Sebutna Cirine Tembang Macapat

Made Santika March 13, 2024

Tembang macapat merupakan salah satu bentuk puisi tradisional Jawa yang memiliki ciri-ciri khusus dan kaya akan nilai estetika. Tembang ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jawa dan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Dalam makalah ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai ciri-ciri tembang macapat, jenis-jenisnya, struktur dan polanya, unsur-unsur estetikanya, fungsi dan maknanya, serta perkembangan dan pengaruhnya sepanjang sejarah.

Jenis-Jenis Tembang Macapat

sebutna cirine tembang macapat

Tembang macapat merupakan salah satu jenis puisi tradisional Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri. Tembang macapat memiliki beragam jenis, masing-masing dengan ciri khas dan kegunaannya masing-masing.

Macam-Macam Tembang Macapat

Berikut adalah jenis-jenis tembang macapat yang ada di Jawa:

  • Maskumambang
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Tanpa bimbingan orang tua, anak mudah tersesat di jalan.”
  • Kinanthi
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Bunga melati harum mewangi, menyejukkan hati yang lara.”
  • Pangkur
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Jalan-jalan ke kota Solo, jangan lupa beli batiknya.”
  • Dhandhanggula
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Belajarlah dengan tekun, agar cita-cita tercapai.”
  • Senggakan
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Ada gula ada semut, ada uang ada teman.”
  • Asmarandana
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Bulan purnama bersinar terang, menerangi malam yang gelap.”
  • Gambuh
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Jalan-jalan ke Surabaya, jangan lupa beli oleh-olehnya.”
  • Durma
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Belajarlah dengan rajin, agar menjadi orang yang sukses.”
  • Mijil
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Ada gula ada semut, ada uang ada teman.”
  • Pocung
    • Ciri khas: Setiap bait terdiri dari 12 suku kata, terdiri dari 4 baris.
    • Contoh: “Bulan purnama bersinar terang, menerangi malam yang gelap.”

Struktur dan Pola Tembang Macapat

Tembang macapat merupakan jenis puisi tradisional Jawa yang memiliki struktur dan pola yang khas. Struktur ini meliputi jumlah gatra, jumlah pupuh, dan aturan pengulangan bait.

Jumlah Gatra

Setiap bait tembang macapat terdiri dari sejumlah gatra (baris). Jumlah gatra pada setiap jenis tembang macapat berbeda-beda, misalnya:

Durma

4 gatra

Pangkur

5 gatra

Asmarandana

6 gatra

Jumlah Pupuh

Pupuh merupakan bagian dari tembang macapat yang terdiri dari beberapa bait. Jumlah pupuh pada setiap jenis tembang macapat juga berbeda-beda, misalnya:

Kinanthi

5 pupuh

Mijil

7 pupuh

Sinom

9 pupuh

Aturan Pengulangan Bait

Bait-bait dalam tembang macapat diulang-ulang dengan mengikuti aturan tertentu. Aturan pengulangan ini bertujuan untuk menciptakan irama dan harmoni dalam tembang. Beberapa aturan pengulangan bait yang umum digunakan adalah:

  • Pengulangan suku kata
  • Pengulangan frasa
  • Pengulangan bait dengan urutan yang sama
  • Pengulangan Suku Kata: Pengulangan suku kata tertentu dalam bait, misalnya:
    “`
    “Durmo, durmo, durmo, durmo”
    “`
  • Pengulangan Frasa: Pengulangan frasa atau kalimat tertentu dalam bait, misalnya:
    “`
    “Pandito, pandito, pandito sejati”
    “`
  • Pengulangan Bait dengan Urutan yang Sama: Pengulangan bait dengan urutan yang sama, misalnya:
    “`
    Bait 1: “Kinanthi, kinanthi, kinanthi”
    Bait 2: “Mijil, mijil, mijil”
    Bait 3: “Sinom, sinom, sinom”
    “`

Struktur dan pola tembang macapat ini memberikan ciri khas tersendiri pada jenis puisi tradisional Jawa ini. Dengan memahami struktur dan pola tersebut, kita dapat lebih mengapresiasi keindahan dan makna yang terkandung dalam tembang macapat.

Fungsi dan Makna Tembang Macapat

sebutna cirine tembang macapat

Tembang macapat memiliki fungsi dan makna yang mendalam dalam masyarakat Jawa. Sebagai salah satu bentuk seni tradisi lisan, tembang macapat digunakan dalam berbagai konteks sosial dan budaya.

Upacara Adat

Tembang macapat memainkan peran penting dalam berbagai upacara adat Jawa, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian. Setiap upacara memiliki jenis tembang macapat yang spesifik, yang dipilih sesuai dengan makna dan tujuan upacara.

Hiburan

Tembang macapat juga berfungsi sebagai hiburan. Penyajian tembang macapat dalam bentuk pertunjukan seni seringkali diiringi dengan alat musik tradisional Jawa, seperti gamelan atau kendang.

Pendidikan

Tembang macapat juga digunakan sebagai sarana pendidikan. Melalui tembang macapat, nilai-nilai luhur, ajaran moral, dan sejarah dapat disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan menarik.

Perkembangan dan Pengaruh Tembang Macapat

blank

Tembang macapat mengalami perkembangan dan pengaruh yang signifikan sepanjang sejarah. Awalnya berkembang di lingkungan istana pada masa kerajaan Hindu-Buddha, tembang macapat kemudian menyebar ke masyarakat luas dan berinteraksi dengan budaya lain, sehingga bentuk dan isinya turut mengalami perubahan.

Pengaruh Budaya Jawa Kuno

Tembang macapat terpengaruh oleh budaya Jawa kuno, khususnya dalam penggunaan bahasa Kawi dan kosakata Sanskerta. Pengaruh ini terlihat dalam penggunaan kata-kata seperti “gatra”, “padha”, dan “lagu” dalam tembang macapat. Selain itu, tembang macapat juga mengadopsi konsep “raga” dan “irama” dari musik tradisional Jawa.

Pengaruh Islam

Masuknya Islam ke Jawa membawa pengaruh pada tembang macapat. Hal ini terlihat dalam penggunaan istilah “syair” dan “bait” yang berasal dari bahasa Arab. Selain itu, tembang macapat juga mulai memasukkan unsur-unsur ajaran Islam, seperti kisah-kisah para nabi dan nilai-nilai moral.

Pengaruh Kolonial

Pada masa kolonial, tembang macapat dipengaruhi oleh budaya Eropa. Pengaruh ini terlihat dalam penggunaan alat musik Barat, seperti gitar dan biola, dalam pengiringan tembang macapat. Selain itu, tembang macapat juga mulai mengadopsi melodi dan harmoni dari musik Barat.

Pengaruh Modern

Di era modern, tembang macapat terus mengalami perkembangan. Tembang macapat mulai diadaptasi ke dalam berbagai genre musik, seperti pop, rock, dan jazz. Selain itu, tembang macapat juga mulai digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan politik.

Ringkasan Terakhir

sebutna cirine tembang macapat

Tembang macapat tidak hanya sekadar karya sastra, tetapi juga merupakan cerminan budaya dan nilai-nilai masyarakat Jawa. Tembang ini telah melalui perjalanan panjang dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, sehingga tetap relevan dan dicintai oleh masyarakat Jawa hingga saat ini.

Jawaban yang Berguna

Apa saja ciri-ciri umum tembang macapat?

Ciri-ciri umum tembang macapat antara lain: jumlah baris, jumlah suku kata, rima, dan penggunaan bahasa Jawa.

Sebutkan beberapa jenis tembang macapat.

Jenis-jenis tembang macapat antara lain: Maskumambang, Kinanthi, Pangkur, Asmarandana, dan Durma.

Apa fungsi tembang macapat dalam masyarakat Jawa?

Tembang macapat memiliki berbagai fungsi, antara lain: sebagai media hiburan, upacara adat, dan pendidikan.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait