Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah – Gordang Sambilan Mandailing adalah salah satu kesenian tradisional suku Batak. Gordang artinya gendang atau gendang dan Sambilan artinya sembilan. Gordang Sambilan terdiri dari sembilan kendang atau kendang dengan panjang dan diameter berbeda yang mengeluarkan nada berbeda. Gordang Sambilan biasanya dimainkan oleh enam orang dengan nada gendang paling kecil 1, 2 taba-taba, 3 topan tepe-tepe, 4 topan kudong-kudong, 5 topan kudong-kudong nabalik, 6 topan pazilion, 7, as Teri 8, 9 drum. Dahulu, gordang sambilan hanya dimainkan pada saat hari-hari raya yang diberkahi dengan perkembangan sosial budaya masyarakat, namun sekarang dimainkan pada acara pernikahan, penyambutan tamu, dan hari raya.
Di sebelah Gordang Sambilan terdapat Kutish-Kutish 2 (dua) buah gondang yang terdiri dari dua kendang yang lebih kecil dari gondang Sambilan. Jika kick drum terbuat dari kayu, maka diharapkan drum tersebut menggunakan dua pemukul. tangan sendiri.
Musik Gordang Sambilan Berasal Dari Daerah
Gordang Sambilan berasal dari kata gordang yang artinya gendang atau gendang dan Sambilan artinya sembilan. Arti kata ini adalah sembilan gendang dengan ukuran dan suara yang berbeda.
Waspada, Minggu 27 Desember 2009 By Harian Waspada
Gordang Sambilan merupakan budaya suku Mandailing yang berasal dari daerah Mandailing Natal sejak tahun 1575 pada masa pemerintahan Raja Sibaroar dari Kerajaan Nasution. Saat itu, alat musik ini digunakan dalam pesta pernikahan dan hiburan rakyat. Alasan penggunaan kata sembilan memiliki versi sejarah yang berbeda. Menurut salah satu versi, kata Sambilan berasal dari sembilan penabuh, yang terdiri dari naoso bung atau pemuda, anak boru, saudara perempuan dari pihak ayah, kahanggi, saudara laki-laki dari pihak ayah, dan raja. Versi lain menyebutkan bahwa kata gerilya Mandailing mengacu pada sembilan raja yang menguasai wilayah Natal, yaitu Nasution, Pulungan, Rangkuti, Hasibuan, Lubis, Matondang, Parinduri, Daulai, dan Batubara.
Alat musik ini terbuat dari kayu, bagian tengahnya dihilangkan membentuk alur resonator, menutupi lubang yang terbuat dari kulit sapi. Kulit ini direntangkan rata dan kencang hingga menutupi lubang, lalu diikat dengan tali rotan.
Sebelum Islam Mandailing menyebar ke daerah Natal, permainan alat musik ini digunakan sebagai ritual untuk memohon arwah para leluhur. Ritual ini disebut Paturuan Sibaso, yang bertujuan untuk mencari bantuan dari roh nenek moyang untuk mengatasi masalah seperti bencana alam. Selain itu, Gordang Sambilan digunakan dalam upacara adat untuk memanggil hujan yang dikenal dengan Mangga Udan dan menghentikannya jika hujan terlalu lama. Gordang Sambilan juga digunakan dalam acara-acara pribadi seperti upacara perkawinan yang disebut Orja Godang Markaroan Boru dan upacara kematian yang disebut Orja Mambulungi. Namun kegiatan ini harus memenuhi beberapa syarat, yaitu meminta izin kepada tokoh adat yaitu Namora Natoras dan Raja sebagai kepala pemerintahan, serta menyembelih satu ekor sapi. . kayu dan dimainkan oleh empat orang. Kesembilan drum diberi peringkat dalam ukuran dan berat dari yang terbesar hingga yang terkecil.
Bagi masyarakat Mandailing, khususnya pada masa lalu, gordang sambilan merupakan musik tradisional yang sakral dan sangat penting. Gordang Sambilan begitu sakral sehingga dipercaya memiliki kesaktian untuk memanggil arwah leluhur untuk membantu melalui perantara atau dukun yang disebut Sibaso.
Kesenian Gordang Sambilan Tetap Di Minati Masyarakat Pasaman Barat
Gordang Sambilan terdiri dari sembilan kendang yang berukuran lebih besar dan panjang. Kesembilan drum tersebut berukuran berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil. Pada Gordang Sambilan tabung resonator dibuat dari kayu yang dilubangi dan salah satu d (kepala) lubang ditutup dengan selaput yang terbuat dari kulit sapi yang direntangkan dengan tikus sebagai pengencang. Gordang Sambilan menggunakan potongan kayu yang agak tumpul sebagai alat musik perkusi. Di Gordang Sambilan, setiap perangkat drum memiliki namanya sendiri.
Gordang Sambilan dilengkapi dengan dua buah gong (gong) berukuran besar. Gong terbesar adalah ogung boru boru (gong perempuan), ogung laki-laki (gong laki-laki) yang lebih kecil, gong dua yang lebih kecil, dan tiga gong yang lebih kecil disebut salempong atau mong-mongan. Alat musik lain dalam Gordang Sambilan adalah alat musik tiup dari bambu yang disebut sarune atau saleot dan sepasang simbal kecil yang disebut tali sasayat. Gunung Tua – Istilah yang digunakan oleh masyarakat Muarasoro, nama kendang diurutkan dari yang terkecil ke terbesar adalah: g-g, dang-kudang, paniga dan teri. Gordang Sambilan dilengkapi dengan dua ogung, satu sembahyang dan tiga salempong atau mongmongan.
Gordang Sambilan digunakan untuk ritual memohon kepada arwah leluhur jika membutuhkan pertolongan. Ritual itu disebut Paturuan Sibaso (memanggil roh untuk merasuki/memiliki lingkungan Sibaso). Tujuannya untuk mencari pertolongan kepada arwah para leluhur, sekaligus mengatasi kesulitan seperti penyakit menular yang saat ini melanda masyarakat. Gordang Sambilan juga digunakan untuk upacara meminta hujan atau menghentikan hujan yang terlalu lama turun dan menimbulkan kerusakan, artinya aktivitas pertanian dan kehidupan masyarakat dapat kembali pulih. Juga digunakan untuk upacara perkawinan yang disebut Orja Godang Markaroan Boru dan upacara kematian yang disebut Orja Mambulungi.– Sahabat pariwisata, Sumatera Utara merupakan provinsi yang kaya akan kesenian termasuk alat musik tradisional. Dari kuningan hingga perkusi. Kali ini redaksi mengupas salah satu alat musik dari provinsi yang beribukotakan Medan itu.
Gordang Sambilan adalah alat musik perkusi yang berasal dari Mandailing Natal, Sumatera Utara. Seperti namanya, alat musik ini terdiri dari sembilan gordang atau gendang. Kesembilan kendang besar dan panjang ini memiliki diameter yang berbeda-beda sehingga menghasilkan nada yang berbeda-beda.
Alat Musik Tradisional Unik Khas Indonesia, Siswa Pernah Memainkannya?
Asal usul angka sembilan pada alat musik ini masih menjadi misteri. Ada yang berpendapat bahwa jumlah sembilan kendang disesuaikan dengan jumlah raja yang memerintah Mandailing Natal saat itu, yaitu Nasution, Pulungan, Rangkuti, Hasibuan, Lubis, Matondang, Parinduri, Daulai dan Batubara.
Menurut pendapat lain, kesembilan kendang tersebut disesuaikan dengan jumlah pemain raja-raja pada masa itu,
Menurut cerita turun-temurun, Gordang Sambilan diperkenalkan oleh Raja Sibaroar sejak tahun 1575, sejak zaman Kerajaan Nasution. Gordang Sambilan merupakan alat musik sakral bagi masyarakat Mandailing Natal. Sebelum agama dewa masuk ke daerah ini, alat musik ini sering digunakan sebagai sarana untuk memohon arwah leluhur dalam ritual yang disebut Paturuan. Arwah leluhur yang memasuki medium bernama Sibaso diminta untuk membantu mengatasi kesulitan seperti wabah penyakit.
Alat musik ini juga sering dimainkan sebagai sarana meminta hujan saat musim kemarau. Sebaliknya, meminta hujan berhenti jika hujan terus berlanjut dan menimbulkan kerusakan atau bencana.
Serunya Penutupan Kaleidoskop Seni Budaya Jakarta Di Tim
(upacara pemakaman). Jika Anda menggunakan instrumen ini untuk kepentingan pribadi, maka Anda harus mendapatkan izin dari Raja sebagai kepala pemerintahan dan dari Namora Natoras sebagai pemimpin adat melalui musyawarah biasa.
Selain itu, pihak yang bersangkutan wajib menyembelih sekurang-kurangnya satu ekor kerbau jantan dewasa yang sehat. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, dia tidak boleh menggunakan Gordang Sambilan.
Pada masa penjajahan Belanda, Gordang Sambilan dimainkan sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah. Genderang ini ditabuh untuk menandakan kedatangan pasukan Belanda dan juga untuk menandakan segera dievakuasinya penduduk.
Seiring perkembangan zaman, alat musik ini juga dipertunjukkan pada acara-acara internasional seperti penyambutan pejabat tinggi, festival budaya, hari raya, dan upacara pembukaan Asian Games 2018 di Palembang.
Gordang Sambilan: Mengenal Alat Musik Tradisional Masyarakat Mandailing
Alat musik Gordang Sambilan terbuat dari kayu dan bagian dalamnya dibiarkan kosong. Salah satu ujung kayunya ditutup dengan selaput yang terbuat dari kulit sapi. Bagian inilah yang dipukul dengan tongkat kayu dan menghasilkan nada merdu yang berosilasi.
Untuk memainkan Gordang Sembilan, Anda membutuhkan musisi yang tidak standar, mungkin lima atau enam orang. Kesembilan drum tersebut dijejerkan dari yang terkecil hingga yang terbesar. Untuk menciptakan irama yang indah.
Tags: Alat Musik Gordang Sambilan Alat Musik Khas Mandailing Gordang Sambilan Seni Budaya Natal Sumut Pariwisata Indonesia Pariwisata Sumut Rekor Muri Warisan Budaya Takbenda Indonesia Wisata Budaya dari Provinsi Sumatera Utara Anda pasti tidak asing lagi dengan salah satu alat musik ini. Nah, jika anda belum mengetahui alat musik yang satu ini, yuk kita pelajari alat musik Batak yang sederhana ini. Siapa tahu kamu tertarik memainkannya atau ingin tahu keunikan suaranya.
Alat musik ini bernama Gordang Sambilan, sembilan kendang berarti Gordang Sambilan. Alat musik ini berupa gendang khas Mandailing yang dipukul secara ritmis. Gordangnya sendiri terbuat dari kayu yang dilapisi kulit sapi atau kerbau. Biasanya sebuah gordang terdiri dari 6 sampai 9 kendang yang disusun.
Gordang Sambilan Kuala Langat
Alat musik ini terdiri dari 9 buah gendang, Gordang merupakan susunan gendang besar yang disusun secara teratur dan berurutan. Dan masing-masing drum ini terdengar berbeda ya teman-teman. Biasanya Gordang Sambilan memiliki 6 nada gendang terkecil 1, 2 taba-taba, 3 gendang tepe-tepe, 4 gendang kudong-kudong, 5 gendang nabalik kudong-kudong, 6 gendang pasilion, 7, 8 gendang, 9 oleh pemain yang dieksekusi. seperti bersembunyi.
Biasanya Gordang ditampilkan pada acara-acara adat seperti upacara adat, upacara penyambutan, pernikahan dan terkadang pemakaman. Namun kini alat musik Gordang sudah cukup dikenal masyarakat karena alat musik ini sering digunakan dalam berbagai konser musik Batak ataupun konser lainnya.
Situs web ini menggunakan cookie untuk mempelajari lebih lanjut tentang minat Anda sehingga kami dapat memberikan konten yang tepat