Perbedaan Wahabi Dan Aswaja

Made Santika March 10, 2024

Dalam lanskap agama yang beragam, pemahaman tentang perbedaan antara dua aliran pemikiran Islam, Wahabi dan Aswaja, sangat penting. Aliran-aliran ini telah membentuk lanskap keagamaan dan sosial-politik di seluruh dunia selama berabad-abad, memicu perdebatan dan diskusi yang tak terhitung jumlahnya. Eksplorasi komprehensif tentang perbedaan dan kesamaan mereka menawarkan wawasan berharga tentang evolusi Islam dan implikasinya bagi masyarakat modern.

Wahabi dan Aswaja, meskipun sama-sama berasal dari tradisi Islam, memiliki perbedaan mendasar dalam keyakinan, praktik, dan pengaruh sejarah. Membedah perbedaan-perbedaan ini membantu kita memahami keragaman pemikiran Islam dan implikasinya bagi pemahaman kita tentang agama dan masyarakat.

Pengertian Wahabi dan Aswaja

wahabi syiah pecihitam

Pengertian Wahabi

Wahabi merupakan gerakan reformasi Islam yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab pada abad ke-18 di Jazirah Arab. Gerakan ini menganjurkan kembali pada ajaran Islam yang murni dan menentang praktik-praktik yang dianggap bid’ah, syirik, dan khurafat.

Pengertian Aswaja

Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) adalah aliran pemikiran Islam yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad, para sahabatnya, dan generasi tabi’in. Aliran ini menekankan keseimbangan antara akal dan wahyu, serta menjunjung tinggi toleransi dan moderasi.

Perbedaan Asas Ajaran

Wahabi dan Aswaja memiliki perbedaan mendasar dalam asas ajaran mereka. Perbedaan utama terletak pada keyakinan tentang tauhid dan sumber hukum Islam.

Keyakinan tentang Tauhid

  • Wahabi: Menekankan tauhid secara ketat, menolak segala bentuk kesyirikan, termasuk ziarah ke makam atau berdoa kepada orang suci.
  • Aswaja: Mengakui adanya tawassul (memohon pertolongan kepada Allah melalui perantara Nabi Muhammad dan orang-orang saleh), dan ziarah ke makam sebagai bentuk penghormatan.

Perbedaan Praktik Ibadah

Wahabi dan Aswaja memiliki perbedaan praktik ibadah yang signifikan. Perbedaan ini terlihat dalam cara mereka melakukan shalat, puasa, dan haji.

Shalat

  • Niat: Wahabi berniat dalam hati, sedangkan Aswaja melafalkan niat dengan lisan.
  • Takbiratul Ihram: Wahabi mengangkat kedua tangan setinggi bahu, sedangkan Aswaja mengangkat tangan setinggi telinga.
  • Qunut: Wahabi tidak membaca qunut dalam shalat subuh, sedangkan Aswaja membacanya.
  • Tasyahud Awal: Wahabi tidak duduk tasyahud awal, sedangkan Aswaja duduk.
  • Salawat atas Nabi: Wahabi tidak membaca salawat atas Nabi dalam tasyahud akhir, sedangkan Aswaja membacanya.

Puasa

  • Niat: Wahabi berniat pada malam hari, sedangkan Aswaja berniat pada pagi hari.
  • Sahur: Wahabi makan sahur sampai terbit fajar, sedangkan Aswaja makan sahur sebelum terbit fajar.
  • Waktu Berbuka: Wahabi berbuka saat matahari terbenam, sedangkan Aswaja berbuka saat matahari telah benar-benar tenggelam.

Haji

  • Talbiyah: Wahabi melafalkan talbiyah hanya saat ihram, sedangkan Aswaja melafalkan talbiyah sepanjang haji.
  • Tawaf: Wahabi tidak mencium Hajar Aswad, sedangkan Aswaja menciumnya.
  • Sa’i: Wahabi tidak berlari-lari kecil saat sa’i, sedangkan Aswaja berlari-lari kecil.
  • Tahalul: Wahabi melakukan tahalul pertama setelah melontar jumrah, sedangkan Aswaja melakukan tahalul pertama setelah tawaf ifadah.

Pengaruh Sejarah dan Geografis

perbedaan wahabi dan aswaja terbaru

Perkembangan dan praktik Wahabi dan Aswaja dipengaruhi oleh sejarah dan lokasi geografis masing-masing.

Wahabisme berasal dari semenanjung Arab pada abad ke-18, didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Lokasi geografis Arab yang terisolasi dan iklim gurunnya telah membentuk karakteristik Wahabisme yang konservatif dan fokus pada kemurnian ajaran Islam.

Lokasi Geografis dan Praktik Keagamaan

  • Wahabi: Terkonsentrasi di Arab Saudi, mereka menganut praktik agama yang ketat dan menentang inovasi atau bid’ah.
  • Aswaja: Berasal dari berbagai wilayah di dunia Muslim, termasuk Indonesia, mereka memiliki praktik keagamaan yang lebih toleran dan terbuka terhadap tradisi lokal.

Lokasi geografis juga memengaruhi keyakinan teologis kedua kelompok. Wahabisme menekankan pentingnya tauhid (keesaan Tuhan) dan menolak syirik (persekutuan dengan Tuhan). Sebaliknya, Aswaja mengakui peran perantara, seperti nabi dan wali, dalam hubungan manusia dengan Tuhan.

Dampak Sosial dan Politik

wahabi ormas salafi pemerintah aswaja islam kemendagri jumlah jamaah rencananya dibubarkan inilah berkemajuan tabligh beda tahrir hizbut organisasi

Dampak sosial dan politik dari Wahabisme dan Aswaja telah membentuk lanskap masyarakat di mana kedua ideologi tersebut dianut.

Peran dalam Konflik dan Perpecahan

* Wahabisme telah dikaitkan dengan gerakan ekstremis dan teroris, memicu ketegangan dan konflik di berbagai wilayah.

Aswaja, sebaliknya, menekankan toleransi dan koeksistensi, mempromosikan perdamaian dan harmoni dalam masyarakat.

Dampak Sosial

* Wahabisme:

Mendorong pemisahan gender yang ketat, membatasi partisipasi perempuan dalam kehidupan publik.

Mengutuk praktik-praktik budaya tertentu, seperti musik dan tarian, sebagai tidak Islami.

Aswaja

Menghargai keragaman budaya, mengintegrasikan tradisi lokal ke dalam praktik keagamaan.

Mempromosikan keterlibatan perempuan dalam masyarakat, sambil mempertahankan peran gender tradisional.

Dampak Politik

* Wahabisme:

Menekankan penerapan hukum Islam yang ketat, sering kali melalui negara teokratis.

Mengutamakan kesetiaan kepada penguasa Islam, yang dipandang sebagai penjaga agama.

Aswaja

Mendukung pemisahan agama dan negara, mempromosikan toleransi beragama.

Menekankan peran individu dalam menafsirkan dan mengamalkan Islam.

Kontroversi dan Perdebatan

Perbedaan ideologis antara Wahabi dan Aswaja telah menjadi sumber kontroversi dan perdebatan selama berabad-abad. Ketegangan ini sering kali berakar pada interpretasi berbeda mengenai ajaran Islam, khususnya dalam hal akidah, ibadah, dan praktik keagamaan.

Konflik Bersejarah

Konflik antara Wahabi dan Aswaja memiliki sejarah panjang. Pada abad ke-18, gerakan Wahabi yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab berusaha memurnikan Islam dengan kembali ke ajaran aslinya. Gerakan ini menantang praktik-praktik tradisional Aswaja, yang dianggap sebagai bid’ah atau penyimpangan dari Islam.

Konflik antara kedua kelompok ini memuncak pada penaklukan Mekah dan Madinah oleh Wahabi pada tahun 1803. Wahabi menghancurkan makam-makam dan situs-situs bersejarah yang dihormati oleh Aswaja, yang menimbulkan ketegangan dan permusuhan yang mendalam.

