Musik Keroncong Dangdut Dipelopori Oleh – Dangdut merupakan genre musik yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dan Dangdut merupakan musik yang sudah populer di kalangan masyarakat Indonesia sejak berdirinya negara Indonesia. Musik dangdut merupakan perpaduan alat musik Indonesia, Arab, India, dan Barat yang dimainkan secara bersamaan. Kemudian seiring berjalannya waktu, harmoni musik ini dipengaruhi oleh orkestra barat serta irama samba dan rumba. Pengaruh ini akhirnya membawa musik ini ke dalam tradisi melayu yang berkembang di daerah-daerah yang jauh dari ibu kota dan menjadi tempat tinggal para pemusik dan kritikus musik, khususnya di daerah Padang dan Medan.
Perjalanan musik dangdut memiliki sejarah yang panjang, jauh sebelum musik ini bernama. Ada juga tarik ulur kepopuleran musik ini antara penyanyi Indonesia dan Malaysia, meskipun musisi dangdut Indonesia pada akhirnya keluar sebagai pemenang. Berawal dari masa penjajahan Belanda, pada saat itu terdapat alat musik campuran Indonesia, Arab dan Belanda yang disebut menjadi satu di Tanjidor. Musik ini adalah orkestra mini yang khas dan dimainkan sambil berjalan-jalan dengan hewan peliharaan para empu kulit putih yang menguasai perkebunan di sekitar Batavia. Selama abad ke-19, masyarakat Indonesia menerima banyak pengaruh dari luar. Misalnya pengaruh dari Cina adalah ansambel Cina-Betawi yang dikenal dengan gambang kramong dan juga keroncong. Pada dasarnya bentuk musik dangdut berakar dari musik melayu pada tahun 1940-an. Irama Melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan dipadukan dengan irama musik dari Arab. Unsur gendang tabuhan yang merupakan unsur musik india dipadukan dengan unsur cam penyanyi dan harmonisasinya dengan irama musik merupakan ciri khas irama melayu yang merupakan awal peralihan dari irama melayu ke dangdut. . Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer kini muncul pengaruh unsur musik India (khususnya dari penggunaan tabla) dan Arab (dalam cam dan harmonisasi).
Musik Keroncong Dangdut Dipelopori Oleh
Pada masa inilah percobaan mulai memasuki masuknya India ke dalam musik Melayu. Dunia perfilman berkembang saat itu dan politik anti-Barat Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi kelompok-kelompok tersebut. Dari masa ini bisa dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Melayu), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung mirip penari India), Husein Bawafie pencipta wayang dari India, Munif Bahaswan. , dan M. Mashabi (pembuat skor film “Ratapan Anak Tiri” yang sangat populer di tahun 1970-an).
Indolawas: August 2013
Karena perubahan arus politik Indonesia pada akhir 1960-an, masuknya gitar elektrik dan bentuk pemasarannya juga sangat dipengaruhi oleh musik barat. Sejak tahun 1970-an, dangdut dapat dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh jenis musik lain, mulai dari keroncong, langgam, gamelan, gambus, musik pop, musik rock, bahkan house music. Irama Melayu merupakan salah satu genre musik kontemporer yang merupakan salah satu cabang kesenian yang terpengaruh oleh pengaruh modernisasi. Pada tahun 1960-an, musik melayu mulai dipengaruhi banyak unsur, mulai dari gambus, gamelan, keroncong, langgam. Dan mulai era inilah istilah Irama Melayu mulai berubah menjadi dikenal sebagai Musik Dangdut. Istilah Dangdut merupakan onomatopoeia atau sebutan yang sesuai dengan bunyi bunyinya, yaitu bunyi alat musik Tabla atau yang biasa dikenal dengan Gendang. Dan karena suara gendang lebih menguasai Suara Dang dan Dut maka sejak itu Irama Melayu berganti nama menjadi genre musik baru yang lebih terkenal dengan Irama Musik Dangdut. Pada era pra 1970-an artis dangdut terkenal antara lain : M. Mashabi, Husein Bawafie, Hasnah Tahar, Munif Bahaswan, Johana Satar, Ellya Kadam Menjelang tahun 1970, Rhoma Irama mulai menunjukkan kemampuan bermusiknya dalam irama dangdut. Rasa ketidakpuasan dan keinginan untuk mengenal Rhoma Irama mendorong terciptanya irama musik baru. Irama musik melayu dipadukan dengan irama musik rock, musik pop dan irama lainnya. Hasilnya terciptalah irama dangdut. Sejak saat itu, istilah dangdut semakin populer di Indonesia. Lagu-lagu ciptaan Rhoma Irama tidak hanya mewakili keindahan. Isi dari lagu-lagu tersebut adalah lirik yang mengandung makna khotbah. Beberapa nama dari tahun 1970-an yang bisa disebutkan adalah Mansyur S., Ida Laila, A. Rafiq, dan Muchsin Alatas. Kepopuleran musik melayu terlihat dari dirilisnya beberapa album pop melayu oleh grup pop Koes Plus pada masa jayanya. Era Musik Dangdut Setelah tahun 1970-an mulai banyak musisi dan artis dangdut, dan musik ini mulai populer di kalangan masyarakat Indonesia antara lain Hamdan ATT, Meggy Zakaria, Vetty Vera, Nur Halimah, Iis Dahlia, Ikke Nurjanah, Itje Trisnawati, Evi Tamala , Dewi Persik, Kristina, Cici Paramida, Inul Daratista dan masih banyak tokoh musik dangdut lainnya. Aliran musik dangdut yang merupakan seni kontemporer terus berkembang dan berkembang, pada awalnya irama dangdut identik dengan musik kalangan bawah dan ternyata aliran musik dangdut ini merupakan ekspresi dari keinginan kalangan bawah. . masyarakat yang bercirikan kesederhanaan dan kesederhanaan. Karena sifatnya yang kontemporer, pada awal tahun 1980-an musik dangdut berinteraksi dengan aliran seni musik lainnya, yaitu musik pop, musik rock, dan musik disko atau house music. Selain memasukkan unsur Musik Modern, musik dangdut sudah mulai berbaur dengan irama musik tradisional seperti gamelan, jaipongan, jaipongan dan musik tradisional lainnya. Pada paruh kedua tahun 1970-an, berbagai “komedi dangdut” juga dikembangkan, dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkestra yang berangkat dari gaya musik Melayu Delhi ini turut menyebarkan dangdut di kalangan mahasiswa. Sub-genre ini dilanjutkan misalnya oleh Pengenalan Minum Racun OM (PMR) dan Orkestra Pemuda Harapan Bangsa (PHB). Popularitas musik dangdut semakin meningkat ketika Grup Soneta dibentuk pada tahun 1973. Soneta adalah grup atau orkestra Melayu yang dipimpin oleh Rhoma Irama. Sound of Moslem dan Raja Dangdut adalah julukan yang diberikan masyarakat kepada Rhoma Irama dan kelompoknya. Maka pada tahun 1990-an dimulai lagi era baru yaitu Musik Dangdut yang banyak dipengaruhi oleh musik tradisional yaitu Irama Gamelan yaitu Musik Asli Jawa. Walaupun musik dangdut yang lebih orisinil masih eksis pada masa itu. Kepopuleran musik dangdut memancing tanggapan negatif dari para musisi irama non dangdut. Musik dangdut dianggap sebagai musik norak. Musisi irama non dangdut memandang dangdut sebagai musik kelas bawah. Sikap negatif tersebut tidak menghalangi kreativitas dan keinginan musisi dangut dalam bermusik. Pada periode 1980-1990, penyanyi dan musisi dangdut berbakat bermunculan dan mendapatkan banyak penggemar. Saat ini para musisi dangdut mulai melakukan upaya untuk membawa dangdut ke arah yang lebih terhormat. Evie Tamala menyanyikan musik dangdut di Amerika Serikat. Dia membuat klip video untuk lagunya di negara itu. Stasiun TV di Indonesia sudah mulai menayangkan dangdut sebagai tayangannya. Di era tahun 2000-an, seiring dengan kejenuhan Musik Dangdut yang asli, di awal era ini, para musisi di wilayah Jawa Timur, di kawasan pesisir Pantura, mulai mengembangkan jenis Musik Dangdut baru. , itulah seni Musik Dangdut Koplo. Dangdut Koplo merupakan mutasi Musik Dangdut setelah Era Dangdut Campursari yang semakin kental dengan irama tradisional ditambah dengan masuknya Unsur Seni Musik Kendang Kempul yang terdiri dari Seni Musik daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainnya seperti Jaranan dan Permainan. Dan berkat kreatifitas para Musisi Dangdut Jawa Timur hingga saat ini Musik Dangduk Koplo yang setara dengan Goyangan Gaya Jingkrak dan Musik Penyanyi ini sangat terkenal dan digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia saat ini. Pada era Musik Dangdut Koplo inilah mulai memacu tumbuhnya Grup Musik Dangdut yang lebih dikenal dengan OM atau Orkestra Melayu, termasuk OM. Sara, OM. Monata, OM Palapa, OM New Palapa, OM RGS dan OM lainnya yang lebih kecil mengangkat genre musik Dangdut Koplo di Nusantara ini. Musik dangdut terus berkembang. Menjelang tahun 2000, muncul penyanyi-penyanyi dangdut yang sangat menyita perhatian masyarakat. Itu karena gerakan goyangnya melebihi penyanyi lain, bahkan orang biasa. Gerakan memutar dari bawah ke atas adalah ciri khas penyanyi. Inul Daratista adalah pemilik keramaian yang mematikan itu. Penampilan Inul Daratista menuai kecaman keras dari kalangan agama. Faktor moral dan norma menjadi alasannya. Beberapa memberikan tanggapan positif yang melihatnya sebagai seni dan ekspresi diri. Perbedaan pendapat ini memicu kontroversi dan membuat nama Inul Daratista semakin populer. Berawal dari peristiwa itu, masyarakat kelas atas mulai menaruh perhatian pada musik dangdut. Juga di tahun 2000-an, musik dangdut sudah tidak bisa lagi dianggap norak. Berbagai acara dan acara terhormat dimulai dengan musik dangdut. Musik dangdut menjadi tayangan utama di stasiun televisi. Kafe-kafe ternama tak segan menampilkan musik dangdut. Panggung kampanye parpol juga tak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga mencuat ketika Basofi Sudirman, seorang petinggi Golkar kala itu, menyanyikan dangdut. Meski dangdut diasosiasikan dengan masyarakat miskin, bukan berarti dangdut hanya berpihak pada kalangan bawah. Di semua acara hiburan, dangdut tentu bisa menghidupkan suasana. Gelaran dangdut dapat dengan mudah ditemukan di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek khusus untuk memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang mengaku sebagai “radio dangdut” juga mudah ditemui di berbagai kota. Dan kini musik dangdut telah menjangkau semua lapisan masyarakat, mulai dari kalangan bawah hingga kalangan menengah dan atas telah merangkul seni musik dangdut ini. Hingga musik dangdut masuk ke dunia diskotik yang sudah memainkan musik dangdut sebagai musik wajib, dan tidak asing lagi saat ini banyak stasiun radio