Eli Eli Lama Sabakhtani Alkitab

Made Santika March 14, 2024

Dalam Alkitab, frasa “Eli Eli lama sabakhtani” merupakan seruan penuh kesakitan yang diucapkan oleh Yesus Kristus pada saat penyaliban-Nya. Frasa ini memiliki makna yang mendalam, baik secara harfiah maupun kiasan, dan telah menjadi subjek penafsiran teologis dan studi sejarah budaya selama berabad-abad.

Frasa ini tercatat dalam Matius 27:46, Markus 15:34, dan Yohanes 19:28, dan merupakan terjemahan dari bahasa Aram ke dalam bahasa Indonesia. Makna harfiahnya adalah “Ya Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Konteks Alkitabiah

eli eli lama sabakhtani alkitab terbaru

Frasa “Eli, Eli, lama sabakhtani” diucapkan oleh Yesus Kristus saat penyaliban-Nya di kayu salib.

Frasa ini ditemukan dalam tiga kitab Injil: Matius 27:46, Markus 15:34, dan Yohanes 19:28.

Terjemahan dan Makna

Frasa “Eli Eli Lama Sabakhtani” adalah frasa Aram yang diucapkan oleh Yesus saat penyaliban, sebagaimana dicatat dalam Injil Matius, Markus, dan Yohanes.

Terjemahan harfiah frasa tersebut ke dalam bahasa Indonesia adalah “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”

Makna Harfiah dan Kiasan

Makna harfiah dari frasa ini mengungkapkan kesedihan dan keputusasaan Yesus saat menghadapi kematian. Namun, frasa ini juga memiliki makna kiasan yang lebih dalam.

Dalam konteks Perjanjian Lama, frasa “mengapa Engkau meninggalkan aku” sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan ditinggalkan dan pengkhianatan dari Tuhan. Yesus menggunakan frasa ini untuk menyatakan penderitaan dan kesedihan-Nya saat merasa terpisah dari Bapa-Nya.

Terjemahan yang Berbeda

Terjemahan yang berbeda dari frasa ini dapat memengaruhi pemahaman maknanya. Misalnya, beberapa terjemahan mengganti kata “meninggalkan” dengan “menolak” atau “menyerahkan”, yang menyiratkan penolakan atau pengabaian yang lebih kuat dari pihak Tuhan.

Penting untuk mempertimbangkan konteks dan nuansa bahasa aslinya untuk memahami makna frasa ini secara akurat.

Penafsiran Teologis

eli eli lama sabakhtani alkitab

Frasa “Eli Eli lama sabakhtani” telah menjadi subjek berbagai penafsiran teologis, yang mencerminkan pemahaman yang berbeda tentang penderitaan Kristus dan hubungan-Nya dengan Allah Bapa.

Interpretasi Literal

Interpretasi literal berpendapat bahwa frasa tersebut merupakan ungkapan kesakitan dan pengabaian yang sesungguhnya oleh Kristus. Mereka menunjuk pada teks Alkitab yang menyatakan bahwa Allah telah “meninggalkan” Kristus pada saat kematian-Nya.

Interpretasi Metaforis

Sebaliknya, interpretasi metaforis berpendapat bahwa frasa tersebut adalah ekspresi simbolis dari pergumulan batin Kristus. Mereka berpendapat bahwa Kristus tidak benar-benar ditinggalkan oleh Allah, tetapi mengalami rasa keterpisahan dan kesedihan yang mendalam.

Implikasi Teologis

Penafsiran teologis yang berbeda ini memiliki implikasi yang signifikan bagi pemahaman tentang penderitaan Kristus dan hubungan-Nya dengan Allah Bapa. Interpretasi literal dapat mengarah pada pemahaman tentang Allah yang kejam atau tidak peduli, sementara interpretasi metaforis dapat memberikan penghiburan dan harapan.

Dampak Historis dan Budaya

eli eli lama sabakhtani alkitab

Frasa “Eli, Eli, lama sabakhtani” memiliki dampak yang signifikan sepanjang sejarah dan budaya, melampaui konteks keagamaan aslinya.

Penggunaan dalam Seni, Sastra, dan Musik

Frasa ini telah menginspirasi banyak karya seni, sastra, dan musik. Dalam lukisan, seniman seperti El Greco dan Rembrandt menggambarkan penderitaan Kristus di kayu salib, dengan kata-kata “Eli, Eli, lama sabakhtani” tertera di atasnya. Dalam sastra, frasa ini muncul dalam karya-karya seperti “Paradise Lost” karya John Milton dan “The Waste Land” karya T.S.

Eliot. Dalam musik, frasa ini telah menjadi dasar bagi banyak karya komposisi, termasuk “St. Matthew Passion” karya Bach dan “Eli, Eli” karya Alfred Newman.

Konteks Keagamaan dan Sekuler

Selain penggunaannya dalam seni, frasa “Eli, Eli, lama sabakhtani” juga memiliki makna yang kuat dalam konteks keagamaan dan sekuler. Dalam agama Kristen, frasa ini dilihat sebagai ekspresi penderitaan Kristus di kayu salib dan iman-Nya kepada Tuhan. Dalam konteks sekuler, frasa ini telah digunakan untuk mengekspresikan perasaan putus asa, kesedihan, atau pengabaian.

Studi Kasus

eli lama sabachthani god

Frasa “Eli, Eli, lama sabakhtani” telah menginspirasi banyak interpretasi teologis. Berikut beberapa penafsiran:

Interpretasi Teologis

Penafsiran Deskripsi
Interpretasi Mesianik Melihat frasa tersebut sebagai penggenapan nubuat Mesianik, di mana Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai Mesias yang menderita.
Interpretasi Pengabaian Menekankan rasa pengabaian dan keputusasaan Yesus di kayu salib.
Interpretasi Kemenangan Menganggap frasa tersebut sebagai seruan kemenangan, karena Yesus mengalahkan kematian dan dosa.

Pengaruh Budaya

Frasa ini juga telah menginspirasi karya seni, sastra, dan musik yang signifikan:

  • Lukisan “The Crucifixion” oleh Rembrandt van Rijn
  • Puisi “Eli, Eli, Lama Sabachthani?” oleh William Blake
  • Simfoni No. 9 Beethoven, yang menyertakan pengaturan frasa ini di bagian “Agnus Dei”

Kutipan Penting

“Eli, Eli, lama sabakhtani? Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Matius 27:46)

“Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Markus 15:34)

Ringkasan Terakhir

Frasa “Eli Eli lama sabakhtani” terus menginspirasi dan menantang orang-orang hingga hari ini. Ini adalah pengingat akan penderitaan yang luar biasa yang dialami Kristus dan kesediaan-Nya untuk menanggung dosa-dosa umat manusia. Frasa ini juga berbicara tentang hubungan yang mendalam antara Kristus dan Allah Bapa, dan harapan akan keselamatan yang tersedia bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

Tanya Jawab (Q&A)

Mengapa Yesus mengucapkan frasa ini di kayu salib?

Yesus mengucapkan frasa ini untuk mengungkapkan rasa sakit fisik dan emosional yang luar biasa yang Dia alami saat disalibkan. Frasa ini juga merupakan penggenapan nubuat dalam Mazmur 22:1.

Apa implikasi teologis dari frasa ini?

Frasa ini menunjukkan bahwa Kristus mengalami pemisahan dari Allah Bapa saat Dia menanggung dosa-dosa dunia. Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa Kristus tetap setia kepada Allah dan percaya pada rencana keselamatan-Nya.

Bagaimana frasa ini telah memengaruhi seni dan budaya?

Frasa “Eli Eli lama sabakhtani” telah menjadi inspirasi bagi banyak karya seni, sastra, dan musik. Misalnya, komposer Prancis Charles Gounod menggunakan frasa ini dalam opera “Faust” dan pelukis Jerman Max Ernst memasukkannya ke dalam karya seninya “The Garden of Earthly Delights”.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait