Pengakuan Iman Rasuli merupakan sebuah pernyataan iman yang telah dianut oleh Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) sejak awal berdirinya. Dokumen ini memiliki signifikansi teologis dan historis yang mendalam, membentuk keyakinan dan praktik keagamaan jutaan anggota GPIB.
Makalah ini akan mengulas asal-usul, struktur, penerapan, serta relevansi Pengakuan Iman Rasuli GPIB dalam konteks kontemporer. Dengan mengeksplorasi doktrin-doktrin Kristen yang dikandungnya, kita akan mengungkap landasan teologis yang mendasari pernyataan iman ini dan implikasinya bagi kehidupan orang percaya.
Sejarah Pengakuan Iman Rasuli GPIB
Pengakuan Iman Rasuli (PIR) merupakan pengakuan iman ekumenis yang telah diadopsi oleh Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) sebagai salah satu dasar imannya.
PIR berakar pada rumusan awal yang dikenal sebagai Pengakuan Iman Para Rasul (Apostolic Creed) pada abad ke-2 M. Pengakuan iman ini berkembang dan dimodifikasi seiring waktu, dipengaruhi oleh konsili-konsili ekumenis dan perkembangan teologi Kristen.
Konteks Historis dan Teologis
Perumusan PIR dalam GPIB tidak terlepas dari konteks historis dan teologis tertentu. GPIB merupakan bagian dari tradisi Calvinis yang menekankan pentingnya pengakuan iman sebagai kesaksian iman dan kesetiaan kepada ajaran Alkitab.
Pengaruh konteks teologis juga terlihat dalam rumusan PIR GPIB yang sejalan dengan prinsip-prinsip Calvinisme, seperti kedaulatan Allah, keselamatan oleh kasih karunia, dan peran penting Alkitab dalam kehidupan iman.
Struktur dan Isi Pengakuan Iman Rasuli GPIB
Pengakuan Iman Rasuli GPIB, juga dikenal sebagai Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, terdiri dari 12 pasal yang merangkum keyakinan dasar agama Kristen. Berikut ini adalah tabel yang merinci pasal-pasal tersebut, beserta frasa kunci dan makna teologisnya:
Pasal | Frasa Kunci | Makna Teologis |
---|---|---|
1 | “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi” | Pengakuan akan Allah sebagai pencipta alam semesta |
2 | “Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita” | Pengakuan akan Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang menjelma |
3 | “Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria” | Pengakuan akan kelahiran Yesus Kristus dari perawan Maria |
4 | “Yang menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan” | Pengakuan akan penyaliban dan kematian Yesus Kristus |
5 | “Yang turun ke dalam kerajaan maut, pada hari ketiga bangkit pula dari antara orang mati” | Pengakuan akan kebangkitan Yesus Kristus |
6 | “Yang naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa” | Pengakuan akan kenaikan Yesus Kristus ke surga |
7 | “Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati” | Pengakuan akan kedatangan kembali Yesus Kristus untuk menghakimi |
8 | “Aku percaya kepada Roh Kudus” | Pengakuan akan Roh Kudus sebagai pribadi ketiga dalam Tritunggal |
9 | “Aku percaya akan gereja yang kudus dan am” | Pengakuan akan kesatuan dan kesucian gereja |
10 | “Aku percaya akan persekutuan orang kudus” | Pengakuan akan persatuan semua orang percaya |
11 | “Aku percaya akan pengampunan dosa” | Pengakuan akan pengampunan dosa melalui Yesus Kristus |
12 | “Aku percaya akan kebangkitan tubuh” | Pengakuan akan kebangkitan tubuh pada akhir zaman |
Penerapan Pengakuan Iman Rasuli GPIB dalam Ibadah dan Kehidupan
Pengakuan Iman Rasuli GPIB memainkan peran penting dalam ibadah dan kehidupan anggota GPIB. Pengakuan ini digunakan dalam berbagai kebaktian dan sakramen, memberikan kerangka teologis bagi keyakinan dan praktik mereka.
Penggunaan dalam Ibadah
- Kebaktian Minggu: Pengakuan Iman Rasuli diucapkan secara bersama-sama oleh jemaat pada awal kebaktian sebagai pengakuan iman mereka.
- Baptisan: Pengakuan Iman Rasuli digunakan sebagai pengakuan iman orang yang dibaptis, menyatakan iman mereka kepada Allah Tritunggal.
- Perjamuan Kudus: Pengakuan Iman Rasuli diucapkan sebagai bagian dari liturgi Perjamuan Kudus, menegaskan iman jemaat kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
Pengaruh pada Kehidupan Anggota GPIB
Pengakuan Iman Rasuli juga membimbing kehidupan anggota GPIB, membentuk keyakinan, nilai, dan tindakan mereka.
- Keyakinan: Pengakuan Iman Rasuli menguraikan keyakinan dasar GPIB tentang Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus, memberikan dasar bagi iman mereka.
- Nilai: Pengakuan Iman Rasuli menekankan nilai-nilai seperti kasih, pengampunan, dan pelayanan, membimbing anggota GPIB dalam hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama.
- Tindakan: Pengakuan Iman Rasuli mendorong anggota GPIB untuk hidup sesuai dengan keyakinan mereka, mengasihi Tuhan dan sesama, serta terlibat dalam pelayanan dan misi.