Perbedaan Akidah

Salah satu perbedaan utama antara Wahabi dan Aswaja terletak pada akidah atau keyakinan mereka. Wahabi menganut konsep tauhid yang ketat, menekankan keesaan Tuhan dan menolak segala bentuk penyembahan berhala atau praktik yang dianggap syirik.

Di sisi lain, Aswaja mengakui peran perantara, seperti nabi dan wali, dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Mereka percaya bahwa perantara ini dapat membantu manusia dalam berdoa dan memohon pengampunan.

Perbedaan Ibadah

Perbedaan juga terlihat dalam praktik ibadah. Wahabi menekankan ibadah yang sederhana dan langsung, menghindari ritual dan praktik yang dianggap berlebihan atau tidak penting.

Aswaja, di sisi lain, menganut praktik ibadah yang lebih komprehensif dan mencakup tradisi dan praktik yang telah berkembang selama berabad-abad. Mereka percaya bahwa ritual dan praktik ini membantu memperkuat hubungan manusia dengan Tuhan.

Konflik Kontemporer

Kontroversi dan perdebatan antara Wahabi dan Aswaja terus berlanjut hingga hari ini. Perbedaan ideologis mereka telah memicu konflik dan ketegangan di berbagai wilayah, termasuk Timur Tengah dan Asia Tenggara.

Dalam beberapa kasus, konflik ini telah menyebabkan kekerasan dan ekstremisme. Kelompok-kelompok ekstremis Wahabi telah dikaitkan dengan serangan teroris dan kekerasan terhadap kelompok lain.

Kesamaan dan Titik Temu

Meskipun terdapat perbedaan, Wahabi dan Aswaja juga memiliki beberapa kesamaan dan titik temu dalam pandangan dan praktik keagamaan mereka.

Salah satu kesamaan mendasar adalah pengakuan mereka terhadap Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.

Keyakinan Inti

  • Kedua aliran percaya pada keesaan Tuhan (tauhid) dan kerasulan Nabi Muhammad.
  • Mereka juga menekankan pentingnya shalat, puasa, zakat, dan haji sebagai pilar-pilar Islam.

Praktik Keagamaan

  • Baik Wahabi maupun Aswaja melakukan ibadah sesuai dengan rukun dan tata cara yang telah ditetapkan.
  • Mereka juga menjunjung tinggi nilai-nilai moral seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang.

Penolakan terhadap Bid’ah

Baik Wahabi maupun Aswaja menolak bid’ah (inovasi agama) dan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni.

Pemungkas

perbedaan wahabi dan aswaja terbaru

Perbedaan antara Wahabi dan Aswaja telah membentuk perkembangan Islam dan terus memengaruhi masyarakat saat ini. Memahami perbedaan-perbedaan ini sangat penting untuk memfasilitasi dialog antaragama, mempromosikan toleransi, dan menumbuhkan koeksistensi yang harmonis. Dengan mengakui keragaman dalam praktik dan keyakinan, kita dapat membangun jembatan pemahaman dan kerja sama, memperkaya lanskap keagamaan dan sosial kita.

Jawaban yang Berguna

Apa sumber utama perbedaan antara Wahabi dan Aswaja?

Perbedaan utama terletak pada penafsiran sumber-sumber Islam, dengan Wahabi mengutamakan Alquran dan Hadits, sementara Aswaja juga memasukkan interpretasi ulama.

Bagaimana perbedaan keyakinan tentang tauhid memengaruhi praktik ibadah?

Keyakinan Wahabi tentang tauhid yang ketat melarang segala bentuk pengantaraan atau permohonan kepada selain Allah, yang tercermin dalam praktik ibadah mereka yang lebih sederhana.

Apakah terdapat titik temu antara Wahabi dan Aswaja?

Meskipun ada perbedaan, kedua aliran ini berbagi keyakinan dasar tentang prinsip-prinsip utama Islam, seperti syahadat, shalat, dan puasa.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait