Ratu Dalam Bahasa Jepang

Made Santika March 6, 2024

Konsep “ratu” dalam bahasa Jepang memiliki sejarah dan penggunaan yang kompleks, mencerminkan peran perempuan dalam budaya dan masyarakat Jepang selama berabad-abad. Istilah “ratu” dalam bahasa Jepang, “kisaki”, berasal dari kata “kashiko”, yang berarti “pintar” atau “mulia”.

Penggunaan kata “ratu” telah berkembang sepanjang sejarah Jepang, mencerminkan perubahan status dan pengaruh perempuan dalam masyarakat. Dalam periode sejarah awal, “ratu” mengacu pada istri utama kaisar, yang memainkan peran penting dalam upacara dan ritual keagamaan.

Makna dan Penggunaan

ratu dalam bahasa jepang

Kata “ratu” dalam bahasa Jepang, “joō” (女王), memiliki makna “ratu wanita” atau “ratu penguasa”. Kata ini berasal dari bahasa Cina “wang hou” (王后), yang berarti “istri raja”.

Kata “ratu” dalam bahasa Jepang digunakan dalam berbagai konteks, antara lain:

  • Sebagai gelar untuk permaisuri kaisar Jepang.
  • Sebagai gelar untuk istri kaisar di negara lain.
  • Sebagai gelar untuk penguasa wanita dalam sejarah Jepang, seperti Permaisuri Himiko.
  • Sebagai gelar untuk tokoh wanita yang dianggap memiliki pengaruh atau kekuasaan yang besar, seperti Ratu Cleopatra.

Variasi dan Bentuk Turunan

Kata “ratu” dalam bahasa Jepang memiliki beberapa variasi dan bentuk turunan yang berbeda, masing-masing dengan arti dan penggunaan khusus.

Bentuk Dasar

  • 女王 (jouou): Ratu (bentuk dasar)
  • 王妃 (ouhi): Permaisuri (istri kaisar)
  • 后 (kou): Permaisuri (gelar kehormatan untuk istri kaisar yang telah meninggal)

Bentuk Hormat

  • 女王陛下 (jouou heika): Yang Mulia Ratu
  • 王妃殿下 (ouhi denka): Yang Mulia Permaisuri
  • 后陛下 (kou heika): Yang Mulia Permaisuri (almarhum)

Bentuk Tunggal

  • 女王様 (jouousama): Ratu (bentuk tunggal yang lebih sopan)
  • 王妃様 (ouhisama): Permaisuri (bentuk tunggal yang lebih sopan)
  • 后様 (kousama): Permaisuri (bentuk tunggal yang lebih sopan, almarhum)

Bentuk Gabungan

  • 皇太后 (koutaigou): Ibu suri (ibu kaisar)
  • 太皇太后 (taikoutaigou): Ibu suri agung (nenek kaisar)
  • 皇太妃 (koutaifi): Istri putra mahkota

Penggunaan Historis

Dalam budaya dan masyarakat Jepang, istilah “ratu” memiliki sejarah penggunaan yang panjang dan bervariasi, mencerminkan peran dan pengaruh wanita dalam periode sejarah yang berbeda.

Periode Nara (710-794)

  • Ratu (后, kisaki) adalah gelar untuk istri utama kaisar.
  • Ratu memiliki pengaruh politik yang terbatas, tetapi memainkan peran penting dalam urusan istana dan upacara keagamaan.

Periode Heian (794-1185)

  • Ratu (皇后, kōgō) menjadi gelar untuk istri utama kaisar.
  • Ratu memperoleh lebih banyak kekuasaan dan pengaruh, terutama selama masa pemerintahan kaisar perempuan.

Periode Kamakura (1185-1333)

  • Ratu (正室, seishitsu) menjadi gelar untuk istri utama shōgun.
  • Ratu memainkan peran simbolis, tetapi tidak memiliki kekuasaan politik yang nyata.

Periode Muromachi (1336-1573)

  • Ratu (御台所, gotōsho) menjadi gelar untuk istri utama shōgun.
  • Ratu terus memainkan peran simbolis, tetapi masih tidak memiliki kekuasaan politik yang berarti.

Periode Edo (1603-1868)

  • Ratu (正室, seishitsu) menjadi gelar untuk istri utama shōgun.
  • Ratu memiliki peran terbatas dalam urusan istana, tetapi tidak memiliki pengaruh politik.

Periode Meiji (1868-1912)

  • Ratu (皇后, kōgō) menjadi gelar untuk istri kaisar.
  • Ratu memperoleh kembali pengaruh politiknya, meskipun masih terbatas dibandingkan dengan kaisar.

Periode Shōwa (1926-1989)

  • Ratu (皇后, kōgō) terus menjadi gelar untuk istri kaisar.
  • Ratu Kōjun memainkan peran penting dalam mendukung kaisar selama Perang Dunia II.

Periode Heisei (1989-2019)

  • Ratu (皇后, kōgō) tetap menjadi gelar untuk istri kaisar.
  • Ratu Michiko menjadi ratu pertama yang berasal dari rakyat biasa.

Periode Reiwa (2019-sekarang)

  • Ratu (皇后, kōgō) masih menjadi gelar untuk istri kaisar.
  • Ratu Masako memiliki pengaruh yang signifikan dalam urusan istana dan advokasi kesehatan mental.

Penggunaan Kontemporer

Dalam bahasa Jepang kontemporer, kata “ratu” (女王, joō ) masih digunakan, meskipun penggunaannya telah bergeser dari makna harfiahnya.

Secara umum, kata “ratu” digunakan dalam konteks berikut:

Istilah Resmi

  • Sebagai gelar untuk kepala negara perempuan di Jepang (Tennō).
  • Sebagai gelar untuk istri kaisar Jepang (Kōgō).

Penggunaan Figuratif

  • Untuk merujuk pada perempuan yang memiliki pengaruh atau kekuasaan yang besar dalam bidang tertentu, seperti bisnis, politik, atau hiburan.
  • Sebagai julukan atau istilah sayang untuk perempuan yang dihormati atau dikagumi.

Dalam konotasi modern, kata “ratu” tidak lagi secara eksklusif dikaitkan dengan kekuasaan politik atau monarki. Sebaliknya, kata ini lebih banyak digunakan untuk menggambarkan perempuan yang kuat, berprestasi, atau menginspirasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Penggunaan dalam Budaya Populer

Kata “ratu” memiliki kehadiran yang signifikan dalam budaya populer Jepang, mencerminkan pandangan dan nilai masyarakat tentang kekuasaan, status, dan peran gender.

Anime dan Manga

Dalam anime dan manga, karakter wanita yang digambarkan sebagai “ratu” sering kali digambarkan sebagai sosok yang kuat dan berwibawa. Mereka biasanya memiliki posisi kekuasaan dan otoritas, seperti pemimpin klan atau penguasa suatu kerajaan. Penggambaran ini mencerminkan nilai tradisional Jepang tentang hierarki dan otoritas, di mana wanita kuat dan berkuasa dipandang sebagai pemimpin yang dihormati.

Musik

Dalam musik Jepang, istilah “ratu” sering digunakan untuk menggambarkan penyanyi atau artis wanita yang sangat populer dan berpengaruh. Sebutan ini diberikan kepada mereka yang telah mencapai kesuksesan besar dan mendapatkan pengakuan luas. Penggunaan istilah ini menunjukkan kekaguman dan penghormatan terhadap talenta dan pencapaian mereka, dan mencerminkan nilai masyarakat Jepang tentang prestasi dan kesuksesan.

Subkultur

Dalam subkultur tertentu di Jepang, istilah “ratu” juga digunakan untuk merujuk pada individu yang dianggap sebagai pemimpin atau tokoh panutan dalam komunitas mereka. Ini dapat mencakup pemimpin kelompok penggemar, penyelenggara acara, atau individu yang memiliki pengaruh signifikan dalam komunitas mereka.

Penggunaan ini mencerminkan nilai masyarakat Jepang tentang rasa memiliki dan loyalitas, di mana individu yang berkontribusi pada komunitas mereka dihargai dan dihormati.

Perbandingan dengan Bahasa Lain

jepang kata harus anda sambung tensai

Kata “ratu” dalam bahasa Jepang memiliki padanan dalam berbagai bahasa lain, dengan makna dan penggunaan yang serupa namun juga memiliki perbedaan tertentu.

Bahasa Inggris

Dalam bahasa Inggris, kata “queen” merujuk pada penguasa perempuan suatu kerajaan atau kekaisaran. Maknanya serupa dengan kata “ratu” dalam bahasa Jepang, namun penggunaannya sedikit berbeda. Dalam bahasa Inggris, “queen” juga dapat merujuk pada istri raja, sedangkan dalam bahasa Jepang, istri kaisar disebut “kōgō” (皇后).

Bahasa Spanyol

Dalam bahasa Spanyol, kata “reina” juga merujuk pada penguasa perempuan suatu kerajaan. Namun, kata ini juga dapat digunakan untuk merujuk pada istri raja, sama seperti dalam bahasa Inggris.

Bahasa Prancis

Dalam bahasa Prancis, kata “reine” memiliki makna yang sama dengan “ratu” dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Namun, kata ini juga dapat digunakan sebagai gelar kehormatan untuk wanita yang sangat dihormati.

Bahasa Jerman

Dalam bahasa Jerman, kata “Königin” merujuk pada penguasa perempuan suatu kerajaan. Maknanya serupa dengan “ratu” dalam bahasa Jepang, namun penggunaannya sedikit berbeda. Dalam bahasa Jerman, “Königin” juga dapat merujuk pada istri raja, sama seperti dalam bahasa Inggris dan Spanyol.

Bahasa Rusia

Dalam bahasa Rusia, kata “королева” (koroleva) merujuk pada penguasa perempuan suatu kerajaan. Maknanya serupa dengan “ratu” dalam bahasa Jepang, namun penggunaannya sedikit berbeda. Dalam bahasa Rusia, “королева” juga dapat merujuk pada istri raja, sama seperti dalam bahasa Inggris, Spanyol, dan Jerman.

Ilustrasi Visual

ratu dalam bahasa jepang

Penggunaan kata “ratu” dapat digambarkan melalui berbagai ilustrasi visual yang menonjolkan makna dan signifikansinya dalam berbagai konteks.

Lukisan Klasik

  • Lukisan “Ratu Elizabeth I” oleh Nicholas Hilliard (1572) menggambarkan Ratu Elizabeth I dari Inggris dalam jubah kerajaan, melambangkan otoritas dan kekuasaan monarki.
  • Lukisan “Ratu Maria Antoinette” oleh Marie Louise Elisabeth Vigée Le Brun (1783) menangkap kecanggihan dan keanggunan Ratu Maria Antoinette dari Prancis, menunjukkan peran ratu sebagai ikon mode dan budaya.

Seni Modern

  • Patung “Ratu Sheba” oleh Henry Moore (1954) menggambarkan ratu legendaris dari Ethiopia, menyoroti kekuatan dan kebijaksanaannya.
  • Lukisan “Ratu Malam” oleh Frida Kahlo (1943) menggambarkan Kahlo sendiri sebagai ratu yang penuh warna dan simbolis, mewakili perjuangan dan pemberdayaan perempuan.

Fotografi

  • Foto Ratu Elizabeth II dalam penobatannya (1953) menunjukkan peran seremonial dan simbolis seorang ratu sebagai kepala negara.
  • Foto Michelle Obama pada pelantikan suaminya (2009) menggambarkan peran ratu sebagai pendukung dan mitra bagi suaminya dalam peran publik.

Ilustrasi Digital

  • Ilustrasi Ratu Cleopatra oleh BossLogic (2020) menggambarkan ratu Mesir kuno sebagai sosok yang kuat dan cerdas, menekankan warisan dan pengaruhnya.
  • Ilustrasi Ratu Beyoncé oleh Daniel Arsham (2021) mengabadikan Beyoncé sebagai ikon budaya dan kekuatan dalam industri musik, menunjukkan peran ratu dalam membentuk budaya populer.

Pemungkas

Pada masa modern, penggunaan kata “ratu” telah diperluas untuk memasukkan wanita yang dianggap memiliki kekuatan atau pengaruh signifikan dalam berbagai bidang, seperti politik, bisnis, atau hiburan. Hal ini mencerminkan perubahan pandangan masyarakat Jepang tentang peran perempuan dan semakin diakuinya kontribusi perempuan dalam masyarakat.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa perbedaan antara “kisaki” dan “jo”?

Dalam bahasa Jepang, “kisaki” mengacu pada istri utama kaisar, sedangkan “jo” mengacu pada istri atau selir yang lebih rendah pangkatnya.

Apakah ratu memiliki kekuasaan politik di Jepang?

Secara tradisional, ratu Jepang tidak memiliki kekuasaan politik formal. Namun, beberapa ratu, seperti Permaisuri Jingū, memainkan peran penting dalam pemerintahan.

Bagaimana penggunaan kata “ratu” dalam budaya populer Jepang mencerminkan pandangan masyarakat Jepang?

Penggunaan kata “ratu” dalam budaya populer Jepang sering kali mencerminkan pandangan masyarakat tentang kekuatan, kecantikan, dan keanggunan perempuan.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait