Percakapan Krama Inggil 2 Orang

Made Santika March 14, 2024

Percakapan krama inggil merupakan bentuk komunikasi yang sangat penting dalam budaya Jawa. Bahasa yang digunakan dalam percakapan ini sangat sopan dan penuh hormat, sehingga sering digunakan dalam situasi formal atau saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua atau dihormati.

Memahami dan menggunakan percakapan krama inggil dengan benar dapat membantu membangun hubungan yang baik dan menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain. Artikel ini akan memberikan panduan komprehensif tentang percakapan krama inggil, termasuk tingkatan bahasa, ciri-ciri, cara penggunaan, dan contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Percakapan Krama Inggil

Percakapan krama inggil adalah bentuk percakapan dalam bahasa Jawa yang digunakan ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau dihormati. Bahasa ini memiliki tata bahasa dan kosakata yang berbeda dengan bahasa Jawa sehari-hari.

Percakapan krama inggil bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dan kesopanan kepada lawan bicara. Bahasa ini digunakan dalam berbagai situasi formal, seperti saat berinteraksi dengan orang tua, pejabat, atau orang yang dihormati.

Contoh Penggunaan Percakapan Krama Inggil

  • Saat berbicara dengan orang tua: “Kulo nuwun sewu, Bapak sampun dhahar?” (Maaf, Bapak sudah makan?)
  • Saat berinteraksi dengan pejabat: “Kulo ngaturaken salam, Bapak Bupati.” (Saya menyampaikan salam, Bapak Bupati.)
  • Saat meminta bantuan: “Kulo nyuwun tulung, Ibu Guru.” (Saya mohon bantuan, Ibu Guru.)

Tingkatan Bahasa Krama Inggil

Bahasa Krama Inggil memiliki tingkatan yang menunjukkan tingkat kesopanan dan penghormatan dalam percakapan. Tingkatan ini dibedakan berdasarkan jarak sosial, status, dan usia antara penutur dan lawan bicara.

Tingkatan Krama Inggil

  • Ngoko Alus: Tingkat paling dasar, digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan teman dekat, keluarga, atau orang yang dianggap setara.
  • Krama Madya: Tingkat menengah, digunakan dalam percakapan dengan orang yang lebih tua, dihormati, atau tidak terlalu dekat.
  • Krama Inggil: Tingkat tertinggi, digunakan dalam percakapan dengan orang yang sangat dihormati, seperti pejabat tinggi, tokoh masyarakat, atau orang tua.

Perbedaan utama antara tingkatan ini terletak pada penggunaan kosakata, tata bahasa, dan intonasi. Krama Inggil menggunakan kosakata yang lebih sopan dan formal, tata bahasa yang lebih kompleks, dan intonasi yang lebih halus.

Ciri-ciri Percakapan Krama Inggil

percakapan krama inggil 2 orang terbaru

Percakapan krama inggil memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dari jenis percakapan lainnya. Ciri-ciri tersebut meliputi:

Penggunaan Bahasa Formal

Dalam percakapan krama inggil, digunakan bahasa formal yang santun dan sopan. Hal ini tercermin pada penggunaan kosakata yang baku, kalimat yang tertata, dan intonasi yang lembut. Misalnya, kata “kamu” diganti dengan “panjenengan” atau “sampeyan”.

Penggunaan Unggah-ungguh

Unggah-ungguh adalah tata krama yang mengatur penggunaan bahasa sesuai dengan status sosial dan hubungan antar penutur. Dalam percakapan krama inggil, unggah-ungguh sangat diperhatikan. Misalnya, orang yang lebih muda harus menggunakan bahasa yang lebih sopan kepada orang yang lebih tua.

Penggunaan Istilah Hormat

Istilah hormat digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara. Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut nama, jabatan, atau kedudukan seseorang. Misalnya, “bapak” atau “ibu” untuk menyebut orang yang lebih tua.

Penggunaan Kata Ganti

Kata ganti yang digunakan dalam percakapan krama inggil juga berbeda dengan percakapan biasa. Misalnya, kata ganti “aku” diganti dengan “kula” atau “dalem”.

Penggunaan Kata Kerja

Kata kerja yang digunakan dalam percakapan krama inggil juga mengalami perubahan. Misalnya, kata kerja “makan” diganti dengan “dhahar” atau “santap”.

Cara Menggunakan Percakapan Krama Inggil

Percakapan krama inggil adalah bentuk bahasa Jawa yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan saat menggunakan percakapan krama inggil:

Langkah-langkah Menggunakan Percakapan Krama Inggil

  • Gunakan kata ganti yang sesuai, seperti “kula” untuk diri sendiri dan “panjenengan” untuk lawan bicara.
  • Gunakan kosakata yang halus dan sopan, seperti “ngunjuk” (minum) dan “dhahar” (makan).
  • Hindari menggunakan kata-kata kasar atau slang.
  • Berbicaralah dengan nada suara yang lembut dan hormat.

Tips dan Trik Menggunakan Percakapan Krama Inggil Secara Efektif

  • Belajar dari penutur asli atau sumber terpercaya untuk memahami penggunaan kata dan tata bahasa yang benar.
  • Berlatih secara teratur untuk meningkatkan kefasihan.
  • Perhatikan konteks percakapan dan sesuaikan tingkat kesopanan sesuai kebutuhan.
  • Gunakan kamus atau glosarium untuk mencari kata-kata dan ungkapan yang tepat.

Contoh Percakapan Krama Inggil

blank

Percakapan krama inggil merupakan bentuk komunikasi yang digunakan dalam situasi formal atau dengan orang yang dihormati. Bahasa yang digunakan dalam percakapan ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahasa sehari-hari.

Ciri-ciri Percakapan Krama Inggil

  • Menggunakan kata ganti “Panjenengan” untuk orang yang diajak bicara.
  • Menggunakan kata ganti “Kula” untuk diri sendiri.
  • Menggunakan bentuk kata kerja halus (krama inggil).
  • Menggunakan ungkapan-ungkapan yang sopan dan formal.

Contoh Percakapan

Orang 1: “Sampun kula aturi dhaharan, Panjenengan.” (Saya sudah menyiapkan makanan, Anda.)

Orang 2: “Matur nuwun sanget, Kula.” (Terima kasih banyak, saya.)

Penggunaan Percakapan Krama Inggil dalam Kehidupan Sehari-hari

Percakapan krama inggil merupakan bentuk bahasa Jawa yang digunakan dalam situasi formal dan menghormati. Penggunaan percakapan krama inggil sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, karena mencerminkan sopan santun dan etika dalam berkomunikasi.

Situasi Penggunaan Percakapan Krama Inggil

  • Berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau yang dihormati, seperti orang tua, guru, atau atasan.
  • Berada dalam acara atau situasi formal, seperti upacara adat, pertemuan resmi, atau acara keagamaan.
  • Berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal atau tidak terlalu akrab, sebagai bentuk penghormatan awal.
  • Menulis surat atau dokumen resmi yang ditujukan kepada orang yang lebih tua atau dihormati.

Pentingnya Percakapan Krama Inggil

Penggunaan percakapan krama inggil sangat penting karena menunjukkan beberapa hal, yaitu:

  • Rasa hormat dan sopan santun terhadap lawan bicara.
  • Pengakuan terhadap status sosial atau kedudukan lawan bicara.
  • Menjaga harmoni dan ketertiban sosial dalam masyarakat.
  • Melestarikan budaya dan tradisi masyarakat Jawa.

Kesalahan Umum dalam Percakapan Krama Inggil

Dalam percakapan krama inggil, terdapat beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan. Kesalahan ini dapat mengurangi kesopanan dan keformalan dalam percakapan.

Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan dalam percakapan krama inggil, beserta saran untuk menghindarinya:

Penggunaan Kata Ganti Orang yang Salah

  • Menggunakan kata ganti orang “aku” atau “saya” untuk diri sendiri, seharusnya menggunakan “kula” atau “kawula”.
  • Menggunakan kata ganti orang “kamu” atau “anda” untuk lawan bicara, seharusnya menggunakan “panjenengan” atau “sampeyan”.

Penggunaan Bentuk Kata Kerja yang Tidak Tepat

  • Menggunakan bentuk kata kerja ngoko atau madya dalam percakapan krama inggil.
  • Tidak menggunakan imbuhan kehormatan “-aken” atau “-aken” pada kata kerja yang ditujukan kepada lawan bicara.

Penggunaan Bahasa yang Kasar atau Tidak Sopan

  • Menggunakan kata-kata kasar atau tidak sopan, seperti “bodoh” atau “jelek”.
  • Menggunakan bahasa yang terlalu santai atau akrab, seperti “gue” atau “lu”.

Penggunaan Intonasi yang Tidak Sesuai

  • Menggunakan intonasi yang terlalu tinggi atau rendah, sehingga terdengar tidak sopan atau tidak jelas.
  • Tidak memperhatikan jeda dan penekanan pada kata-kata tertentu, sehingga makna percakapan menjadi tidak jelas.

Kesalahan Tata Bahasa

  • Tidak menggunakan struktur kalimat yang benar, seperti tidak menggunakan subjek atau predikat.
  • Menggunakan kata hubung atau kata keterangan yang tidak tepat, sehingga kalimat menjadi tidak koheren.

Kesalahan Kosakata

  • Menggunakan kata-kata yang tidak baku atau tidak sesuai dengan konteks percakapan.
  • Menggunakan kata-kata yang terlalu sulit atau tidak dimengerti oleh lawan bicara.

Kesalahan Nonverbal

  • Tidak memperhatikan bahasa tubuh, seperti tidak melakukan kontak mata atau tidak duduk dengan sopan.
  • Tidak memperhatikan ekspresi wajah, seperti tidak tersenyum atau tidak menunjukkan rasa hormat.

Penutup

blank

Dengan memahami dan menggunakan percakapan krama inggil secara tepat, individu dapat menunjukkan kesopanan, rasa hormat, dan kepatuhan terhadap norma budaya Jawa. Bahasa yang sopan dan beradab tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya Jawa yang kaya.

Tanya Jawab (Q&A)

Apakah percakapan krama inggil hanya digunakan dalam situasi formal?

Tidak, percakapan krama inggil juga digunakan dalam situasi informal, seperti saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati, seperti orang tua, guru, atau atasan.

Apakah ada perbedaan antara percakapan krama inggil dan ngoko?

Ya, percakapan krama inggil menggunakan bahasa yang lebih sopan dan formal, sementara ngoko digunakan dalam situasi informal dan akrab.

Apakah sulit untuk belajar percakapan krama inggil?

Tidak terlalu sulit, tetapi membutuhkan latihan dan pemahaman tentang tingkatan bahasa dan aturan penggunaannya.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait