Arti Manuk Dalam Bahasa Jawa

Made Santika March 11, 2024

Dalam khazanah bahasa Jawa, “manuk” memegang peranan penting, tidak hanya sebagai sebutan bagi makhluk berbulu yang terbang, tetapi juga memiliki makna filosofis dan budaya yang mendalam. Kata “manuk” menyimpan makna yang luas, mulai dari pengertian harfiah hingga kiasan.

Artikel ini akan mengupas arti kata “manuk” dalam bahasa Jawa secara komprehensif, meliputi definisi, jenis-jenis, peran dalam budaya, ungkapan dan peribahasa, serta penggunaannya dalam sastra. Selain itu, kami juga akan membahas upaya pelestarian spesies “manuk” di Jawa.

Definisi “Manuk” dalam Bahasa Jawa

arti manuk dalam bahasa jawa

Dalam bahasa Jawa, kata “manuk” memiliki arti “burung”. Kata ini merupakan kata benda yang digunakan untuk menyebut semua jenis burung, baik yang berukuran besar maupun kecil.

Contoh kalimat yang menggunakan kata “manuk”:

  • Manuk-manuk nggregel ing wit gedhe. (Burung-burung berkicau di pohon besar.)
  • Manuk merpati putih kasebut didol larang. (Burung merpati putih itu dijual mahal.)

Jenis-Jenis “Manuk” dalam Bahasa Jawa

Bahasa Jawa kaya akan kosakata untuk menyebut berbagai jenis burung. Berikut adalah beberapa jenis “manuk” dalam bahasa Jawa yang umum dikenal:

Manuk Alas

  • Nama Ilmiah: Gallus gallus domesticus
  • Nama Umum: Ayam
  • Ciri-ciri: Tubuh gemuk, bulu berwarna-warni, jengger merah, dan berparuh pendek
  • Nama Ilmiah: Anas platyrhynchos
  • Nama Umum: Bebek
  • Ciri-ciri: Tubuh pipih, bulu berwarna putih atau kecokelatan, kaki berselaput, dan berparuh lebar

Manuk Langit

  • Nama Ilmiah: Columba livia
  • Nama Umum: Merpati
  • Ciri-ciri: Tubuh ramping, bulu berwarna putih atau abu-abu, dan berparuh pendek
  • Nama Ilmiah: Aquila audax
  • Nama Umum: Elang
  • Ciri-ciri: Tubuh besar, bulu berwarna coklat tua, sayap lebar, dan berparuh tajam

Manuk Air

  • Nama Ilmiah: Ardea cinerea
  • Nama Umum: Bangau
  • Ciri-ciri: Tubuh tinggi, bulu berwarna abu-abu, kaki panjang, dan berparuh panjang
  • Nama Ilmiah: Egretta garzetta
  • Nama Umum: Kuntul
  • Ciri-ciri: Tubuh sedang, bulu berwarna putih, kaki panjang, dan berparuh panjang

Peranan “Manuk” dalam Budaya Jawa

manuk dadali lirik lagu

Dalam budaya Jawa, “manuk” atau burung memiliki peran penting dan mendalam, baik dalam mitologi, kesenian, maupun upacara adat. Kehadiran burung dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa menunjukkan nilai-nilai dan simbolisme yang melekat pada makhluk bersayap ini.

Mitologi

Dalam mitologi Jawa, burung dianggap sebagai makhluk yang sakral dan memiliki kekuatan supranatural. Garuda, misalnya, adalah burung raksasa yang menjadi tunggangan Dewa Wisnu dan melambangkan kekuatan, kegagahan, dan perlindungan. Sementara itu, burung Merak dipercaya sebagai penjaga alam gaib dan sering dikaitkan dengan kemakmuran dan keberuntungan.

Kesenian

Burung juga menjadi inspirasi bagi berbagai bentuk kesenian Jawa. Wayang kulit, misalnya, menampilkan banyak tokoh burung, seperti Garuda, Gatotkaca, dan Sempati. Dalam tari tradisional Jawa, seperti tari Gambyong, penari sering meniru gerakan dan sikap burung, menciptakan kesan anggun dan dinamis.

Upacara Adat

Dalam upacara adat Jawa, burung digunakan sebagai simbol dan sarana doa. Dalam upacara “slametan”, burung dara sering dilepaskan sebagai perlambang harapan dan kebebasan. Burung perkutut juga dianggap memiliki kemampuan untuk membawa keberuntungan dan sering dipelihara sebagai hewan kesayangan.

Ungkapan dan Peribahasa tentang “Manuk”

Dalam budaya Jawa, terdapat banyak ungkapan dan peribahasa yang menggunakan kata “manuk” (burung). Ungkapan dan peribahasa ini memiliki makna yang beragam, mulai dari nasihat bijak hingga kritik sosial.

Ungkapan

  • Manuk mati ninggal bulu, wong mati ninggal jeneng (Burung mati meninggalkan bulu, manusia mati meninggalkan nama): Menekankan pentingnya reputasi dan meninggalkan warisan yang baik.
  • Manuk etok pitik nggrambyang (Burung pipit mencuri telur ayam): Menggambarkan seseorang yang mengambil keuntungan dari orang lain yang lebih lemah.
  • Manuk sore mangan mangsa (Burung sore memakan mangsanya): Mengacu pada orang yang baru bekerja atau beraktivitas di waktu yang terlambat.

Peribahasa

  • Manuk byak ning umah, rejeki bakal sumarah (Banyak burung di rumah, rezeki akan datang): Dipercaya bahwa kehadiran burung di rumah merupakan pertanda akan datangnya keberuntungan.
  • Manuk bebarengan terbang, wong bebarengan nyambut gawe (Burung terbang bersama-sama, manusia bekerja sama-sama): Menekankan pentingnya kerja sama dan gotong royong.
  • Manuk kang cilik, sikile kurang, wong kang alit, ilmune kurang (Burung yang kecil, kakinya kurang, manusia yang kecil, ilmunya kurang): Mengingatkan bahwa orang yang rendah hati dan tidak sombong biasanya memiliki pengetahuan yang luas.

“Manuk” dalam Sastra Jawa

arti manuk dalam bahasa jawa terbaru

Dalam sastra Jawa, kata “manuk” memiliki makna luas, merujuk pada berbagai jenis burung. Kata ini sering muncul dalam puisi, cerita rakyat, dan naskah kuno, mencerminkan peran penting burung dalam budaya dan mitologi Jawa.

Contoh Penggunaan dalam Puisi

Dalam puisi Jawa klasik, kata “manuk” digunakan sebagai metafora atau simbol untuk menyampaikan pesan atau emosi tertentu. Berikut beberapa contoh:

  • Dalam Serat Centhini, burung perkutut dikaitkan dengan kesetiaan dan cinta.
  • Dalam Serat Wulangreh, burung merak digambarkan sebagai simbol keindahan dan kesombongan.
  • Dalam Serat Kalatidha, burung elang melambangkan kekuatan dan keberanian.

Contoh Penggunaan dalam Cerita Rakyat

Dalam cerita rakyat Jawa, burung sering kali menjadi tokoh utama atau memiliki peran penting. Beberapa contohnya:

  • Dalam cerita “Manuk Dadali”, seekor burung merak membantu seorang putri menemukan kekasihnya.
  • Dalam cerita “Manuk Enggon”, seekor burung beo menjadi penasihat yang bijaksana bagi seorang raja.
  • Dalam cerita “Manuk Cendrawasih”, seekor burung cendrawasih memiliki bulu yang indah yang menjadi rebutan para bangsawan.

Contoh Penggunaan dalam Naskah Kuno

Dalam naskah kuno Jawa, seperti Serat Centhini dan Serat Wulangreh , kata “manuk” digunakan untuk mendeskripsikan berbagai jenis burung, termasuk habitat, perilaku, dan perannya dalam masyarakat Jawa.

Penggunaan kata “manuk” dalam sastra Jawa mencerminkan kekayaan dan keragaman budaya Jawa, serta hubungan erat antara manusia dan alam dalam masyarakat Jawa.

Pelestarian “Manuk” di Jawa

arti manuk dalam bahasa jawa

Pelestarian “manuk” di Jawa merupakan upaya penting untuk melindungi keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Berbagai langkah telah dilakukan untuk memastikan kelangsungan hidup spesies-spesies “manuk” yang terancam punah.

Ancaman terhadap “Manuk”

  • Perburuan liar
  • Perusakan habitat
  • Pencemaran lingkungan
  • Spesies invasif
  • Perubahan iklim

Upaya Pelestarian

  • Penetapan kawasan konservasi
  • Penegakan hukum terhadap perburuan liar
  • Program penangkaran
  • Pendidikan dan penyadartahuan masyarakat
  • Penelitian dan monitoring populasi

Dampak Positif Pelestarian

  • Melindungi keanekaragaman hayati
  • Menjaga keseimbangan ekosistem
  • Menyediakan jasa ekosistem, seperti penyerbukan dan pengendalian hama
  • Menciptakan peluang ekonomi melalui ekowisata
  • Meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap alam

Pemungkas

Sebagai kesimpulan, kata “manuk” dalam bahasa Jawa memiliki makna yang kaya dan beragam. Ia tidak hanya merujuk pada makhluk berbulu yang terbang, tetapi juga memiliki dimensi filosofis dan budaya yang signifikan. Pemahaman akan arti “manuk” tidak hanya memperkaya pengetahuan bahasa Jawa, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang budaya Jawa yang unik dan kaya.

Pertanyaan Umum yang Sering Muncul

Apa pengertian harfiah dari “manuk” dalam bahasa Jawa?

Burung

Sebutkan contoh kalimat yang menggunakan kata “manuk” dalam bahasa Jawa.

Manuk garuda iku lambang negara Indonesia.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait