Arti Laisa Kamislihi Syaiun

Made Santika March 8, 2024

Dalam khazanah keimanan Islam, terdapat frasa sarat makna yang menjadi pilar fundamental tauhid, yakni “Laisa Kamishu Lihi Syai’un”. Frasa ini tidak sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan hakikat keesaan dan keunikan Allah SWT yang mendasari seluruh aspek kehidupan seorang Muslim.

Secara harfiah, “Laisa Kamishu Lihi Syai’un” berarti “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya”. Ungkapan ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang Maha Esa, tidak ada bandingannya di seluruh alam semesta, baik dalam sifat, perbuatan, maupun eksistensinya.

Arti Laisa Kamishu Lihi Syai’un

Frasa “Laisa Kamishu Lihi Syai’un” berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti “Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Frasa ini memiliki makna yang mendalam dalam konteks filosofis dan teologis.

Makna Harfiah

Secara harfiah, frasa ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang memiliki kesamaan dengan Allah SWT. Ini menyiratkan bahwa Allah SWT adalah unik dan tidak ada yang menyamainya dalam segala aspek.

Makna Filosofis

Dalam konteks filosofis, frasa ini menandakan bahwa Allah SWT adalah transenden dan tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia. Karena tidak ada yang serupa dengan-Nya, maka tidak mungkin bagi manusia untuk memahami sifat-sifat-Nya secara komprehensif.

Makna Teologis

Dalam konteks teologis, frasa ini menegaskan keesaan Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan tidak ada Tuhan lain yang setara dengan-Nya. Dengan demikian, frasa ini menjadi dasar bagi konsep tauhid dalam agama Islam.

Implikasi Teologis

Frasa “Laisa kamislihi syaiun” memiliki implikasi teologis yang mendalam bagi konsep tauhid dalam Islam. Frasa ini menekankan keesaan dan keunikan Allah, yang merupakan inti dari ajaran Islam.

Menekankan Keesaan Allah

Frasa ini menafikan segala bentuk kesetaraan atau kemiripan antara Allah dengan ciptaan-Nya. Tidak ada yang setara dengan Allah dalam hal esensi, sifat, atau kekuasaan. Keesaan Allah ini merupakan landasan tauhid, yang menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan yang patut disembah.

Menekankan Keunikan Allah

Frasa ini juga menekankan keunikan Allah. Sifat-sifat Allah tidak dapat ditemukan pada makhluk ciptaan-Nya. Allah adalah Maha Pencipta, Maha Mengetahui, dan Maha Kuasa, sementara ciptaan-Nya memiliki keterbatasan dan kekurangan. Keunikan Allah ini membedakan Dia dari semua yang lain dan mengukuhkan posisi-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah.

Penerapan Praktis

Frasa “Laisa Kamishlihi Syaiun” (Tidak ada yang serupa dengan-Nya) menawarkan bimbingan praktis yang mendalam bagi individu dalam menghadapi kesulitan hidup. Dengan merenungkan keunikan dan keagungan Allah SWT, frasa ini memberdayakan individu untuk mengembangkan keyakinan dan ketahanan.

Salah satu penerapan frasa ini adalah sebagai pengingat bahwa Allah SWT adalah satu-satunya yang dapat memberikan perlindungan dan dukungan sejati. Ketika individu menghadapi masa-masa sulit, merenungkan frasa ini dapat memberikan penghiburan dan ketenangan, karena mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang mengawasi mereka.

Mengatasi Kesulitan

  • Frasa “Laisa Kamishlihi Syaiun” mengingatkan individu bahwa Allah SWT memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang tak terbatas. Dengan menyadari hal ini, individu dapat menemukan kekuatan untuk mengatasi rintangan dan bertahan dalam menghadapi kesulitan.
  • Dengan merenungkan keunikan Allah SWT, individu dapat mengembangkan rasa percaya diri dan keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan apa pun.

