Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk – Menarik Barongsai Merah pada Kegiatan PSBD ke-3 Kabupaten Asahan yang Diselenggarakan Etnis Tionghoa (Foto: Sumutrealita.com)

ASAHAN,- Ribuan pengunjung menyaksikan atraksi Barongsai yang dibawakan oleh etnis Tionghoa pada Pementasan Seni Budaya Daerah (PSBD) ke-3 Kabupaten Asahan yang digelar di lapangan Sidodadi, Jalan Pondok Indah, Kisaran pada Rabu (2/8/2017) malam.

Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk

Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk

Untuk menghindari hal-hal yang tidak perlu agar tidak mengganggu atraksi Barongsai, panitia menutup pagar dan di luar pagar panitia menyediakan kursi. Ribuan pengunjung keluar pagar untuk melihat atraksi dua barongsai, naga merah dan naga putih.

Ondel Ondel, Bukan Sekadar Boneka Raksasa

Pemain barongsai ini didatangkan panitia dari Vihara Buddha Setya di Binjai. Pemain Barongsai sangat ahli berdiri di atas tiang yang tingginya bervariasi dari 1 meter hingga lebih dari 2 meter.

Salah satu tim barongsai, Wendy Fernando Tea, mengatakan bahwa Melca memainkan bagian depan barongsai dan Vinsomy memainkan bagian belakang sedangkan pemain barongsai naga merah, pemain depan bernama Edward dan pemain belakang di Fernando.

Dikatakannya, Barongsai Biara SetyaBudhist meraih juara 2 lomba barongsai sedunia, juara 1 oleh RRC.

Wendy Fernando Tea mengatakan bahwa pada tahun 2016 tim Barongsai mereka meraih juara ketiga saat mengikuti kompetisi barongsai dunia yang diadakan di Malaysia, dan pada tahun 2015 mereka juga meraih juara ketiga yang diadakan di China dan pada tahun 2014 mereka menjadi juara ketiga dalam kompetisi barongsai dunia diadakan di Hong Kong dan pada tahun 2013 ia memenangkan juara kedua dalam kompetisi barongsai dunia ketika diadakan di Singapura.

Toleransi Beragama Bersama Bapak Rudi Phan Selaku Pemimpin Di Klenteng Eng An Kiong

“Kami berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi barongsai kelas dunia tahun 2013 yang diadakan di Singapura,” ujar Wendy Fernando Tea di sela-sela acara dance tersebut.

Atraksi barongsai putih singa memukau pengunjung karena pemain depan dan pemain belakang sangat kompak, irama gerakan mereka seperti gerakan singa raja melompat dari satu tiang ke tiang lain dan tidak jarang para tarian singa berdiri, artinya pemain barongsai belakang harus kuat saat menggendong pemain depan dan kuda harus berdiri kokoh di atas tiang.

“Huu,, heiiiiiiiii,,, uuuuuoooooooo,” teriak para pengunjung karena mengira barongsai ini akan jatuh padahal sebenarnya gerakan itu bagian dari iming-iming barongsai bagian depan untuk membungkuk dan menangkap tiang seolah-olah jatuh ke tiang .

Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk

Mengetahui bahwa barongsai tidak jatuh, penonton kembali bertepuk tangan. Barongsai putih tampil di atas tiang sedangkan barongsai merah mengunjungi pengunjung yang berada di dalam tenda, tidak sedikit pengunjung yang memberikan sumbangan berupa uang atraksi untuk menjumpai pengunjung dan di tiang ini digelar tarian singa putih dan singa merah. . bergantian.

Menikmati Atraksi Barongsai

Selain atraksi barongsai, pengunjung juga dihibur dengan tarian dan nyanyian tradisional Tionghoa yang dibawakan oleh Ester Helen Maulana, seniman etnis Tionghoa dari Jakarta dan Lina, seniman etnis Tionghoa dari Kisaran.

Yang memukau para pengunjung adalah penyanyi Ester Helen Maulana juga membawakan lagu-lagu tradisional Batak Toba seperti: Butet, Sai Anju Ma Au, selain membawakan lagu-lagu Mandarin.

“Lagu butet ini sangat cocok dinyanyikan pada bulan Agustus karena saat ini bangsa Indonesia sedang memperingati hari kemerdekaan Indonesia sedangkan lagu butet ini bercerita tentang seorang ibu yang menidurkan anaknya sedangkan suaminya ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Republik Indonesia,” ujar seorang presenter kepada Ester usai menyanyikan lagu Butet yang disambut tepuk tangan hadirin.

