Balung Pakel Gendeya Sisaning Kalong Tegese

Made Santika March 23, 2024

Balung pakel gendeya sisaning kalong tegese – Dalam khazanah bahasa Jawa, terdapat sebuah ungkapan filosofis yang sarat makna dan nilai budaya, yaitu “balung pakel gendeya sisaning kalong”. Ungkapan ini telah digunakan secara turun-temurun untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang kehidupan dan hubungan antar manusia.

Secara harfiah, “balung pakel gendeya sisaning kalong” berarti “tulang kerangka yang masih menempel pada bulu kalong”. Ungkapan ini menggambarkan kondisi seseorang yang tidak lagi memiliki kekuasaan atau pengaruh, namun masih berusaha untuk mempertahankan gengsinya.

Makna dan Arti

Balung pakel gendeya sisaning kalong tegese

Frasa “balung pakel gendeya sisaning kalong” dalam bahasa Jawa memiliki makna harfiah sebagai berikut:

  • “Balung” berarti tulang.
  • “Pakel” berarti bungkus.
  • “Gendeya” berarti bulat.
  • “Sisaning kalong” berarti sisa kelelawar.

Secara keseluruhan, frasa tersebut menggambarkan sesuatu yang kecil, bulat, dan seperti tulang yang tersisa dari kelelawar.

Contoh Penggunaan

Frasa “balung pakel gendeya sisaning kalong” sering digunakan dalam ungkapan atau peribahasa Jawa, seperti:

“Balung pakel gendeya sisaning kalong, ora iso dipendem ora iso didadekake ukem” (Tulang bungkus bulat sisa kelelawar, tidak bisa dikubur juga tidak bisa dijadikan bekal).

Ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak berguna atau tidak berharga.

Asal-Usul dan Sejarah

Ungkapan “balung pakel gendeya sisaning kalong” berasal dari bahasa Jawa dan memiliki sejarah yang panjang dalam budaya Jawa.

Balung Pakel Gendeya Sisaning Kalong Tegese merupakan salah satu bagian dari kesenian tradisional Banyuwangi. Kesenian ini menyajikan pertunjukan seni tari yang diiringi dengan musik tradisional. Soal dan jawaban The Legend of Banyuwangi dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang asal-usul dan sejarah kesenian ini.

Balung Pakel Gendeya Sisaning Kalong Tegese menggambarkan kisah legenda tentang sepasang kalong yang jatuh cinta dan akhirnya terpisah karena sebuah kutukan.

Dalam masyarakat Jawa, ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang telah meninggal dunia dan jasadnya tidak ditemukan.

Makna dan Konteks

Kata “balung” berarti tulang, “pakel” berarti pembungkus, “gendeya” berarti anak, dan “sisaning kalong” berarti sisa-sisa kelelawar.

Secara keseluruhan, ungkapan ini menggambarkan bahwa orang yang telah meninggal tersebut hanya meninggalkan tulang belulangnya saja, seperti kelelawar yang hanya menyisakan sisa-sisa makanannya.

Penggunaan dalam Bahasa Jawa

Kata “balung pakel gendeya sisaning kalong” merupakan peribahasa dalam bahasa Jawa yang memiliki makna dan penggunaan khusus.

Dalam konteks balung pakel gendeya sisaning kalong tegese, kita dapat merenungkan pertanyaan eksistensial tentang makna hidup. Jawaban fabiayyi ala irobbikuma tukadziban mengingatkan kita akan kewajiban kita untuk merenungkan ciptaan Tuhan dan mencari tujuan dalam kehidupan kita. Dengan memahami hikmah dan kebijaksanaan yang terkandung dalam jawaban ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang balung pakel gendeya sisaning kalong tegese dan peran kita sebagai bagian dari ciptaan yang lebih besar.

Peribahasa ini umumnya digunakan dalam situasi atau konteks berikut:

Ketika Menunjukkan Sisa atau Sampingan

Peribahasa ini digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tersisa atau merupakan bagian sampingan dari sesuatu yang lebih besar atau penting.

Ketika Menunjukkan Hal yang Tidak Berharga

Peribahasa ini juga digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang dianggap tidak berharga atau tidak penting.

Ketika Menunjukkan Hal yang Tidak Penting, Balung pakel gendeya sisaning kalong tegese

Selain itu, peribahasa ini dapat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak penting atau tidak perlu diperhatikan.

Makna Simbolik dan Filosofis

Kata “balung pakel gendeya sisaning kalong” memiliki makna simbolis dan filosofis yang mendalam dalam budaya Jawa. Kata ini menggambarkan perjalanan hidup manusia, dari kelahiran hingga kematian.

Balung Pakel

“Balung pakel” secara harfiah berarti tulang yang digunakan sebagai perhiasan. Dalam konteks filosofis, tulang melambangkan kehidupan dan kekuatan. Tulang yang digunakan sebagai perhiasan menunjukkan bahwa manusia harus selalu menghargai dan menjaga kehidupan.

Dalam konteks kesenian tradisional Jawa, “balung pakel gendeya sisaning kalong tegese” merujuk pada bagian dari kerangka gamelan yang berfungsi sebagai resonator. Menariknya, terdapat keterkaitan antara istilah ini dengan konsep selisih umur. Seperti dalam konteks selisih umur bayu dan made adalah 9 tahun , perbedaan usia juga menjadi elemen penting dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bagian-bagian kerangka gamelan tersebut.

Dengan demikian, “balung pakel gendeya sisaning kalong tegese” tidak hanya memiliki makna teknis dalam kesenian gamelan, tetapi juga mencerminkan hubungan yang kompleks antara waktu dan identitas.

Gendeya

“Gendeya” adalah alat musik tradisional Jawa yang terbuat dari bambu. Bunyi gendeya yang merdu melambangkan kebahagiaan dan keharmonisan. Dalam perjalanan hidup, manusia akan mengalami saat-saat bahagia dan menyenangkan.

Sisaning Kalong

“Sisaning kalong” berarti sisa-sisa kelelawar. Kelelawar adalah hewan nokturnal yang identik dengan kegelapan dan kematian. Dalam konteks filosofis, “sisaning kalong” melambangkan kematian dan akhir dari perjalanan hidup.

Makna Keseluruhan

Kata “balung pakel gendeya sisaning kalong” secara keseluruhan menggambarkan perjalanan hidup manusia yang penuh dengan suka dan duka. Manusia harus menghargai dan menjaga kehidupan, menikmati saat-saat bahagia, dan menerima kematian sebagai bagian dari perjalanan.

Perbandingan dengan Istilah Lain: Balung Pakel Gendeya Sisaning Kalong Tegese

Balung pakel gendeya sisaning kalong tegese

Kata “balung pakel gendeya sisaning kalong” merupakan istilah yang unik dalam bahasa Jawa dan tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa lain.

Namun, terdapat beberapa istilah serupa atau terkait yang dapat dibandingkan:

Istilah dalam Bahasa Jawa

  • “Balung”: tulang
  • “Pakel”: tongkat
  • “Gendeya”: kelelawar
  • “Sisaning”: sisa-sisa
  • “Kalong”: kelelawar besar

Dari arti harfiahnya, istilah “balung pakel gendeya sisaning kalong” dapat diartikan sebagai “tulang tongkat kelelawar sisa-sisa kelelawar besar”.

Istilah dalam Bahasa Lain

  • “Scapula”(Latin): tulang belikat
  • “Clavicle”(Latin): tulang selangka
  • “Humerus”(Latin): tulang lengan atas

Istilah-istilah ini merujuk pada bagian-bagian kerangka yang mirip dengan tulang yang dimaksud dalam “balung pakel gendeya sisaning kalong”. Namun, mereka tidak memiliki makna budaya atau konotasi yang sama.

Terakhir

Melalui ungkapan “balung pakel gendeya sisaning kalong”, masyarakat Jawa mengajarkan pentingnya untuk selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong. Kekuasaan dan pengaruh hanyalah bersifat sementara, sementara nilai dan karakter seseorang akan selalu abadi.

Bagian Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa arti harfiah dari “balung pakel gendeya sisaning kalong”?

Tulang kerangka yang masih menempel pada bulu kalong.

Apa makna filosofis dari ungkapan ini?

Mengajarkan pentingnya bersikap rendah hati dan tidak sombong.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait