Musik Krumping Berasal Dari Daerah – Nama “Krumpyung” berasal dari bahasa Jawa “kemprumpyung” yang berarti suara yang terdengar serasi, yang membawa kepala, dan keinginan pendengar untuk menikmati. Harmoni musik tradisional ini berasal dari perpaduan tiga jenis alat musik yaitu; (1) angklung atau musik tiga nada dari bambu wulung, (2) gong gong dari bambu wulung besar, dan (3) gendang ciblon dan ketipung.
Biasanya kesenian musik khas Banyumasan, alat musik utama Krumpyung juga terbuat dari bambu. Krumpyung dimainkan atau dipukul dengan cara digoyang atau digoyangkan seperti angklung. Angklung dalam kesenian krumpyung merupakan alat musik utama. Uniknya, angklung ini dimainkan oleh tiga orang pemusik sekaligus. Masing-masing berperan sebagai panuthuk, panerus dan oglong. Gaya permainan angklung inilah yang menimbulkan bunyi ‘kemrumpyung’ atau suara khas angklung yang berayun.
Musik Krumping Berasal Dari Daerah
Krumpyung adalah bentuk seni pertunjukan tradisional yang menggunakan iringan musik yang terbuat dari bambu. Krumpyung biasanya diadakan setahun sekali untuk ritual tertentu. Pertunjukan Krumpyung berlangsung dari siang hingga berakhir keesokan paginya. Pertunjukan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu; upacara sakral, estetika, dan hiburan (Warsono, 2013).
Lagu Favorit Grup Bts Yang Underated Namun Sangat Kamu Sukai?
Krumpyung merupakan kesenian khas daerah Banyumasan yang saat ini hanya ada di Desa Langgar Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. Satu-satunya kelompok kesenian Krumpyung yang masih aktif adalah kelompok kesenian Sri Rahayu pimpinan Ki Sulemi. Kesenian ini dimulai sekitar tahun 1950 di Desa Langgar atas prakarsa Rosidi. Pada tahun 1979 kesenian ini diserahkan kepada dalang Santarji. Kemudian pada tahun 1985, Sulemi mewarisi posisi wayang Krumpyung. Dengan demikian, kesenian Krumpyung bertahan selama tiga generasi.
Kesenian Krumpyung memadukan musik tradisional dengan lenger. Orang sering menyebut kesenian ini sebagai ‘Lengger Krumpyung’. Kesenian ini merupakan wujud nyata pertemuan tiga gaya musikalitas di Jawa. Pertunjukan Krumpyung bergerak dinamis, memadukan unsur lembut, keras, lucu, kasar, dan gay. Representasi kesan tersebut sering diungkapkan melalui berbagai idiom seperti vokal, gending, tabuhan instrumen, teks kepan, percakapan, dan juga terdapat pada gerak-gerik penari lengger. Interaksi pertunjukan musik Krumpyung dengan lengger merupakan corak tersendiri dalam pertunjukan kesenian rakyat ini (Darno & Budiarti, 2020).
Dalam kesenian Krumpyung nilai-nilai kearifan budaya dapat digali dari seluruh unsur karya, mulai dari bahan dasar, alat atau instrumen, puisi yang dibawakan, bahkan fungsi dari kesenian itu sendiri. Masing-masing unsur tersebut mengandung falsafah hidup yang penting untuk dipelajari, diajarkan dan diamalkan. Berdasarkan fungsinya dalam masyarakat, kesenian Krumpyung mengandung berbagai nilai budaya.
Saat ini Krumpyung dikenal sebagai seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan dan bagian dari ritual atau tradisi adat. Masyarakat Desa Langgar dan sekitarnya memiliki tradisi ritual ruwat bumi. Prosesi ritual ruwat bumi biasanya dilakukan setiap tanggal 1 bulan Sura. Pelaksanaan ritual ruwat bumi disimpan sebagai sarana berdoa kepada leluhur yang ada di desa tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, semua permintaan persyaratan harus dipenuhi. Jika tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi bencana. Ritual ruwat bumi merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada leluhur yang mbaurekso (berkuasa di alam ghaib) sehingga panen padi, palawija dan hasil bumi lainnya meningkat di tahun mendatang. Mereka juga berharap agar seluruh masyarakat Desa Langgar dan sekitarnya mendapatkan keselamatan dan kesehatan (Warsono, 2013).
Sebutkan Tiga Alat Musik Ritmis Yang Dipukul
Selain ditampilkan dalam ritual adat upacara Ruwat Bumi dan Ruwat Desa, kesenian Krumpyung juga sering ditampilkan dalam acara Ruwat Dukun Babi. Ritual bagi masyarakat Murwengkala yang ditandai dengan budi pekerti adalah memotong rambut bayi dengan harapan kelak menjadi anak yang sholeh dan sholeh, sehat jasmani dan rohani. Saat nazar, penari dan sohibul hajat memegang kupat luar, kemudian dalang membacakan doa selamat. Setelah shalat selesai ditarik kupat bagian luar. Ini menunjukkan bahwa apa yang kami janjikan sudah terealisasi. Krumpyung juga dimainkan dalam acara syukuran setelah selesai membangun jembatan atau jalan dan membangun rumah. Selain dipentaskan dalam ritual adat, kesenian Krumpyung juga sering dipentaskan dalam resepsi lainnya. Hai teman! Bertemu lagi dengan saya di postingan ini. Disini saya akan membahas tentang kesenian tradisional yang berasal dari tempat saya dilahirkan yaitu Kabupaten Kulon Progo. Kesenian ini adalah krumpyung. Seni musik krumpyung lahir dan berkembang di Dusun Tegiri, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Krumpyung pertama kali dibuat oleh Sumitra, warga Dusun Tegiri. Berawal dari keluh kesah seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang meminta ayahnya untuk membuatkannya alat musik gamelan. Pada tahun 1973, Sumitra mulai membuat alat musik krumpyung untuk putra pertamanya, Witra Purbadi. Melihat ketersediaan bahan baku, Sumitra memanfaatkan bambu untuk membuat alat musik gamelan. Nama krampyung sendiri diambil dari bunyi “kemrumpyung” yang keluar dari alat musik tersebut. Krumpyung memiliki laras pelog dan slendro seperti gamelan yang terbuat dari logam. Keunikan dari alat musik krumpyung ini adalah suara yang dihasilkannya. Bahan dasar bambu membuat alat musik ini memiliki bunyi yang sangat berbeda dengan gamelan konvensional.
Bambu yang digunakan untuk membuat alat musik krumpyung biasanya bambu hitam, bambu wulung, dan bambu apus. Bambu yang digunakan harus berumur 3 tahun dan pemotongan hanya bisa dilakukan pada tiga bulan tertentu yaitu Mei, Juni dan Juli. Bambu yang paling cocok untuk alat musik krumpyung adalah bambu yang tumbuh di tepi sungai. Bambu yang dipotong kemudian dikeringkan selama kurang lebih dua tahun. Proses ini dilakukan untuk mengetahui kualitas bambu. Jika setelah dijemur bambu masih kuat dan belum mengalami cuaca, maka bambu siap digunakan sebagai alat musik krumpyung. Untuk membuat satu set alat musik krumpyung, dibutuhkan waktu sekitar dua bulan. Panjang bilah bambu yang digunakan harus tepat agar menghasilkan nada yang pas.
Susunan alat musik krampyung tidak jauh berbeda dengan gamelan konvensional. Seperangkat alat musik krumpyung terdiri dari bonang barung, bonang penerus, pukulan gong, kempul, gong sebul, gambang, saron, demung, kenong, angklung, seruling dan gendang. Alat musik yang unik disini adalah sebul gong. Berbeda dengan gong pada umumnya, gong ini dimainkan dengan cara ditiup. Hal ini disebabkan waktu dengung gamelan bambu yang singkat. Keunikan lainnya terletak pada angklung. Di sini angklung yang digunakan memiliki tangga nada pentatonik. Krumpyung biasanya dimainkan oleh dua belas orang termasuk sinden. Lagu-lagu yang biasa dimainkan adalah gaya Jawa, dan uyon-uyon.