Apa Sasmitane Tembang Dhandhanggula

Made Santika March 17, 2024

Dalam khazanah tembang Jawa, Dhandhanggula merupakan salah satu jenis tembang yang populer dan banyak digemari. Keunikannya terletak pada pola dan makna yang terkandung di dalamnya, menjadikan Dhandhanggula sebagai sebuah karya seni yang kaya dan penuh makna.

Tembang Dhandhanggula memiliki sejarah panjang yang telah berkembang selama berabad-abad, melahirkan berbagai ciri khas dan keunikan tersendiri yang membedakannya dari jenis tembang lainnya.

Definisi dan Sejarah Dhandhanggula

apa sasmitane tembang dhandhanggula

Dalam tembang Jawa, dhandhanggula merupakan salah satu jenis tembang macapat yang memiliki pola tertentu.

Dhandhanggula telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan digunakan dalam berbagai karya sastra, seperti Serat Centhini dan Serat Wulangreh.

Pola Dhandhanggula

Tembang dhandhanggula memiliki pola yang unik, yaitu:

  • Suku kata: 10 suku kata per baris
  • Bait: 4 baris per bait
  • Rima: a-b-a-b
  • Guru Wilangan:
    1. 6-5
    2. 5-7
    3. 7-6
    4. 5-7

Ciri-ciri Dhandhanggula

Selain polanya yang unik, dhandhanggula juga memiliki ciri-ciri khusus, yaitu:

  • Biasanya digunakan untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam, seperti sedih, cinta, atau kebahagiaan.
  • Sering digunakan dalam tembang suluk atau tembang yang berisi ajaran spiritual.
  • Memiliki irama yang merdu dan syahdu.

Ciri-ciri Dhandhanggula

Dhandhanggula adalah salah satu jenis tembang macapat yang memiliki ciri-ciri khas dalam hal jumlah baris, suku kata, dan pola rima.

Jumlah Baris dan Suku Kata

Dhandhanggula terdiri dari 7 baris dengan jumlah suku kata sebagai berikut:

  • Baris 1: 8 suku kata
  • Baris 2: 8 suku kata
  • Baris 3: 8 suku kata
  • Baris 4: 7 suku kata
  • Baris 5: 8 suku kata
  • Baris 6: 8 suku kata
  • Baris 7: 7 suku kata

Pola Rima

Pola rima dalam dhandhanggula adalah:

  • Baris 1 berima dengan baris 2
  • Baris 3 berima dengan baris 5
  • Baris 4 berima dengan baris 7

Fungsi dan Penggunaan Dhandhanggula

apa sasmitane tembang dhandhanggula

Dhandhanggula merupakan salah satu jenis tembang Jawa yang memiliki fungsi dan penggunaan yang beragam dalam kesenian Jawa.

Dalam Tembang

Dhandhanggula banyak digunakan dalam tembang Jawa, seperti tembang macapat, tembang dolanan, dan tembang tengahan. Tembang-tembang ini biasanya dinyanyikan dengan iringan alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan atau kendang.

Dalam Wayang

Dalam pertunjukan wayang, dhandhanggula digunakan sebagai pengiring dialog antar tokoh wayang. Tembang dhandhanggula dapat digunakan untuk mengungkapkan berbagai macam emosi, seperti kesedihan, kemarahan, dan kebahagiaan.

Dalam Tari

Dhandhanggula juga digunakan sebagai pengiring tari Jawa, seperti tari gambyong dan tari serimpi. Tembang dhandhanggula dapat membantu menciptakan suasana yang sesuai dengan gerakan dan ekspresi tari.

Penulisan dan Penggubahan Dhandhanggula

apa sasmitane tembang dhandhanggula terbaru

Penulisan dan penggubahan tembang dhandhanggula merupakan salah satu aspek penting dalam memahami kesenian Jawa klasik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai langkah-langkah menulis dan menggubah dhandhanggula:

Langkah-langkah Penulisan Dhandhanggula

  • Tentukan tema dan pesan yang ingin disampaikan.
  • Pilih kata-kata yang sesuai dengan tema dan pesan.
  • Perhatikan aturan suku kata dan rima.
  • Susun bait-bait dengan memperhatikan struktur dan urutan.

“Dalam menggubah dhandhanggula, diperlukan pemahaman yang baik tentang aturan-aturan penulisan dan penggubahan. Hal ini mencakup pemahaman tentang jumlah suku kata, pola rima, dan struktur bait.” (Pakar Sastra Jawa)

Struktur Bait Dhandhanggula

Tembang dhandhanggula memiliki struktur bait yang khas, yaitu terdiri dari empat baris dengan jumlah suku kata sebagai berikut:

  • Baris 1: 10 suku kata
  • Baris 2: 12 suku kata
  • Baris 3: 8 suku kata
  • Baris 4: 10 suku kata

Pola Rima Dhandhanggula

Pola rima dalam tembang dhandhanggula mengikuti pola a-b-a-b, artinya baris 1 berima dengan baris 3, dan baris 2 berima dengan baris 4.

Contoh Bait Dhandhanggula

Berikut ini adalah contoh bait tembang dhandhanggula:

Tumraping wong urip (10 suku kata)

Nang donya kang fana (12 suku kata)

Goleki laku becik (8 suku kata)

Nganti tekan pungkasan (10 suku kata)

Tokoh-tokoh Penting dalam Dhandhanggula

Dalam perkembangan dhandhanggula, terdapat beberapa tokoh penting yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan dan penyebarannya. Tokoh-tokoh ini memainkan peran penting dalam melestarikan dan mempopulerkan dhandhanggula.

Ki Ageng Selo

Ki Ageng Selo, atau yang juga dikenal sebagai Ki Ageng Gribig, adalah seorang tokoh penting dalam pengembangan dhandhanggula. Ia adalah seorang pujangga dan pencipta lagu-lagu dhandhanggula yang terkenal pada masa Kerajaan Majapahit. Karya-karyanya banyak digemari dan berpengaruh pada perkembangan dhandhanggula.

Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa. Ia juga dikenal sebagai seorang pencipta lagu-lagu dhandhanggula yang digunakan untuk berdakwah. Lagu-lagunya yang sarat akan ajaran agama Islam menjadi populer dan membantu penyebaran agama Islam di masyarakat Jawa.

Raden Ngabehi Ronggowarsito

Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah seorang pujangga besar pada masa Kerajaan Surakarta. Ia menciptakan banyak karya sastra, termasuk lagu-lagu dhandhanggula. Karyanya yang terkenal, “Serat Kalatidha”, merupakan sebuah karya sastra yang menggunakan tembang dhandhanggula sebagai salah satu unsurnya.

W.S. Rendra

W.S. Rendra adalah seorang penyair dan dramawan Indonesia yang juga menggunakan tembang dhandhanggula dalam karya-karyanya. Ia memasukkan unsur-unsur modern dan kontemporer ke dalam lagu-lagu dhandhanggulanya, sehingga memperkaya khazanah dhandhanggula.

Ringkasan Terakhir

apa sasmitane tembang dhandhanggula

Eksplorasi tembang Dhandhanggula tidak hanya memberikan pemahaman tentang keindahan seni tradisional Jawa, tetapi juga membuka jendela ke dalam kekayaan budaya dan sejarah yang telah diwariskan secara turun-temurun. Pola dan makna yang terkandung dalam Dhandhanggula menjadi bukti nyata betapa seni tembang Jawa sarat dengan nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan dan diapresiasi.

Tanya Jawab (Q&A)

Apa ciri-ciri utama tembang Dhandhanggula?

Tembang Dhandhanggula memiliki ciri-ciri berupa jumlah baris sebanyak 10 baris, setiap baris terdiri dari 12 suku kata, dan pola rima ab-ab-cd-cd-ef-ef-gg-gg-hh.

Bagaimana cara menulis tembang Dhandhanggula?

Penulisan tembang Dhandhanggula harus memperhatikan pola suku kata dan rima yang telah ditetapkan, serta menggunakan bahasa yang indah dan penuh makna.

Apa saja fungsi tembang Dhandhanggula?

Tembang Dhandhanggula banyak digunakan dalam berbagai kesenian Jawa, seperti tembang macapat, wayang kulit, dan tari tradisional.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait