Dalam khazanah budaya Jawa, tembang durma iku tembang merupakan genre tembang yang memiliki kekhasan tersendiri. Tembang ini memiliki ciri-ciri yang unik dan fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, sehingga terus diwariskan dan dilestarikan hingga saat ini.
Tembang durma umumnya digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran mendalam, seperti kesedihan, kerinduan, atau kebahagiaan. Liriknya yang puitis dan melodinya yang syahdu membuat tembang ini menjadi salah satu bentuk seni yang sangat digemari.
Definisi Tembang Durma
Tembang durma merupakan salah satu jenis tembang macapat yang berasal dari Jawa Tengah. Tembang ini memiliki karakteristik yang khas, yaitu jumlah baris tiap baitnya terdiri dari 7 baris dan jumlah suku kata tiap barisnya adalah 12 suku kata. Tembang durma umumnya digunakan untuk mengungkapkan perasaan sedih atau duka.
Contoh Tembang Durma
Berikut adalah contoh bait tembang durma: Pandito loro kinarya Guna lawan asining urip Silih sumurup silih minggah Silih surud silih sangsaya Silih kendho silih tambah Silih awon silih becik Silih suntut silih senang
Ciri-Ciri Tembang Durma
Tembang durma merupakan salah satu jenis tembang Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri. Berikut adalah ciri-ciri tembang durma:
Struktur Tembang Durma
Tembang durma terdiri dari empat baris, dengan jumlah suku kata pada setiap baris sebagai berikut:
- Baris pertama: 12 suku kata
- Baris kedua: 8 suku kata
- Baris ketiga: 8 suku kata
- Baris keempat: 12 suku kata
Rima pada tembang durma terdapat pada baris pertama dan keempat, serta baris kedua dan ketiga.
Perbandingan dengan Jenis Tembang Lain
Dibandingkan dengan jenis tembang Jawa lainnya, tembang durma memiliki ciri khas yang membedakannya, antara lain:
- Jumlah baris: Tembang durma memiliki empat baris, sementara jenis tembang lainnya umumnya memiliki jumlah baris yang berbeda-beda.
- Jumlah suku kata: Jumlah suku kata pada setiap baris tembang durma lebih sedikit dibandingkan dengan jenis tembang lainnya.
- Rima: Pola rima pada tembang durma lebih sederhana dibandingkan dengan jenis tembang lainnya.
Jenis-Jenis Tembang Durma
Tembang Durma terdiri dari beberapa jenis, masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Berikut adalah beberapa jenis Tembang Durma:
Durma Kinanthi
- Terdiri dari 8 baris dalam satu bait
- Baris 1, 2, 4, 5, dan 8 memiliki 11 suku kata
- Baris 3, 6, dan 7 memiliki 12 suku kata
- Rima terdapat pada baris 2 dan 3, 5 dan 6, serta 7 dan 8
Durma Kusumawicitra
- Terdiri dari 8 baris dalam satu bait
- Baris 1, 2, 4, 5, dan 8 memiliki 11 suku kata
- Baris 3, 6, dan 7 memiliki 13 suku kata
- Rima terdapat pada baris 2 dan 3, 5 dan 6, serta 7 dan 8
Durma Rengganis
- Terdiri dari 8 baris dalam satu bait
- Baris 1, 2, 4, 5, dan 8 memiliki 11 suku kata
- Baris 3, 6, dan 7 memiliki 10 suku kata
- Rima terdapat pada baris 2 dan 3, 5 dan 6, serta 7 dan 8
Durma Mala
- Terdiri dari 7 baris dalam satu bait
- Baris 1, 2, 3, 5, dan 7 memiliki 12 suku kata
- Baris 4 dan 6 memiliki 11 suku kata
- Rima terdapat pada baris 2 dan 3, 5 dan 6, serta 7 dan 1
Durma Pinilih
- Terdiri dari 7 baris dalam satu bait
- Baris 1, 2, 3, 5, dan 7 memiliki 11 suku kata
- Baris 4 dan 6 memiliki 10 suku kata
- Rima terdapat pada baris 2 dan 3, 5 dan 6, serta 7 dan 1
Fungsi Tembang Durma
Tembang Durma merupakan salah satu tembang Jawa yang memiliki fungsi penting dalam masyarakat Jawa. Tembang ini sering digunakan dalam berbagai upacara dan acara, seperti:
Upacara Adat
- Pernikahan
- Sunatan
- Tedak siten
Acara Kesenian
- Wayang kulit
- Ketoprak
- Ludruk
Dalam upacara adat, Tembang Durma berfungsi sebagai pengiring prosesi atau kegiatan tertentu. Misalnya, pada upacara pernikahan, Tembang Durma dinyanyikan saat pengantin memasuki pelaminan. Pada upacara sunatan, Tembang Durma dinyanyikan saat anak dikhitan. Sementara pada upacara tedak siten, Tembang Durma dinyanyikan saat anak pertama kali menginjak tanah.Dalam
acara kesenian, Tembang Durma berfungsi sebagai pengiring pementasan. Misalnya, pada pertunjukan wayang kulit, Tembang Durma dinyanyikan saat dalang membawakan adegan pertempuran. Pada pertunjukan ketoprak, Tembang Durma dinyanyikan saat aktor membawakan dialog yang dramatis. Sementara pada pertunjukan ludruk, Tembang Durma dinyanyikan saat aktor membawakan adegan komedi.Selain
itu, Tembang Durma juga digunakan sebagai sarana hiburan dan relaksasi. Masyarakat Jawa sering menyanyikan Tembang Durma saat berkumpul atau saat bekerja. Tembang ini dipercaya dapat menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh.
Tokoh Penting dalam Tembang Durma
Tembang Durma, salah satu kesenian Jawa Timur yang masih lestari, memiliki sejarah perkembangan yang panjang. Perkembangan tersebut tak lepas dari peran tokoh-tokoh penting yang berkontribusi dalam pengembangan dan penyebaran tembang durma.
Tokoh-Tokoh Kuno
Pada masa lampau, tembang durma dipelajari dan dikembangkan oleh para pujangga dan dalang. Mereka memainkan peran penting dalam melestarikan dan menyebarkan tembang durma dari generasi ke generasi.
Tokoh Modern
Di era modern, beberapa tokoh memainkan peran penting dalam menghidupkan kembali tembang durma. Tokoh-tokoh ini berupaya merevitalisasi dan mempopulerkan tembang durma, antara lain:
- Ki Narto Sabdho: Seorang dalang yang dikenal dengan gaya membawakan tembang durma yang khas dan bertenaga.
- Ki Demang Suharto: Seorang pengrawit yang menciptakan beberapa komposisi tembang durma baru.
- Ki Supardi: Seorang dalang yang berkontribusi dalam pengembangan tembang durma dengan memasukkan unsur-unsur kontemporer.
Peran Lembaga dan Organisasi
Selain tokoh individu, beberapa lembaga dan organisasi juga memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyebaran tembang durma. Lembaga-lembaga tersebut antara lain:
- Yayasan Seni dan Budaya Jawa Timur: Lembaga yang menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk melestarikan dan mengembangkan tembang durma.
- Persatuan Dalang Jawa Timur: Organisasi yang mewadahi para dalang dan berupaya melestarikan tembang durma.
Pengaruh Tembang Durma
Tembang durma merupakan salah satu bentuk tembang macapat yang memiliki pengaruh signifikan pada kesenian dan budaya Jawa.
Tembang durma banyak menginspirasi karya seni dan sastra lainnya, seperti:
Seni Pertunjukan
- Wayang kulit: Tembang durma digunakan sebagai pengiring pertunjukan wayang kulit, terutama saat adegan pertempuran atau adegan sedih.
- Tari Gambyong: Tari Gambyong sering diiringi dengan tembang durma yang menceritakan kisah-kisah cinta atau perjuangan.
Sastra
- Serat Centhini: Serat Centhini, sebuah karya sastra Jawa klasik, banyak menggunakan tembang durma sebagai pengantar cerita atau sebagai media penyampaian pesan moral.
- Serat Wulangreh: Serat Wulangreh, sebuah karya sastra Jawa yang berisi ajaran moral, juga menggunakan tembang durma untuk menyampaikan pesan-pesan bijak.
Contoh Tembang Durma
Tembang durma merupakan jenis tembang yang banyak ditemukan dalam pertunjukan wayang kulit. Tembang ini memiliki karakteristik khas, yaitu bertempo lambat dan lirih, serta berisi pesan-pesan yang mendalam.
Berikut ini beberapa contoh tembang durma yang populer:
Sloka 1
Lampah lampah lamun tanpo pamrih Saben tindak tansah mikir Urip iku mung mampir ngombe Yen wis wayahe bali maneh
Terjemahan:
Jika berjalan tanpa pamrih Setiap langkah selalu berpikir Hidup ini hanya mampir minum Jika sudah waktunya, kembali lagi
Sloka 2
Urip iku mung sawang sinawang Saben tindak tansah ditonton Aja nganti nglakoni ala Yen kepenak aja lali wong liya
Terjemahan:
Hidup ini hanya tontonan Setiap langkah selalu diawasi Jangan sampai berbuat jahat Jika sedang senang, jangan lupakan orang lain
Preservasi Tembang Durma
Tembang durma menghadapi ancaman kepunahan karena perubahan budaya dan modernisasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan warisan budaya ini.
Upaya Pelestarian
- Dokumentasi: Merekam dan mengarsipkan tembang durma melalui rekaman audio, video, dan notasi.
- Pendidikan: Mengajarkan tembang durma di sekolah, sanggar seni, dan komunitas.
- Pertunjukan: Menggelar pertunjukan tembang durma secara berkala untuk menjaga tradisi tetap hidup.
- Revitalisasi: Menciptakan kembali tembang durma yang telah hilang atau terlupakan melalui penelitian dan kolaborasi.
- Inovasi: Mengeksplorasi interpretasi dan adaptasi kontemporer tembang durma untuk membuatnya relevan dengan generasi muda.
Pentingnya Pelestarian
Melestarikan tembang durma sangat penting karena beberapa alasan:
- Warisan Budaya: Tembang durma adalah bagian integral dari warisan budaya Jawa yang kaya.
- Nilai Edukasi: Tembang durma mengandung ajaran moral, sejarah, dan budaya yang dapat diturunkan kepada generasi mendatang.
- Ekspresi Seni: Tembang durma merupakan bentuk seni yang unik dan ekspresif yang mencerminkan nilai-nilai dan estetika budaya Jawa.
- Identitas Budaya: Tembang durma membantu melestarikan identitas budaya Jawa dan membedakannya dari budaya lain.
- Pariwisata: Tembang durma dapat menarik wisatawan dan mempromosikan budaya Jawa secara global.
Simpulan Akhir
Tembang durma iku tembang telah menjadi bagian integral dari budaya Jawa selama berabad-abad. Keunikan dan nilai-nilai luhurnya telah menginspirasi berbagai karya seni dan sastra, serta terus dilestarikan oleh generasi muda. Upaya pelestarian ini sangat penting untuk memastikan bahwa warisan budaya yang kaya ini tetap hidup dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Bagian Pertanyaan Umum (FAQ)
Apa itu tembang durma?
Tembang durma adalah jenis tembang Jawa yang memiliki ciri khas lirik yang puitis dan melodi yang syahdu.
Apa fungsi tembang durma?
Tembang durma digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran mendalam, serta mengiringi berbagai upacara dan acara.
Siapa saja tokoh penting dalam tembang durma?
Tokoh-tokoh penting dalam tembang durma antara lain Sunan Kalijaga, Hamengkubuwono I, dan Mangkunegara IV.
Bagaimana cara melestarikan tembang durma?
Upaya pelestarian tembang durma dilakukan melalui pengajaran, pertunjukan, dan dokumentasi.