Resensi Novel Siti Nurbaya

Made Santika March 8, 2024

Novel “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli merupakan salah satu karya sastra klasik Indonesia yang memikat. Diterbitkan pada tahun 1922, novel ini merefleksikan latar belakang sejarah dan sosial Minangkabau pada masa kolonial, mengeksplorasi tema cinta, adat istiadat, dan dampak kolonialisme.

Novel ini berkisah tentang Siti Nurbaya, seorang gadis Minang yang dijodohkan dengan Datuk Maringgih, seorang pria tua dan kaya. Namun, Siti Nurbaya jatuh cinta pada Samsul Bahri, seorang pemuda miskin namun berpendidikan. Konflik batin dan perjuangan Siti Nurbaya melawan tradisi menjadi fokus utama dalam novel ini.

Profil Novel Siti Nurbaya

resensi novel siti nurbaya terbaru

Novel Siti Nurbaya merupakan karya sastra terkemuka Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Diterbitkan pada tahun 1922, novel ini digolongkan sebagai karya sastra realis yang menggambarkan kondisi sosial masyarakat Minangkabau pada masa penjajahan Belanda.

Penulisan Siti Nurbaya dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi Marah Rusli yang menyaksikan langsung penderitaan rakyat Minangkabau akibat kebijakan kolonial. Novel ini juga mencerminkan pengaruh pemikiran modern yang mulai berkembang di awal abad ke-20, seperti nasionalisme dan emansipasi wanita.

Tokoh Utama

Tokoh utama dalam novel Siti Nurbaya adalah:

  • Siti Nurbaya: Gadis Minang yang cantik dan terpelajar, dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih yang kaya namun berwatak kejam.
  • Syamsul Bahri: Pemuda Minangkabau yang cerdas dan idealis, mencintai Siti Nurbaya.
  • Datuk Maringgih: Pemuka adat Minangkabau yang kaya dan berkuasa, memiliki sifat tamak dan kejam.

Plot dan Tokoh Utama

Novel Siti Nurbaya mengisahkan tentang perjuangan cinta antara Siti Nurbaya, seorang gadis Minang yang dijodohkan dengan Datuk Maringgih, seorang bangsawan tua dan kaya, dengan Samsul Bahri, seorang pemuda miskin namun berpendidikan tinggi.

Tokoh Utama

  • Siti Nurbaya: Gadis Minang yang kuat, cerdas, dan berpendirian teguh, yang menentang perjodohan dengan Datuk Maringgih demi memperjuangkan cintanya pada Samsul Bahri.
  • Samsul Bahri: Pemuda miskin namun berpendidikan tinggi, yang mencintai Siti Nurbaya dan berjuang untuk memenangkan hatinya.
  • Datuk Maringgih: Bangsawan tua dan kaya, yang ingin menikahi Siti Nurbaya untuk meningkatkan status sosialnya.

Plot Utama

Novel ini mengikuti perjuangan Siti Nurbaya dalam melawan adat istiadat yang mengharuskannya menikah dengan Datuk Maringgih. Samsul Bahri, yang mencintai Siti Nurbaya, berusaha meyakinkan ayahnya untuk membatalkan perjodohan tersebut. Namun, ayahnya tetap bersikukuh, dan Siti Nurbaya pun terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih.

Setelah menikah, Siti Nurbaya tetap menolak Datuk Maringgih dan berusaha mencari cara untuk melarikan diri. Samsul Bahri, yang mengetahui hal ini, berencana untuk membantu Siti Nurbaya kabur. Namun, rencana mereka gagal, dan Siti Nurbaya pun bunuh diri sebagai bentuk protes terhadap adat istiadat yang menindasnya.

Tema dan Pesan

resensi novel siti nurbaya

Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli mengangkat beberapa tema utama, di antaranya cinta, adat istiadat, dan kolonialisme.

Tema-tema ini diungkapkan melalui plot dan karakter dalam novel, yang mengeksplorasi konflik antara tradisi dan modernitas, cinta dan kehormatan, serta perjuangan melawan penindasan kolonial.

Cinta

Cinta merupakan tema sentral dalam novel ini. Siti Nurbaya dan Samsul Bahri saling mencintai, namun cinta mereka ditentang oleh adat istiadat dan perbedaan status sosial.

Konflik antara cinta dan adat istiadat digambarkan melalui karakter Siti Nurbaya, yang terjebak antara keinginan hatinya dan kewajibannya terhadap keluarga dan masyarakat.

Adat Istiadat

Adat istiadat memainkan peran penting dalam novel ini. Tradisi dan norma sosial menjadi penghalang bagi kebahagiaan Siti Nurbaya dan Samsul Bahri.

Konflik antara adat istiadat dan cinta digambarkan melalui karakter Datuk Maringgih, ayah Siti Nurbaya, yang menjunjung tinggi tradisi dan menentang hubungan putrinya dengan Samsul Bahri.

Kolonialisme

Kolonialisme juga menjadi tema penting dalam novel ini. Penindasan dan eksploitasi kolonial Belanda menjadi latar belakang cerita dan memengaruhi kehidupan karakter.

Konflik antara penjajah dan pribumi digambarkan melalui karakter Samsul Bahri, yang menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme.

Gaya Bahasa dan Teknik Penulisan

Siti Nurbaya karya Marah Rusli menggunakan gaya bahasa yang khas dan teknik penulisan yang inovatif untuk menciptakan dampak emosional dan estetika yang kuat.

Penggunaan majas, simbolisme, dan alur mundur menjadi ciri khas gaya bahasa novel ini.

Majas

  • Personifikasi: “Bumi pun kelihatan diam, seakan-akan turut bersedih hati atas nasib Siti Nurbaya yang malang.”
  • Metafora: “Siti Nurbaya adalah bunga yang terinjak-injak oleh kaki-kaki yang kasar.”
  • Hiperbola: “Air matanya mengalir deras seperti sungai yang meluap.”

Simbolisme

  • Rumah Gadang: Simbol tradisi dan adat istiadat Minangkabau yang mengikat Siti Nurbaya.
  • Rantai: Simbol belenggu yang membatasi kebebasan Siti Nurbaya.
  • Bunga: Simbol kecantikan dan kemurnian Siti Nurbaya yang ternoda.

Alur Mundur

Teknik alur mundur digunakan untuk mengungkap kisah masa lalu yang mempengaruhi peristiwa saat ini. Teknik ini menciptakan ketegangan dan rasa ingin tahu pembaca, serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakter dan motivasi mereka.

Pengaruh dan Warisan

Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli telah memberikan pengaruh signifikan terhadap sastra Indonesia dan budaya populer. Novel ini menjadi salah satu karya sastra awal yang menggambarkan perjuangan perempuan dalam masyarakat patriarki, sekaligus menjadi cerminan kondisi sosial-budaya masyarakat Melayu pada awal abad ke-20.

Adaptasi ke Berbagai Bentuk Seni

Siti Nurbaya telah diadaptasi ke dalam berbagai bentuk seni, antara lain:

  • Film: Diadaptasi menjadi film pada tahun 1949 oleh Usmar Ismail, dengan judul yang sama.
  • Drama: Dipentaskan sebagai drama panggung pada tahun 1954 oleh Teater Nasional Indonesia (TENI).
  • Opera: Diadaptasi menjadi opera pada tahun 1987 oleh komponis Trisutji Kamal, dengan judul “Siti Nurbaya Opera”.

Pemungkas

resensi novel siti nurbaya terbaru

“Siti Nurbaya” tidak hanya menjadi karya sastra yang menggugah, tetapi juga berperan penting dalam perkembangan sastra Indonesia. Novel ini menyoroti masalah sosial dan budaya pada masanya, sekaligus mengkritik praktik perjodohan paksa dan ketidakadilan kolonial. Warisannya terus hidup melalui berbagai adaptasi dan pengaruhnya yang mendalam pada budaya populer Indonesia.

Pertanyaan dan Jawaban

Apa genre dari novel “Siti Nurbaya”?

Roman

Siapa tokoh antagonis utama dalam novel?

Datuk Maringgih

Bagaimana novel ini diadaptasi ke dalam bentuk seni lainnya?

Film, drama, dan opera

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait