Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian – TANJIDOR adalah kesenian tradisional Betawi yang berbentuk orkestra. Kesenian musik yang dimainkan secara berkelompok ini sangat dipengaruhi oleh musik Eropa terutama dalam penggunaan alat musik tiup. Biasanya disingkat tanji yang artinya memukul. Karena yang dimainkan adalah gendang yang berbunyi bang-bang-bang, maka mereka berkumpul di tanjidor.

Asal usul tanjidor masih belum jelas. Paramita Rahayu Abdurachman dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara mengatakan bahwa itu bisa berasal dari sisa-sisa kebudayaan Islam; baik Moro atau daerah lain. Istilah “tanjidor” sendiri memiliki kemiripan dengan bahasa Portugis. Dalam bahasa Portugis terdapat kata “tanger” yang artinya memainkan alat musik dan “tangedor” (diucapkan tanjedor) untuk orang yang memainkan alat musik gesek di luar ruangan. Lalu ada “tangedores”, yang artinya alat musik tiup yang dimainkan dalam parade militer atau parade keagamaan.

Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian

Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian

Meski sistem tangga nadanya sama-sama diatonis, kesenian di Portugal cukup berbeda dengan tanjidor di masyarakat Betawi. Tanjidor sebenarnya lebih didominasi oleh alat musik tiup.

Haluanriau 2015 05 03 By Haluan Riau

Hingga saat ini kemunculan tanjidor selalu dikaitkan dengan kebiasaan para pejabat dan orang kaya di Batavia (Jakarta dan sekitarnya) yang mengadakan ansambel di rumah dan dimainkan oleh para budaknya. Salah satunya adalah Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan Mayor Jantje, pemilik Citrap (Citeureup), Bogor. Mona Lohanda mengulas peran Mayor Jantje dalam kebangkitan tanjidor dalam pengantar buku Mayor Jantje: Cerita Tuan Tanah Batavia Abad 19 karya Johan Fabricius.

Michiels memiliki beberapa ansambel musik di rumah: ansambel Eropa, band militer militer, ansambel Tionghoa, dan gamelan. Sebagai pemilik tanah, dia juga memiliki ratusan budak. Budak memiliki keterampilan, termasuk memainkan alat musik. Jadi, 30 budak bergabung dengan Korps Papang Musik (Het Muziek Corps der Papangers).

Para musisi bertugas menghibur Mayor Jantje di pesta dan jamuan makan. Mereka memainkan musik sambil berbaris mengelilingi meja yang penuh dengan tamu. Ketika Michiels meninggal pada tahun 1833, keluarganya melelang 30 musisi budak dan alat musik mereka.

Setelah perbudakan dihapuskan, para budak yang bebas dan bisa bermain musik membentuk perkumpulan musik, yang kemudian dikenal sebagai tanjidor. Mereka memainkan lagu-lagu Eropa untuk mengiringi tarian, polka, pawai, tombak, dan lagu parade. Pelan-pelan mereka juga mulai memainkan lagu-lagu Betawi, Melayu dll.

Macam Macam Alat Musik Tradisional Dan Modern

Musik Tanjidor kemudian dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor, dan Karawang. Sebagian besar pemain berasal dari daerah di luar Jakarta. Pada zaman dahulu, para penabuh tanjidor tidak berharap untuk hidup sebagai seorang tanjidor. Mereka kebanyakan adalah petani. Selama musim tanam mereka menggantung alat musik di dalam rumah. Namun setelah panen, mereka datang ke Jakarta untuk menyanyi atau menghidupkan pernikahan, prosesi pernikahan, khitanan, perayaan Imlek, dan Cap Co Meh.

Grup musik Tanjidor biasanya terdiri dari 7-10 orang yang memainkan repertoar lagu-lagu diatonis, serta lagu-lagu dengan nada pelog bahkan slendro. Lagu yang dibawakan antara lain Batalion, Kramton, Pisang, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, Cakranegara, Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, dan Cente Manis.

Dalam sebuah pertunjukan, kelompok tanjidor biasanya mengikuti suatu pola. Mereka memulai permainan dengan lagu-lagu berbaris dan waltz. Baru setelah itu mereka memainkan lagu jenis lain: lagu betawi atau gambang kramong, lagu sunda (jaipongan), lagu melayu, bahkan lagu dangdut.

Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian

Kesenian Tanjidor fleksibel untuk beradaptasi dengan kesenian lain. Seperti yang disebutkan dalam buku Wajah Wisata Jawa Barat, saduran ini memunculkan bentuk-bentuk kesenian baru seperti jikres (tanjidor-orchestra), jinong (tanji-lenong), bajidoran (tanjidor dengan clines sunda), tanji godot (tanjidor dengan tambahan instrumen biola dan cello) dan jipeng (topeng tanji). Adaptasi itu juga mengharuskan para tanjidor melengkapi alat musiknya.

Fakta Menarik Seni Tradisional Pertunjukan Masyarakat Betawi

Sebagai ansambel, tanjidor terdiri dari klarinet (kuningan), piston (kuningan), trombone (kuningan), saksofon tenor (kuningan), saksofon bas (kuningan), gendang (membranofon), simbal (perkusi), dan gendang.

Klarinet terkadang disebut seruling, klarinet, atau cronet yang menghasilkan suara bernada tinggi dan rendah. Terompet sering disebut piston; mengacu pada katup terompet yang dipijat dengan jari untuk mendapatkan catatan. Ada trombon dengan tabung resonansi memanjang dan dapat diperpendek atau diperpanjang untuk mendapatkan nada yang diinginkan, oleh karena itu sering disebut terompet panjang.

Alat musik lainnya adalah tuba tenor atau biasa disebut tenor, bahkan ada yang menyebutnya tenor jongkok karena biasanya dimainkan di pangkuan pemainnya sehingga alat musik ini seperti orang jongkok. Ada bass tuba yang umumnya disebut bass saja, bombardon, atau selendang karena alat musik ini dikenakan seperti orang yang memakai selendang di pundaknya.

Instrumen lainnya adalah instrumen perkusi. Ada gendang kecil yang dimainkan dengan cara memukul membran dengan dua buah pemukul kayu. Ada gendang besar atau disebut tanji yang dimainkan dengan satu tangan di salah satu sisi selaputnya dengan tongkat kayu di kepala yang diberi lingkaran kain lembut. Tangan lainnya memegang simbal yang kemudian dipukulkan pada simbal lain yang diletakkan di atas sebuah drum besar. Ada gendang atau membranofon yang terbuat dari kulit yang diregangkan dan dipukul dengan tangan atau tongkat. Ada juga yang menghiasinya dengan segitiga.Masyarakat Betawi tentu tidak asing lagi dengan kesenian tradisional Tanjidor. Kesenian tanjidor merupakan ansambel musik yang berkembang pada abad ke-18. Nama Tanjidor diyakini berasal dari bahasa Portugis tangedor yang artinya alat musik petik.

Alat Musik Tanjidor, Orkes Betawi Dan Sejarah Panjangnya

Meski terinspirasi dari musik Eropa, seni tanjidor berbeda dengan seni tangedor milik bangsa Portugis. Karena Tanjidor yang dikembangkan oleh masyarakat Betawi lebih banyak menggunakan alat musik tiup.

Alat musik tiup yang dimainkan dalam orkestra Tanjidor umumnya terdiri dari klarinet, trombone, piston, dan saksofon. Ada juga alat musik perkusi seperti snare drum, cymbal, dan drum.

Anwar Tanjung dalam buku Seni Budaya Pengiring Zaman Betawi menjelaskan bahwa musik Tanjidor diyakini berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi antara abad ke-14 dan ke-16 Masehi. Orkestra ini dimainkan oleh para budak untuk menghibur tuannya.

Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian

Awalnya mereka memainkan lagu-lagu Eropa karena harus mengiringi pesta dansa, polka, pawai dan lagu parade. Ketika perbudakan dihapuskan pada tahun 1860, para budak yang dulunya adalah musisi membentuk band bernama Tanjidor. Ada juga yang mencari nafkah mengamen dengan musik Tanjidor.

Sejarah Perkembangan Tanjidor, Kesenian Betawi Warisan Kolonial

Seiring berjalannya waktu, Tanjidor terus berkembang di masyarakat Betawi. Jika awalnya grup musik Tanjidor banyak membawakan lagu-lagu Eropa, mereka mulai memainkan lagu dan irama Betawi.

Sekarang Tanjidor digunakan untuk mengiringi arak-arakan dan mengarak pasangan. Dirilis dari situs Lembaga Kebudayaan Betawi, beberapa judul lagu yang dibawakan saat ini masih bernada Belanda meski memiliki pelafalan Betawi.

Lagu-lagu tersebut antara lain Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, dan Welmes. Ada juga tembang Betawi yang sering dimainkan dalam Tanjidor, seperti Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, dan Cente Manis. Tanjidor berasal dari kata Tanji dan dor. Tanji artinya memukul sedangkan bang adalah bunyi bang, bang, bang. Kedua kata itu digabungkan dalam tanjidor.