Signifikansi Teologis dan Ekumenis Pengakuan Iman Rasuli GPIB
Pengakuan Iman Rasuli GPIB merupakan pernyataan iman Kristen yang ortodoks dan memiliki signifikansi teologis dan ekumenis yang mendalam.
Pentingnya Teologis
Pengakuan Iman Rasuli merangkum keyakinan inti iman Kristen, termasuk doktrin Tritunggal, keilahian Yesus Kristus, karya penebusan-Nya, kebangkitan, dan kedatangan-Nya kembali. Sebagai simbol iman, ini memberikan kerangka kerja teologis yang jelas dan komprehensif untuk pemahaman dan praktik Kristen.
Hubungan Ekumenis
Pengakuan Iman Rasuli dianut secara luas oleh berbagai denominasi Kristen, menjadikannya dasar persatuan ekumenis. Meskipun terdapat perbedaan penafsiran dalam beberapa detail, pengakuan ini diakui sebagai pernyataan iman yang umum, mempromosikan dialog dan pemahaman antar umat Kristen.
Pengakuan Iman Rasuli memiliki persamaan yang signifikan dengan pengakuan iman Kristen lainnya, seperti Pengakuan Iman Nicea dan Pengakuan Iman Athanasius. Persamaan ini menyoroti ajaran inti yang dipegang bersama oleh sebagian besar umat Kristen, memfasilitasi persatuan dan kerja sama ekumenis.
Namun, terdapat juga perbedaan tertentu antara Pengakuan Iman Rasuli dan pengakuan iman lainnya. Perbedaan ini mencerminkan penekanan teologis yang unik dari masing-masing denominasi dan berkontribusi pada keragaman teologis dalam kekristenan.
Tantangan dan Relevansi Pengakuan Iman Rasuli GPIB di Era Modern
Pengakuan Iman Rasuli GPIB, sebagai rumusan doktrin yang mendasar bagi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB), menghadapi tantangan dan mempertahankan relevansinya di era modern yang ditandai dengan pluralisme, sekularisme, dan kemajuan ilmiah.
Tantangan Pengakuan Iman Rasuli GPIB
- Pluralisme: Masyarakat modern ditandai dengan keragaman agama dan kepercayaan, yang menantang konsep tunggal tentang kebenaran yang dianut dalam pengakuan iman.
- Sekularisme: Pengaruh sekularisme mengikis pengaruh agama dalam kehidupan publik, sehingga mengurangi signifikansi pengakuan iman dalam membentuk nilai-nilai sosial.
- Kemajuan Ilmiah: Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan perspektif baru tentang dunia, yang dapat berbenturan dengan ajaran tradisional dalam pengakuan iman.
Relevansi Pengakuan Iman Rasuli GPIB
Meskipun menghadapi tantangan, Pengakuan Iman Rasuli GPIB tetap relevan dalam menghadapi isu-isu kontemporer:
- Memberikan Landasan Teologis: Pengakuan iman menyediakan dasar teologis yang kokoh bagi umat Kristen, membimbing keyakinan dan praktik mereka di tengah perubahan sosial.
- Menumbuhkan Dialog Interagama: Dalam konteks pluralisme, pengakuan iman dapat menjadi titik awal untuk dialog dan pemahaman antaragama, mempromosikan toleransi dan kerja sama.
- Menginspirasi Transformasi Sosial: Ajaran pengakuan iman tentang kasih, keadilan, dan pengampunan menginspirasi umat Kristen untuk terlibat dalam transformasi sosial, mengatasi kesenjangan dan ketidakadilan.
Ringkasan Akhir
Sebagai sebuah pernyataan iman Kristen yang ortodoks, Pengakuan Iman Rasuli GPIB memberikan landasan teologis yang kokoh bagi anggota GPIB. Dengan mengakui doktrin-doktrin inti iman Kristen, pengakuan ini membimbing kehidupan mereka, membentuk keyakinan, nilai, dan tindakan mereka. Di tengah tantangan dan peluang masyarakat modern, Pengakuan Iman Rasuli tetap menjadi sumber relevansi dan bimbingan, menginspirasi anggota GPIB untuk menjalani kehidupan yang beriman dan bermakna.
Tanya Jawab (Q&A)
Apa asal-usul Pengakuan Iman Rasuli GPIB?
Pengakuan Iman Rasuli GPIB diadaptasi dari Pengakuan Iman Rasuli yang telah digunakan dalam gereja-gereja Kristen sejak abad ke-2 Masehi. Versi GPIB disusun pada tahun 1934 dan secara resmi diadopsi pada tahun 1950.
Berapa jumlah pasal dalam Pengakuan Iman Rasuli GPIB?
Pengakuan Iman Rasuli GPIB terdiri dari 12 pasal yang merangkum doktrin-doktrin Kristen yang mendasar.
Bagaimana Pengakuan Iman Rasuli GPIB digunakan dalam ibadah GPIB?
Pengakuan Iman Rasuli diucapkan secara bersama oleh jemaat pada saat kebaktian dan sakramen. Hal ini berfungsi sebagai pengakuan iman yang menyatukan dan menegaskan identitas anggota GPIB.