Dalam khazanah bahasa Jawa, kata “Kala” memiliki makna yang luas dan mendalam. Berakar dari konsep waktu dan takdir, “Kala” berperan penting dalam membentuk budaya dan tradisi Jawa.
Dari penggunaan temporal hingga ungkapan dan peribahasa yang bijaksana, “Kala” menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa, memengaruhi pandangan mereka tentang dunia dan membentuk cara mereka menjalani kehidupan.
Pengertian Arti Kala dalam Bahasa Jawa
Kala dalam bahasa Jawa merujuk pada waktu atau periode tertentu. Kala dapat digunakan untuk menyatakan waktu yang telah berlalu, sedang berlangsung, atau akan datang. Penggunaan “Kala” dalam kalimat dapat bervariasi tergantung pada konteks dan jenis Kala yang dimaksud.
Jenis-jenis Kala
Berikut adalah beberapa jenis Kala yang umum digunakan dalam bahasa Jawa:
- Kala Ri: Waktu pagi
- Kala Sore: Waktu sore
- Kala Wengi: Waktu malam
- Kala Ndeleng: Waktu fajar
- Kala Senja: Waktu senja
- Kala Adus: Waktu mandi
- Kala Mangan: Waktu makan
- Kala Turu: Waktu tidur
Penggunaan Arti Kala dalam Berbagai Konteks
Kata “Kala” dalam bahasa Jawa memiliki arti yang luas dan digunakan dalam berbagai konteks. Dalam hal waktu, “Kala” dapat merujuk pada waktu, durasi, dan frekuensi.
Penggunaan “Kala” untuk Menyatakan Waktu
“Kala” dapat digunakan untuk menyatakan waktu tertentu, seperti:
- Kala wingi (kemarin)
- Kala sore (sore hari)
- Kala jam pitu (pukul tujuh)
Penggunaan “Kala” untuk Menyatakan Durasi
“Kala” juga dapat digunakan untuk menyatakan durasi waktu, seperti:
- Kala seminggu (seminggu)
- Kala setahun (setahun)
- Kala sewengi (semalam)
Penggunaan “Kala” untuk Menyatakan Frekuensi
Selain itu, “Kala” dapat digunakan untuk menyatakan frekuensi suatu peristiwa, seperti:
- Kala-kala (kadang-kadang)
- Kala kaping pindo (kedua kalinya)
- Kala saben minggu (setiap minggu)
Ungkapan dan Peribahasa Berbasis Arti Kala
Dalam bahasa Jawa, kata “Kala” memiliki makna waktu atau saat. Selain itu, kata ini juga menjadi dasar bagi berbagai ungkapan dan peribahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ungkapan dan peribahasa ini merefleksikan nilai-nilai budaya Jawa dan memberikan wawasan tentang cara berpikir masyarakat Jawa.
Ungkapan Berbasis Arti Kala
-
-*Kala putar
Waktu berputar atau berganti secara terus-menerus.
-*Kala bendu
Waktu yang sulit atau penuh masalah.
-*Kala surup
Waktu menjelang matahari terbenam, biasanya digunakan untuk menunjukkan waktu istirahat.
-*Kala mareng
Waktu yang baik atau penuh berkah.
Peribahasa Berbasis Arti Kala
-
-*Witing tresna jalaran saka kulina
Cinta itu muncul karena kebiasaan (berinteraksi dalam waktu yang lama).
- *Blockquote untuk Ilustrasi Penggunaan Ungkapan dan Peribahasa
-*Jer basuki mawa bea
Setiap kesuksesan membutuhkan pengorbanan (waktu dan tenaga).
-*Ngelmu iku kalakone kanthi laku
Ilmu itu bisa didapatkan melalui praktik (memanfaatkan waktu secara optimal).
-*Aja nganti gawe sandang pangan ing wayah sore
Jangan menunda-nunda pekerjaan hingga waktu sore (waktu yang kurang baik).
“Wong iku aja seneng-seneng wae, nek wes tuwa rasakna kala putar, nek ora ngumpulke duwit saiki besuk pas kala bendu bakal susah.”(Orang itu jangan senang-senang saja, kalau sudah tua rasakan waktu berputar, kalau tidak mengumpulkan uang sekarang nanti pas waktu sulit akan susah.)
Arti Kala dalam Budaya dan Tradisi Jawa
Dalam budaya dan tradisi Jawa, konsep “Kala” memegang peranan penting yang mempengaruhi kepercayaan, praktik, dan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Hubungan Kala dengan Kepercayaan dan Praktik Budaya Jawa
Kala dipercaya sebagai kekuatan atau entitas gaib yang berwujud waktu. Setiap Kala memiliki karakteristik dan pengaruh tertentu yang diyakini memengaruhi kehidupan manusia.
Masyarakat Jawa percaya bahwa Kala dapat mempengaruhi nasib, keberuntungan, dan kesehatan. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai ritual dan upacara adat untuk menghormati dan memohon perlindungan dari Kala.
Pengaruh Kala pada Kehidupan Sehari-hari
Konsep Kala juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, terutama dalam hal pengambilan keputusan dan perencanaan kegiatan.
Masyarakat Jawa mempertimbangkan hari dan waktu tertentu sebagai Kala yang baik atau buruk untuk memulai usaha, mengadakan acara, atau melakukan perjalanan.
Ilustrasi Peran Kala dalam Upacara Adat Jawa
Dalam upacara adat Jawa, Kala sering digambarkan sebagai sosok raksasa atau makhluk mitologi yang mengawal dan melindungi acara tersebut.
Sebagai contoh, dalam upacara pernikahan adat Jawa, Kala digambarkan sebagai “Buto Cakil” yang mengawal pengantin pria dan mencegah roh jahat mengganggu acara.
Ringkasan Penutup
Memahami arti “Kala” dalam bahasa Jawa bukan hanya sekadar memahami konsep linguistik, tetapi juga menyelami jantung budaya yang kaya dan filosofi yang mendasarinya. Dengan mengungkap makna dan penggunaannya, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang masyarakat Jawa dan warisan budaya mereka yang tak ternilai.
Ringkasan FAQ
Apa perbedaan antara “Kala” dan “Wektu”?
Meskipun keduanya merujuk pada waktu, “Kala” lebih luas dan mencakup konsep takdir dan periode tertentu, sedangkan “Wektu” secara khusus merujuk pada waktu yang diukur.
Bagaimana “Kala” digunakan untuk mengekspresikan durasi?
Dengan menambahkan akhiran “-an”, “Kala” dapat menunjukkan durasi, seperti “sakala” (satu waktu) atau “sewulan” (satu bulan).
Apa arti ungkapan “Kala Tamu”?
Ungkapan ini berarti waktu yang tepat atau saat yang tepat, menyiratkan bahwa setiap peristiwa memiliki waktu yang ditakdirkan untuk terjadi.