Pupuik Batang Padi Merupakan Alat Musik Sederhana Yang Berasal Dari Daerah – Adalah bahasa filosofis yang digunakan sebagai motivasi bagi suku Minangkabau. Begitu pula dengan keberadaan berbagai alat musik tiup di Minangkabau, misalnya sarunai.
Teori ilmiah mengatakan bahwa “benda-benda sederhana muncul pertama kali dari benda-benda dengan bentuk yang lebih rumit.” Demikian halnya dengan alat musik tiup Minangkabau. berdasarkan pengamatan alam, seperti bagaimana bambu yang digunakan untuk pagar, ketika ditiup angin akan menghasilkan bunyi “siulan” atau letupan.
Pupuik Batang Padi Merupakan Alat Musik Sederhana Yang Berasal Dari Daerah
Dari alang-alang (bambu) pagar menjadi saluang (ada juga versi lain yang konon berasal dari saluang yang dihembuskan api di tungku).
Sebutkan Alat Musik Melodis Yang Dimainkan Dengan Cara Ditiup
Awalnya bunyi alat musik tiup hanya menjemput suara bellow atau tiupan yang disebabkan oleh pantulan gelombang udara di suatu ruang. Kemudian orang Minangkabau melakukan teknik kubus-kubus (gladi) dengan menambahkan lubang-lubang yang menghasilkan bunyi-bunyian baru. Setelah mendapatkan suara baru mereka mencoba memberi jarak atau jarak antar lubang, kemudian menambah atau membedakan volume lubang (ukuran lubang) dan akhirnya menemukan suara (skala) yang harmonis. Semua itu melalui proses yang sangat panjang dan perlu dikaji lebih lanjut.
Sarunai aslinya adalah pupuik atau puput, yang disebut bahasa sarunai. Puput atau pupuik ini terbuat dari bambu tipis dengan jenis talang atau alang-alang. Kemudian diberi nada utama sebagai lubang. Kemudian diberi tanduk sapi sebagai corong atau speaker. Pupuik sarunai terdiri dari tiga bagian, bagian pertama lidah berfungsi sebagai sumber bunyi, bagian utama sebagai tangga nada, ujung corong (tanduk) sebagai pengeras suara.
Menurut riwayat guru adat di Target Singo Barantai, kata “sarunai” terdiri dari gabungan dua kosa kata dalam bahasa Minangkabau, yaitu “saru” dan “kanai”. Yang dalam bahasa filsafat adalah seruan mistis atau seruan menggunakan ilmu kebatinan, seruan yang menyentuh perasaan. Kecenderungan masyarakat Minangkabau sering mempersingkat kata, akhirnya istilah tersebut menjadi “sarunai”.
Dalam memainkan sarunai, irama musiknya cenderung sedih atau “baibo ibo” seperti orang maratok, marauang-rauang, atau menangis.
Rpp Bab 7 (seni Musik) Memainkan Alat Musik Sederhana Secara Perseorangan
Di Minangkabau, nyanyian lagu yang dimainkan dengan alat musik tiup cenderung bernada sedih atau merayu.
Sarunai memiliki 4 lubang nada dan menghasilkan 8 bunyi atau nada. Antara lain, “5 nada standar” C, D, E, F, G dan 3 seminada “C#, D#, F#”. Perkembangan selanjutnya sarunai memiliki 5, 6, bahkan sampai 7 lubang nada. Awalnya, nada-nada yang dihasilkan sarunai tidak seperti nada diatonis barat, melainkan hampir mirip dengan nada diatonis barat. Karena perkembangan zaman sarunai, banyak di antaranya telah disesuaikan dengan tangga nada diatonis musik Barat.
Untuk konteks Minangkabau, tidak ada informasi pasti kapan alat musik Sarunai muncul. Namun, nama Sarunai telah ditemukan dalam naskah Tambo Minangkabau sebagai; “kemudian gendang Raja Nobat dibunyikan, kemudian sarunai, serendang kacang dan kecapi rabab dimainkan, kemudian panji-panji payung dikibarkan, kemudian semua bidadari surga menari karena senang melihat anak Adam” (Kumpulan naskah Museum Tambo). Naskah ini tidak ditemukan kapan Tambo ditulis, namun berdasarkan dasar yang digunakan yaitu kertas Eropa, naskah ini diperkirakan ditulis pada awal abad ke-19. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pada abad ke-19 Sarunai telah dikenal di Minangkabau.
Puput sarunai biasa dimainkan dalam bentuk seni pertunjukan pada acara budaya yang menantang, seperti; upacara perkawinan, penghulu (batagak pangulu dalam bahasa Minang) dan sebagainya. Musik sarunai juga populer untuk mengiringi pertunjukan pencak silat Minang. Dalam satu penampilan, sarunai dapat dimainkan sendiri (sendirian) dan dapat dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya, seperti talempong, gendang, dan lain-lain yang menghasilkan paduan bunyi dan irama tradisional Minang. mandiri… sekali, perorangan saja, saat panen padi atau saat bekerja di ladang (Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi, 2017).
Gambar Alat Musik Aerofon
Corong adalah bagian ujung sarunai yang dibentangkan seperti ujung alat musik terompet. Fungsi medan ini adalah untuk memperbesar atau memperbesar volume. Bagian ini biasanya terbuat dari kayu, terutama kayu gabus, tanduk kerbau yang secara alami berbentuk runcing, mengembang, atau dibungkus daun kelapa. Panjangnya sekitar 10-12 cm, dengan diameter 6 cm di sisi yang bengkak. Dalam proses, cara, proses pembuatan sarunai ada kekhasan yang berbeda-beda di setiap daerah. Bahkan ada jenis sarunai yang susunan nadanya dilakukan dengan menutup dan membongkar permukaan corong (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997).
Adapun alat musik sarunai, ada yang berbeda dari segi bentuk yang berkembang di Minangkabau. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan variasi olahan sarunai di berbagai daerah. Ada juga jenis sarunai yang pengaturan nadanya dilakukan dengan menutup dan membuka permukaan corong dan ada juga yang dibor ke dalam batang sarunai. Perbedaan variasi sarunai di Minangkabau dipengaruhi oleh kondisi geografis, seperti di daerah dengan sawah yang luas, sehingga sarunai puput akan menggunakan banyak batang padi. Sedangkan untuk daerah yang banyak ternaknya alat musik sarunai banyak yang terbuat dari tanduk kerbau, dan kasus sarunai yang terbuat dari bambu juga dipengaruhi oleh tempat tinggalnya (Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi, 2017), (Siagian , 2016), (Kemendikbud, 1997).
Setelah dikenal luas di dataran tinggi Minangkabau (Sumatera Barat sekarang), sarunai menjadi populer sebagai alat musik tiup tradisional Minang. Alat musik ini terkenal di Sumatera Barat terutama di dataran tinggi seperti daerah Agam, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota, dan juga di sepanjang pantai Sumatera Barat. Alat musik ini sudah lama dipopulerkan di seluruh Indonesia oleh para pendatang dari Minang dan dikenal juga di Malaysia dan masyarakat Banjar di Kalimantan dengan nama yang sama.Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan budaya yang beragam salah satunya alat musik tradisional. Alat musik tradisional di Indonesia memiliki nama dan kegunaan yang unik di setiap daerah. Misalnya di Minangkabau. Suku yang sangat terkenal matrilinearitas ini juga memiliki alat musik yang unik yaitu Pupuik Batang Padi
Seperti namanya, Pupuik Batang Padi terbuat dari batang padi. Root yang dipilih juga tidak boleh sembarangan. Pastinya sudah tua dan memiliki buku dengan fungsi agar suara yang dihasilkan lebih enak didengar di telinga.
Modul Praktikum Pembuatan Lilin Aromaterapi Ekstrak Serai (lemongrass) Menggunakan Metode Destilasi Sederhana
Membuatnya sangat sederhana. Batang padi yang sudah tua dipotong di dekat pangkal garis buku, sehingga setelah dipotong akan muncul batang padi yang berlubang. Ini adalah pupuk batang padi yang ditiup.
Pada dasarnya pupuk batang padi merupakan alat single tone. Namun dengan beberapa modifikasi, alat musik ini dapat menghasilkan irama yang unik. Modifikasi ini biasanya dapat dilakukan dengan cara menusuk batang padi di beberapa tempat, seperti lubang pada seruling. Tak hanya itu, suara pupuk batang padi yang sangat sederhana ini juga memiliki dua teknik saat dimainkan.
Teknik pertama, saat pemberian nafas, anak anjing dimasukan ke dalam mulutnya, kemudian ditiupkan ke dalam pupuk Batang Padi bersamaan dengan udara yang dihirup melalui hidungnya. Dengan begitu, saat meniup pupuk Batang Padi, nafas yang dihasilkan tidak terputus dan hembusan menjadi merata. Namun saat meniup jangan terlalu keras agar tidak memekakkan telinga.
Teknik yang kedua adalah agar pupuk batang padi menghasilkan melodi bernada tinggi, bayi batang padi di ujung batang padi harus dihisap. Saat batang padi berada di mulut, lidah digerakkan untuk mengatur nada yang dihasilkan melalui corong utama Pupuik Batang Padi. Pada saat nada mati, posisi tangan kiri memegang badan corong Pupuik Batang Padi, dan tangan kanan berada pada posisi corong Pupuik yang nantinya berfungsi membuka dan menutup corong untuk mengatur nada yang keluar.
Serda Sukarji Takjub Melihat Buah Cabai Di Kebun Karmain
Fungsi dari pupuk berbahan dasar beras ini adalah untuk upacara adat panen. Meski hanya mengeluarkan satu nada, lengkingan batang padi terdengar hingga jarak dua kilometer, membuat acara semakin semarak.
Tentunya alat musik tradisional Minangkabau ini tidak hanya digunakan sebagai upacara adat panen, tetapi juga sering digunakan dalam pertunjukan seni yang dimainkan secara individu atau bahkan bersama-sama dengan alat musik tradisional lainnya. Misalnya pada prosesi pernikahan, acara mandi adat, batagak penghulu, pertunjukan randai dan acara kesenian lainnya.
Pupuik Batang Padi berperan sebagai pendamping kesenian di Nagari kato Anau. Bertujuan agar musik yang dihasilkan menjadi lebih baik. Pupuik biasanya mengiringi juga alat musik lainnya, seperti talempong, momong, gandang dan alat musik tradisional lainnya.
Alat musik ini umumnya digunakan sebagai upacara adat suku Minangkabau. Maka jangan heran pupuk batang padi di Koto Anau merupakan budaya material dan sarana komunikasi.*
Alat Musik Aerophone
Artikel ini dibuat oleh Sahabat GNFI, menghormati aturan penulisan GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Penulisan laporan.
Terima kasih telah melaporkan penyalahgunaan yang melanggar aturan atau praktik penulisan GNFI. Kami terus berusaha menjaga GNFI tetap bersih dari konten yang seharusnya tidak ada di sini.