Memperkuat Keyakinan

  • Frasa “Laisa Kamishlihi Syaiun” menanamkan keyakinan yang teguh kepada Allah SWT. Dengan memahami bahwa Allah SWT tidak seperti makhluk lain, individu dapat mengembangkan hubungan yang lebih dalam dan lebih bermakna dengan-Nya.
  • Dengan merenungkan frasa ini, individu dapat memperkuat iman mereka dan menemukan kedamaian dan kepuasan dalam keyakinan mereka.

Perbandingan dengan Konsep Lain

Frasa “Laisa kamislihi syaiun” memiliki kesamaan dan perbedaan dengan konsep-konsep serupa dalam agama dan filsafat lain.

Konsep Tritunggal

Dalam agama Kristen, konsep Tritunggal mengacu pada tiga pribadi ilahi yang merupakan satu kesatuan: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Ketiga pribadi ini dianggap memiliki esensi yang sama, namun berbeda dalam pribadi. Meskipun konsep ini berbeda dengan “Laisa kamislihi syaiun” dalam hal adanya tiga pribadi, namun keduanya menekankan keunikan dan ketidakterbandingan Tuhan.

Brahman dalam Hindu

Dalam agama Hindu, Brahman adalah konsep realitas tertinggi yang mendasari semua keberadaan. Brahman dianggap tak terbatas, tidak dapat diubah, dan tidak berwujud. Mirip dengan “Laisa kamislihi syaiun”, Brahman juga menekankan keunikan dan transendensi Tuhan.

Tao dalam Taoisme

Dalam Taoisme, Tao adalah prinsip universal yang mendasari segala sesuatu. Tao dianggap tidak dapat didefinisikan, tidak dapat dipahami, dan tidak dapat diungkapkan. Meskipun Tao berbeda dengan “Laisa kamislihi syaiun” dalam hal sifatnya yang impersonal, namun keduanya menekankan misteri dan ketidakterbatasan Tuhan.

Bukti Al-Qur’an dan Hadis

Frasa “Laisa kamislihi syaiun” (tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya) merupakan penegasan penting dalam teologi Islam, yang menekankan sifat unik dan transenden Allah SWT. Bukti yang mendukung frasa ini dapat ditemukan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis.

Dalam Al-Qur’an, frasa ini disebutkan secara eksplisit dalam beberapa ayat, seperti:

  • QS. Asy-Syura: 11: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
  • QS. Al-Ikhlas: 4: “Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.”

Selain ayat-ayat Al-Qur’an, hadis juga memberikan dukungan untuk frasa ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah itu Maha Suci, tidak ada yang menyerupai-Nya.”

Cara Mengamalkan Maknanya

Mengamalkan makna frasa “Laisa kamislihi syaiun” (Tidak ada yang serupa dengan-Nya) melibatkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip berikut:

Mengenali Keunikan dan Keunggulan Allah

  • Sadari bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah.
  • Akui bahwa Dia memiliki sifat-sifat yang sempurna dan tidak dimiliki oleh makhluk apa pun.
  • Jangan menyekutukan-Nya dengan yang lain dalam ibadah atau keyakinan.

Menyembah Allah dengan Benar

  • Lakukan ibadah sesuai dengan tuntunan-Nya.
  • Niatkan ibadah semata-mata karena Allah.
  • Hindari bid’ah dan syirik.

Mengandalkan Allah dalam Segala Hal

  • Percaya bahwa Allah adalah satu-satunya penolong dan pemberi rezeki.
  • Berdoa dan memohon bantuan hanya kepada-Nya.
  • Tawakal kepada-Nya setelah berusaha maksimal.

Menjauhi Sifat Sombong dan Takabur

  • Sadari bahwa manusia hanyalah makhluk yang lemah dan terbatas.
  • Jangan membanggakan diri atau meremehkan orang lain.
  • Selalu bersikap rendah hati dan mencari ampunan Allah.

Pengaruh pada Peradaban Islam

Frasa “Laisa kamislihi syaiun” (“Tidak ada yang serupa dengan-Nya”) telah menjadi landasan pemikiran dan ekspresi dalam peradaban Islam, memengaruhi seni, sastra, dan pemikiran.

Seni

  • Kaligrafi: Frasa ini sering digunakan sebagai motif kaligrafi yang rumit, menghiasi masjid, istana, dan manuskrip.
  • Arsitektur: Prinsip kesatuan dan keunikan Tuhan tercermin dalam arsitektur Islam, dengan bangunan yang dirancang untuk menekankan kesatuan dan harmoni.

Sastra

  • Puisi: Penyair Muslim sering menggunakan frasa ini untuk mengekspresikan kekaguman dan cinta mereka kepada Tuhan.
  • Prosa: Penulis prosa menggunakan frasa ini untuk menekankan sifat unik dan tak tertandingi dari Tuhan.

Pemikiran

Frasa ini telah membentuk dasar teologi dan filsafat Islam:

  • Teologi: Frasa ini menegaskan keesaan dan keunikan Tuhan, menolak konsep Trinitas dan politeisme.
  • Filsafat: Frasa ini menginspirasi para filsuf Muslim untuk mencari pemahaman tentang sifat Tuhan yang tak terbatas dan tak dapat diketahui.

Kontroversi dan Penafsiran

Frasa “laisa kamislihi syaiun” (tidak ada yang serupa dengan-Nya) telah menjadi subjek kontroversi dan penafsiran yang berbeda di kalangan ulama dan teolog.

Pandangan Sunni

  • Pandangan mayoritas Sunni adalah bahwa frasa tersebut menegaskan keesaan dan keunikan Allah. Mereka berpendapat bahwa Allah tidak memiliki sifat atau esensi yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya.
  • Mereka berargumen bahwa frasa tersebut melarang penggambaran atau perumpamaan Allah dengan makhluk apa pun, karena hal itu akan mengarah pada kesyirikan.

Pandangan Syiah

  • Syiah percaya bahwa frasa tersebut tidak menyangkal kesamaan sifat Allah dengan makhluk ciptaan-Nya, tetapi hanya menekankan keunikan dan keagungan-Nya.
  • Mereka berpendapat bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang sempurna dan makhluk ciptaan-Nya memiliki sifat yang tidak sempurna yang mirip dengan sifat Allah.

Pandangan Mu’tazilah

  • Mu’tazilah berpendapat bahwa frasa tersebut meniadakan semua sifat Allah, termasuk sifat-sifat yang sempurna.
  • Mereka berpendapat bahwa Allah adalah esensi yang murni dan tidak dapat didefinisikan, dan sifat-sifat hanyalah ciptaan pikiran manusia.

Penutupan

Memahami dan mengamalkan makna “Laisa Kamishu Lihi Syai’un” bukan hanya kewajiban teologis, tetapi juga kebutuhan spiritual yang dapat membawa ketenangan, keyakinan, dan kekuatan dalam menghadapi segala tantangan hidup. Frasa ini menjadi kompas yang menuntun umat Islam untuk senantiasa menggantungkan harapan dan bergantung hanya kepada Allah SWT, karena Dialah satu-satunya Zat yang layak disembah dan menjadi sumber segala pertolongan.

Sudut Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa implikasi teologis dari “Laisa Kamishu Lihi Syai’un”?

Implikasi teologisnya adalah menegaskan konsep tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.

Bagaimana “Laisa Kamishu Lihi Syai’un” dapat membantu mengatasi kesulitan hidup?

Dengan meyakini bahwa tidak ada yang serupa dengan Allah SWT, umat Islam dapat memperkuat keyakinannya bahwa Allah Maha Kuasa dan mampu mengatasi segala kesulitan yang dihadapi.

Apa perbedaan “Laisa Kamishu Lihi Syai’un” dengan konsep serupa dalam agama lain?

Meskipun konsep keesaan Tuhan juga ditemukan dalam agama lain, “Laisa Kamishu Lihi Syai’un” dalam Islam menekankan keunikan dan sifat-sifat khusus Allah SWT yang tidak dimiliki oleh entitas lain.

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait