Sega Sakepel Dirubung Tinggi Tegese

Made Santika March 19, 2024

Dalam khazanah peribahasa Indonesia, terdapat ungkapan “Sega sakepel dirubung tinggi” yang sarat makna filosofis. Peribahasa ini menggambarkan fenomena sosial yang unik dan memberikan pelajaran berharga tentang sifat manusia dan dinamika masyarakat.

Secara harfiah, “sega sakepel” merujuk pada seporsi kecil nasi, sementara “dirubung tinggi” menunjukkan banyak orang yang berkumpul di sekitarnya. Peribahasa ini menggambarkan situasi di mana sesuatu yang bernilai kecil atau tidak penting tiba-tiba menjadi pusat perhatian dan rebutan banyak orang.

Pengertian Sega Sakepel Dirubung Tinggi

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” menggambarkan situasi di mana banyak orang berbondong-bondong untuk mendapatkan keuntungan dari sesuatu yang bernilai sedikit.

Contoh situasi yang menggambarkan peribahasa ini adalah ketika sebuah perusahaan menawarkan promosi besar-besaran untuk produk baru. Banyak orang akan berbondong-bondong ke toko untuk membeli produk tersebut, meskipun produk tersebut tidak terlalu bagus.

  • Penyebab Orang Berbondong-bondong
  • Dampak dari Sega Sakepel Dirubung Tinggi

Penyebab Orang Berbondong-bondong

  • Harga murah atau diskon besar
  • Ekspektasi keuntungan yang tinggi
  • Pengaruh pemasaran dan promosi

Dampak dari Sega Sakepel Dirubung Tinggi

  • Penurunan kualitas produk atau layanan
  • Peningkatan persaingan dan penurunan profit
  • Kerugian bagi konsumen yang tidak mendapatkan keuntungan

Asal-usul Peribahasa

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” berasal dari cerita rakyat yang menceritakan tentang sebutir nasi (sega) yang jatuh dari piring seorang gadis. Ketika nasi itu jatuh, sekelompok lalat (tinggi) langsung mengerumuninya.

Kisah ini mengilustrasikan makna filosofis bahwa hal-hal kecil atau tidak penting seringkali menarik perhatian atau perhatian yang berlebihan, sementara hal-hal penting atau berharga terkadang diabaikan.

Makna Filosofis

Peribahasa ini mengajarkan beberapa pelajaran penting, antara lain:

  • Jangan terobsesi dengan hal-hal sepele atau tidak penting.
  • Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar berharga dan penting.
  • Jangan biarkan gangguan kecil mengalihkan perhatian Anda dari tujuan utama.
  • Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang hanya tertarik pada keuntungan atau manfaat jangka pendek.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

sega sakepel dirubung tinggi tegese

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” mengajarkan pentingnya nilai kebersamaan dan gotong royong dalam menghadapi kesulitan. Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi.

Bantuan Saat Bencana Alam

  • Saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi atau banjir, masyarakat sering kali bersatu untuk saling membantu.
  • Mereka bahu-membahu membersihkan puing-puing, memberikan bantuan makanan dan obat-obatan, serta membangun kembali rumah yang rusak.

Dukungan Sosial

Peribahasa ini juga berlaku dalam konteks dukungan sosial. Ketika seseorang mengalami kesulitan, seperti kehilangan pekerjaan atau masalah kesehatan, keluarga, teman, dan tetangga biasanya akan berkumpul untuk memberikan dukungan.

Kerja Sama Tim

Dalam dunia kerja, kerja sama tim sangat penting untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota tim harus saling membantu dan mendukung untuk menghasilkan hasil yang optimal.

Gotong Royong Masyarakat

  • Di pedesaan, gotong royong masih menjadi tradisi yang kuat.
  • Masyarakat bekerja sama untuk membangun jalan, irigasi, dan fasilitas umum lainnya.

Nilai-nilai yang Terkandung

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” mengandung beberapa nilai positif yang dapat memengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan individu.

Nilai-nilai tersebut antara lain:

Kerja Keras

  • Peribahasa ini menekankan pentingnya bekerja keras untuk mencapai tujuan.
  • Meskipun sesuatu tampak kecil atau tidak penting, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, hasilnya bisa berdampak besar.

Kerendahan Hati

  • Peribahasa ini mengajarkan untuk tetap rendah hati dan tidak sombong meskipun telah mencapai kesuksesan.
  • Menyadari bahwa kesuksesan seringkali membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain.

Gotong Royong

  • Peribahasa ini menyiratkan bahwa bekerja sama dapat menghasilkan pencapaian yang lebih besar daripada bekerja sendiri.
  • Gotong royong dapat mengatasi kesulitan dan memperkuat ikatan sosial.

Kesabaran

  • Peribahasa ini menekankan pentingnya kesabaran dalam mencapai tujuan.
  • Hasil yang baik seringkali membutuhkan waktu dan usaha yang berkelanjutan.

Optimisme

  • Peribahasa ini mendorong optimisme dan keyakinan bahwa bahkan hal-hal kecil dapat berdampak besar.
  • Optimisme dapat memotivasi individu untuk terus berusaha dan tidak menyerah pada tantangan.

Penggunaan dalam Sastra dan Seni

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” telah banyak digunakan dalam karya sastra dan seni untuk memperkaya makna dan kedalaman karya tersebut. Berikut adalah beberapa contoh penggunaannya:

Dalam Sastra

Dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan kondisi sosial di sebuah desa. Desa tersebut terpecah menjadi dua kelompok yang saling bermusuhan, yang diibaratkan sebagai “sega sakepel” yang dirubung oleh dua kelompok yang lebih besar.

Dalam Seni

Dalam lukisan karya pelukis Indonesia Raden Saleh, peribahasa ini diwujudkan dalam sebuah gambar seekor harimau yang dikelilingi oleh sekelompok anjing. Harimau yang gagah dan perkasa melambangkan kekuatan dan keberanian, sementara anjing-anjing yang mengerubunginya mewakili lawan yang lebih lemah namun jumlahnya lebih banyak.

Penggunaan peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” dalam karya sastra dan seni membantu menyampaikan pesan dan makna yang lebih dalam. Peribahasa ini menjadi simbol untuk menggambarkan konflik, persaingan, dan perjuangan antara kekuatan yang tidak seimbang.

Perbandingan dengan Peribahasa Lain

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” memiliki makna yang serupa dengan beberapa peribahasa lain dalam bahasa Indonesia, antara lain:

  • Bagai ikan di air keruh
  • Bagai kerbau dicucuk hidung
  • Seperti burung dalam sangkar

Berikut tabel yang merangkum persamaan dan perbedaan peribahasa tersebut:

Peribahasa Makna Persamaan Perbedaan
Sega sakepel dirubung tinggi Orang yang lemah atau miskin banyak dicari saat memiliki sesuatu yang berharga – Makna tentang orang yang dicari saat memiliki sesuatu yang berharga – Menggunakan kata “sega” yang spesifik merujuk pada makanan
Bagai ikan di air keruh Orang yang mudah dimanfaatkan saat berada dalam situasi yang tidak menguntungkan – Makna tentang orang yang mudah dimanfaatkan – Menggunakan metafora “ikan di air keruh”
Bagai kerbau dicucuk hidung Orang yang terpaksa mengikuti kemauan orang lain – Makna tentang orang yang terpaksa mengikuti kemauan orang lain – Menggunakan metafora “kerbau dicucuk hidung”
Seperti burung dalam sangkar Orang yang merasa terkekang atau tidak bebas – Makna tentang orang yang merasa terkekang – Menggunakan metafora “burung dalam sangkar”

Makna Simbolis

sega sakepel dirubung tinggi tegese

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” mengandung makna simbolis yang mendalam, merepresentasikan fenomena sosial dan perilaku manusia.

Ilustrasi Simbolis

Ilustrasi simbolis dari peribahasa ini dapat digambarkan sebagai berikut: seekor burung kecil (sega) yang bertengger pada sebutir beras (sakepel) yang dikelilingi oleh sekelompok burung yang lebih besar dan gagah.

Burung kecil melambangkan individu yang tidak memiliki kekuatan atau pengaruh signifikan, sedangkan burung-burung besar mewakili kelompok atau kekuatan yang lebih dominan.

Beras yang menjadi tumpuan perdebatan melambangkan sumber daya yang terbatas atau kesempatan yang diperebutkan.

Dalam ilustrasi ini, burung kecil berusaha mempertahankan sumber dayanya yang sedikit dari burung-burung besar yang mencoba merebutnya.

Penguatan Makna

Ilustrasi simbolis ini memperkuat pemahaman tentang makna peribahasa dengan menggambarkan secara visual perjuangan individu yang kurang beruntung atau kurang berkuasa dalam menghadapi persaingan dari kelompok atau individu yang lebih kuat.

Hal ini juga menunjukkan bahwa meskipun sumber daya mungkin terbatas, bahkan individu yang paling lemah pun dapat mempertahankan hak mereka dengan tekad dan keberanian.

Penggunaan dalam Percakapan

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk menggambarkan situasi di mana banyak orang mengerumuni sesuatu yang dianggap bernilai atau menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa orang cenderung tertarik pada hal-hal yang dianggap menguntungkan atau menggiurkan.

Contoh Penggunaan

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana peribahasa ini dapat digunakan dalam percakapan:

  • Saat banyak orang berkumpul di sekitar kios makanan yang menawarkan makanan gratis.
  • Ketika ada promosi besar-besaran di sebuah toko dan banyak orang mengantre untuk mendapatkan diskon.
  • Ketika seorang selebriti mengunjungi suatu tempat dan banyak penggemar mengerumuninya untuk meminta tanda tangan atau foto.

Dialog

Berikut adalah dialog yang menunjukkan penggunaan peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” secara efektif:

Orang 1: Lihat itu, banyak sekali orang yang mengantre di sana.

Orang 2: Iya, sepertinya ada promosi besar-besaran. Sega sakepel dirubung tinggi.

Orang 1: Betul sekali. Orang-orang tertarik dengan diskon besar itu.

Simpulan Akhir

sega sakepel dirubung tinggi tegese terbaru

Peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi” tidak hanya menyoroti sisi negatif dari sifat manusia, tetapi juga mengajarkan kita pentingnya introspeksi dan penilaian diri yang objektif. Dengan memahami makna dan relevansinya dalam kehidupan, kita dapat mengembangkan karakter yang lebih baik, mengambil keputusan yang lebih bijak, dan membangun hubungan yang lebih harmonis dengan sesama.

Sudut Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa makna filosofis dari peribahasa “Sega sakepel dirubung tinggi”?

Peribahasa ini mengajarkan bahwa seringkali orang cenderung tergiur dan mengejar hal-hal yang dangkal atau tidak bernilai, mengabaikan hal-hal yang lebih penting dan substansial.

Bagaimana peribahasa ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Kita dapat menerapkan peribahasa ini dengan memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting, tidak mudah terpengaruh oleh opini atau tren yang populer, dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang.

Apa saja nilai-nilai positif yang terkandung dalam peribahasa ini?

Peribahasa ini mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerendahan hati, dan kesadaran diri. Dengan memahami makna peribahasa ini, kita dapat mengembangkan karakter yang lebih baik dan menjadi individu yang lebih berintegritas.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait