dan mongmongan.

Gordang Sambilan digunakan untuk ritual memanggil arwah leluhur saat dibutuhkan pertolongan. Kelompok itu disebut Paturuan Sibaso (memanggil roh untuk menerima/menerima medium Sibaso). Tujuannya untuk meminta bantuan kepada arwah leluhur, untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat, seperti wabah penyakit. Gordang Sambilan juga digunakan untuk kegiatan yang meminta hujan atau menghentikan hujan yang telah lama turun dan merugikan, yang berarti kegiatan pertanian dan kehidupan masyarakat dapat dipulihkan. Selain itu digunakan untuk upacara perkawinan yang disebut Orja Godang Markaroan Boru dan untuk upacara kematian yang disebut Orja Mambulungi.

Jika kita berkunjung ke Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, kita akan melihat berbagai peninggalan budaya masyarakat Mandailing yang tinggal di sana. Ya… Kabupaten Mandailing Natal memang sangat kaya dengan warisan budayanya yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat dengan nama etnis Mandailing patrilineal.

Contoh Seni Tari Beserta Penjelasan Dan Asal Daerahnya Dilengkapi Gambar

Ada banyak rumah adat dan rumah adat yang ada di setiap keluarga, seperti keluarga Lubis, Nasution, Rangkuti, dll. Biasanya di beberapa rumah adat tersebut terdapat peninggalan budaya yang masih digunakan sampai sekarang. Salah satu diantara mereka

Ini mirip dengan drum sembilan ukuran tetapi dibuat dalam ukuran berbeda untuk menghasilkan suara yang berbeda.

Digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandailing sebelum masuknya Islam di daerah tersebut. Sebelum ditemukannya Islam, orang Mandailing menggunakannya

Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah Yang

Ritual ini dilakukan agar arwah para leluhur dapat membantu masyarakat Mandailing untuk mengatasi permasalahan atau masalah yang sedang mereka alami. Hal itu bisa dilakukan agar hajatannya lancar dan keinginannya terkabul.

Nevi Zuairina Serahkan Seragam Karang Taruna Dan Bantuan Untuk Kelompok Kesenian Gordang Sambilan

Digunakan pada saat pernikahan dan pemakaman. Biasanya saat pernikahan ada beberapa acara dan yang paling penting adalah menonton

Merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan budaya Mandailing yang dilestarikan hingga saat ini. Kami berharap generasi muda tidak meninggalkan tradisi mulia ini. Dengan terus melestarikan warisan budaya, berarti kita ikut membangun bangsa yang berakhlak mulia. – Sobat Turis, Sumatera Utara merupakan negara yang kaya akan industri, termasuk alat musik tradisional. Mulai dari alat musik tiup, perkusi, hingga senar. Kini redaksi akan melihat beberapa instrumen dari provinsi termasuk ibu kota Medan.

Gordang Sambilan, alat musik dari Mandailing Natal, Sumatera Utara. Seperti namanya, alat musik ini terdiri dari sembilan gordang atau gendang. Kesembilan drum besar dan panjang ini memiliki diameter yang berbeda, begitu pula suara yang berbeda.

Alasan nomor sembilan instrumen ini adalah sebuah misteri. Ada yang berpendapat bahwa angka sembilan kotak itu diganti dengan jumlah raja yang memerintah di Mandailing Natal saat itu, yaitu Nasution, Pulungan, Rangkuti, Hasibuan, Lubis, Matondang, Parinduri, Daulay, dan Batubara. .

Revisi Proposal Sakinah Nasution

Meskipun salah satu teori menyebutkan bahwa kesembilan kotak tersebut disesuaikan dengan jumlah pemain saat itu, termasuk para raja.

Menurut cerita turun-temurun, Gordang Sambilan dikenalkan sejak zaman Kerajaan Nasution, tepatnya pada tahun 1575 oleh Raja Sibaroar. Bagi masyarakat Mandailing Natal, Gordang Sambilan merupakan alat musik yang disakralkan. Ketika agama belum masuk ke tempat ini, alat musik ini sering digunakan sebagai alat untuk memanggil arwah nenek moyang dalam ritual yang disebut Paturuan. Kemudian arwah para leluhur diminta masuk ke dalam arwah yang disebut Sibaso untuk membantu mencegah masalah yang sedang mereka hadapi, seperti penyakit.

Alat musik ini sering dimainkan untuk berdoa memohon hujan ketika musim kemarau tiba. Mintalah hujan untuk berhenti jika masih hujan

Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah Yang

Leave a Reply

Your email address will not be published