Alat musik ini sering digunakan pada acara pernikahan, khitanan, dan pawai. Berikut sejarah dan alat musik tanjidor dikutip dari website Kemendikbud:

Halaman Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta Revisi Min

Menurut Ernst Heinz, ahli musik Belanda yang melakukan penelitian tentang musik rakyat di luar Jakarta pada tahun 1974, tanjidor berasal dari budak yang ditugaskan memainkan musik untuk tuannya. Tanjidor juga merupakan orkestra budak pada masa Kompeni.

Dahulu para pejabat tinggi Belanda membangun vila di Cililitan Besar, Pondok Gede, Tanjung Timur, Ciseeng, dan Cimanggis. Di desa-desa tersebut terdapat beberapa budak dan para budak ini memiliki kemampuan memainkan alat musik.

Budak memainkan alat musik dan menghibur tuan mereka di pesta dan jamuan makan. Kemudian, pada tahun 1860, perbudakan dihapuskan. Budak merdeka juga berinisiatif membentuk perkumpulan musik dan menjadi terkenal. Grup musik tersebut bernama Tanjidor.

Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian

Tanjidor berlangsung di pinggiran Jakarta Depok, Cibinong, Citeureup, Cileungsi, Jonggol, Parung, Bogor, Bekasi dan Tangerang. Di daerah-daerah tersebut biasanya orkes Tanjidor membawakan lagu-lagu berjudul Batalyon, Kramton, Pisang, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, Cakranegara. Judul lagunya ‘berbau’ Belanda, padahal berbahasa Betawi.

Sejarah Ondel Ondel

Kemudian lagu-lagu Tanjidor berkembang dengan membawakan lagu-lagu Betawi seperti Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, Cente Manis, Istanbul, Persi serta lagu-lagu Sunda, seperti Kang Haji, Sulanjana, Daun Pulus dll. Sejak menggunakan lagu Betawi, Tanjidor terus berkembang dan masih dimainkan hingga saat ini.

Dalam musik Tanjidor terdapat berbagai alat musik yang dimainkan. Alat musik adalah alat musik tiup dan perkusi.

Alat musik tiup adalah klarinet, piston, trombon, dan terompet. Sedangkan alat musik yang dimainkan adalah kendang (membranofon), simbal (perkusi) dan kendang samping (drum) Alat Musik Tanjidor : Yang tinggal di sekitar Jakarta mungkin pernah mendengar Tanjidor. Ini adalah alat musik yang menjadi salah satu ciri khas masyarakat Betawi, disini sekelompok masyarakat asli Jakarta.

Namun ternyata tidak semua masyarakat Indonesia mengenal alat musik Tanjidor, apalagi saat ini alat musik tersebut sudah jarang digunakan. Sangat unik dan menarik, yuk cari tahu lebih banyak tentang Tanjidor.

Musik Tradisional Sebagai Al

Tanjidor identik dengan grup musik di Betawi. Bentuk grup musik ini seperti orkestra yang membawakan berbagai alat musik yang berbeda. Seni musik ini mulai berkembang di Betawi pada abad ke-18. Alat musik ini diyakini dipengaruhi oleh Portugis yang tinggal di Betawi.

Kata Tanjidor sendiri diambil dari kata Portugis ‘tangedor’ yang artinya alat musik petik. Namun Tanjidor di Betawi kebanyakan adalah alat musik tiup dan perkusi seperti saksofon, klarinet, trombon, gendang, gendang, dan simbal. Sedangkan tangedor di Portugal lebih identik dengan alat musik petik.

Jadi, meskipun diilhami oleh kesenian Portugis, di Betawi perkembangannya mengalami perubahan. Dahulu, orkestra ini dimainkan oleh para budak untuk menghibur tuannya. Mereka biasanya memainkan musik dansa untuk master Eropa.

Musik Tanjidor Sering Dipertunjukkan Untuk Mengiringi Kesenian

Pada tahun 1860, perbudakan akhirnya dihapuskan di Indonesia. Budak yang dulu berprofesi sebagai pemusik untuk masyarakat Eropa kelas atas akhirnya membentuk orkestra sendiri dan mencari nafkah mengamen. Karena lebih banyak bermain untuk masyarakat pribumi, akhirnya musik yang dimainkan pun mengalami perubahan. Dari musik ala Eropa hingga musik yang lebih dekat dengan masyarakat Betawi.

Alat Musik Betawi Lengkap Video Dan Cara Memainkannya

Orkestra ini biasanya dibawakan oleh

Leave a Reply

Your email address will not be published