Tak hanya lagu Batak, etnis Tionghoa ini juga menarikan tarian daerah lainnya seperti tari kipas yang diperkenalkan oleh Setya Dharma Kisaran.

Bantengan, Potret Kehidupan Masyarakat Yang Cenderung Berkoloni

Ketua Panitia Etnis Tionghoa, Bustami CP mengatakan, tarian dan lagu daerah dari etnis lain sengaja dibawakan untuk menghibur pengunjung dan membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa juga bagian dari masyarakat Asahan dan memiliki

Sebelumnya, saat pembukaan PSBD, Gubernur Asahan, Taufan Gama Simatupang mengimbau agar kegiatan PSBD ini tidak hanya digelar sebagai acara seremonial, tetapi harus dipetik pelajaran dan semua etnis harus menjaga dan melestarikan seni budayanya.

Ketua PSBD Asahan kelas III, Sofian Yoga melalui humasnya Irfan Nasution mengatakan sangat mengapresiasi penampilan yang dibawakan etnis Tionghoa tersebut. Ia berharap dengan PSBD ini, etnis Tionghoa bisa berbaur dengan etnis lain untuk membangun kawasan Asahan.

Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk

“Tidak bisa kita pungkiri bahwa etnis Tionghoa juga bagian dari masyarakat Indonesia, khususnya daerah Asahan, yang ikut bersama kami membangun daerah Asahan dan meningkatkan perekonomian di Asahan,” kata Irfan mengangguk. Apalagi di kota Medan khususnya, kota dengan masyarakat majemuk yang memiliki beragam etnis dan ras di dalamnya tanpa terkecuali etnis Tionghoa.

Barongsai Bukan Sekadar Tarian Imlek

Di tanah Delhi, masyarakat etnis Tionghoa sudah lama hidup damai berdampingan, terutama dalam membangun kemajuan kota dan merawat budaya. Maka jangan heran, dalam perayaan Imlek setiap tahunnya, seluruh masyarakat Medan menyambutnya dengan suka cita dan toleransi.

Sebagai perayaan Imlek kali ini yang merupakan tahun ‘Harimau Air’ dalam penanggalan Tionghoa. Ada banyak pertunjukan aksi di setiap sudut kota, misalnya barongsai, kembang api dan pelepasan lampion. Para pengunjung Delipark Medan Mall juga merasakan kemeriahan perayaan Imlek ini, dimana pihak Delipark Medan menyuguhkan penampilan alat musik tradisional Tionghoa bernama Guzheng.

Guzheng adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik dan akan mengeluarkan irama yang indah. Hal ini semakin menarik ketika pemain Guzheng profesional asal Medan, yakni Ngartini Huang dan Jocelyn Paramita tampil sangat menghibur.

Ngartini mengaku sangat senang dirinya dan putrinya Jocelyn masih dipercaya untuk menghadiri perayaan Imlek seperti tahun sebelumnya di Delipark Medan. “Kami tentu senang dan bangga bahwa dalam perayaan Imlek kali ini kami mendapat kesempatan lagi dari Delipark Medan untuk menghibur para tamu Mall yang sedang merayakan Imlek,” ujar Ngartini.

Mengapa Tahun Baru Imlek Identik Dengan Tarian Barongsai?

Jocelyn juga berharap di Tahun Baru Imlek yang menjadi lambang ‘Harimau Air’ ini, Pandemi Corona bisa segera berakhir. Ia berharap semua orang bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Dalam penampilan mereka, Ngartini dan Jocelyn banyak membawakan lagu-lagu Tionghoa, seperti Shanghai Tan dan Tian Lu. Mereka juga membawakan beberapa musik Barat kontemporer untuk menghibur penonton Milenial, seperti lagu Rolling in the Deep yang biasa dinyanyikan oleh Adelle. Namun versi Rolling in the Deep ini dimainkan dengan ritme Guzheng yang unik dan khas.

Hal ini membuat para pengunjung Delipark Medan terkagum-kagum mendengar karya indah yang dibawakan oleh Ngartini dan Jocelyn, dan banyak pengunjung Mall tampak senang mengabadikan video melalui gadget mereka saat Guzheng terpilih. Seperti Meiputri yang mengaku sangat terhibur dalam perayaan Imlek kali ini.

Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk

“Baru kali ini saya melihat dan mendengar alat musik tradisional bernama Guzheng. Selama ini setahu saya hanya atraksi Barongsai saat imlek saja, sepertinya ada hal yang tak kalah menarik dari teman-teman etnis Tionghoa yang bermain Guzheng,” ujar Meiputri.

Haul Gus Dur Ke 7: Seni, Harmoni & Literasi

Perlu diketahui bahwa Ngarti Huang dan Jocelyn Paramita adalah guru di Jade Music Academy. Di sana mereka membuka kelas Guzheng dan alat musik gesek tradisional Tiongkok lainnya. Lokasi Jade Music Academy ada di Jl. Singosari No. 3F, Sei Rengas Permata, Kec. Kabupaten Medan Tahun baru Imlek atau Imlek identik dengan barongsai. Barongsai ini selalu menghiasi perayaan Imlek di mall-mall dan tempat-tempat umum lainnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat ketika menyaksikan gerak-gerik atraktif para penari barongsai tersebut.

Barongsai adalah tarian tradisional Tionghoa yang menggunakan kain sarung yang menyerupai singa. Kesenian ini mulai populer pada masa Dinasti Nan Bei, sekitar tahun 420-589 Masehi. Saat itu, pasukan Raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang di Negeri Lin Yi. Seorang prajurit bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk menangkal pasukan Raja Fan. Usaha tersebut ternyata berhasil hingga akhirnya barongsai menjadi legenda.

Barongsai yang memiliki gerakan atraktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu singa utara yang memiliki surai keriting dan berkaki empat, dan singa selatan yang memiliki sisik dan jumlah kaki bervariasi antara dua atau empat. Kepala singa selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga terkadang menyerupai binatang ‘kilin’.

Pergerakan antara singa utara dan singa selatan terlihat berbeda. Jika singa selatan dikenal dengan gerakan kepala yang keras dan riuh, maka gerakan singa utara cenderung lebih lincah dan dinamis karena memiliki empat kaki.

Meiliawury.com: Februari 2019

Tarian kedua singa tersebut semakin semarak dengan iringan gendang dan simbal dari China yang membuat barongsai selalu menjadi pemandangan yang menarik di setiap Tahun Baru Imlek.

Secara tradisional, orang Tionghoa menggunakan barongsai sebagai simbol kesuksesan dan keberuntungan; digunakan dalam acara perayaan seperti Tahun Baru Imlek dan pada acara seremonial seperti pembukaan tempat usaha baru. Barongsai juga diyakini dapat “membersihkan” suatu tempat dari hal-hal negatif.

1. Menghilangkan energi negatif – Bunyi drum dan simbal yang keras akan memurnikan atau membersihkan tempat di mana Anda/energi negatif dan buruk berada, menjadi energi baru dan baik.

Pertunjukan Barongsai Menggunakan Alat Musik Bernama Untuk

2. Melarang roh jahat – Kekuatan tarian dan keberadaan barongsai akan cukup untuk mengusir roh jahat keluar dari lokasi, dan memastikan usaha Anda lebih berhasil.

Ribuan Warga Barut Tumpah Ruah Di Wfc Saksikan Pertunjukan Barongsai Hong De Dalam Rangka Memeriahkan Hut Ri Ke 77

Siapa sangka Barongsai yang sangat populer adalah istilah yang hanya ada di Indonesia. Di negara asalnya sendiri, kesenian ini disebut “Wushi”, dan di dunia internasional lebih populer dengan sebutan “Lion Dance”.

Lalu dari mana asal nama Barongsai? Istilah Barongsai sendiri merupakan hasil persilangan budaya antara budaya Indonesia dan budaya Tionghoa.

Kata “Barong” mengacu pada kesenian Indonesia, khususnya Bali dimana penari menari dengan menggunakan boneka atau kostum, sedangkan “sai” berasal dari bahasa Hokkien yang berarti singa.

Meski banyak yang menyebut Barongsai sebagai Singa, sebenarnya Barongsai merupakan gabungan dari beberapa binatang. Setiap bagian tubuh Barongsai terdiri dari lima unsur hewan atau makhluk yang berbeda yang memiliki makna filosofis tersendiri:

Budaya Tionghoa Indonesia

Pertunjukan Barongsai selalu diadakan dengan semarak dan meriah. Hal ini semakin terasa karena Barongsai yang memiliki tubuh berwarna-warni yang mengesankan. Sebuah fakta

Leave a Reply

Your email address will not be published