Sing Endhek Didhudhuk Sing Dhuwur Diurug

Made Santika March 20, 2024

Dalam khazanah kebijaksanaan Jawa, terdapat sebuah peribahasa yang sarat makna: “Sing endhek didhudhuk, sing dhuwur diurug”. Peribahasa ini menyiratkan suatu ajaran kesetaraan, di mana yang rendah hendaknya ditinggikan dan yang tinggi diturunkan, sehingga tercipta keseimbangan dan harmoni sosial.

Makna filosofis peribahasa ini mengakar pada prinsip keadilan dan kebersamaan. Masyarakat yang adil adalah masyarakat yang memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anggotanya, tanpa memandang status atau kedudukan. Dengan mengangkat yang rendah dan menurunkan yang tinggi, kesenjangan sosial dapat dipersempit dan terciptalah tatanan masyarakat yang harmonis.

Arti Peribahasa “Sing Endhek Didhudhuk, Sing Dhuwur Diurug”

sing endhek didhudhuk sing dhuwur diurug

Peribahasa “Sing Endhek Didhudhuk, Sing Dhuwur Diurug” secara harafiah berarti “yang pendek didorong, yang tinggi diurug”. Makna filosofisnya adalah bahwa dalam kehidupan, orang-orang yang rendah hati dan sederhana cenderung mendapat perlakuan yang lebih baik dibandingkan mereka yang sombong dan angkuh.

Makna Filosofis

Peribahasa ini mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan dan kerendahan hati. Orang yang rendah hati tidak akan menyombongkan kelebihannya, sehingga tidak menimbulkan rasa iri atau permusuhan dari orang lain. Sebaliknya, orang yang sombong cenderung dipandang negatif dan seringkali mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.

Selain itu, peribahasa ini juga menunjukkan bahwa kehidupan itu tidak selalu adil. Orang yang berbuat baik belum tentu mendapat balasan yang baik, sementara orang yang berbuat jahat belum tentu mendapat hukuman. Namun, peribahasa ini mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dan melakukan yang terbaik, karena pada akhirnya kebaikan akan dihargai dan kejahatan akan dihukum.

Contoh Penerapan Peribahasa

Peribahasa adalah ungkapan tradisional yang mengandung nasihat, pengalaman, dan kebijaksanaan. Dalam kehidupan sehari-hari, peribahasa sering diterapkan untuk memberikan arahan, peringatan, atau motivasi.

Contoh Nyata Penerapan Peribahasa

Tabel berikut menyajikan contoh penerapan peribahasa dalam kehidupan nyata, dengan mempertimbangkan situasi, tindakan yang diambil, dampak yang dihasilkan, dan relevansi dengan peribahasa yang digunakan:

Situasi Tindakan Dampak Relevansi dengan Peribahasa
Seorang siswa menghadapi kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Siswa tersebut terus belajar dan meminta bantuan guru. Siswa tersebut akhirnya memahami materi pelajaran dengan baik. “Belajar itu seperti mengayuh sepeda, semakin sering dilakukan semakin mahir.”
Seorang karyawan baru membuat kesalahan dalam mengerjakan tugas. Karyawan tersebut mengakui kesalahannya dan mencari cara untuk memperbaikinya. Karyawan tersebut mendapat kepercayaan dari atasan dan rekan kerja. “Kesalahan adalah guru terbaik.”
Sebuah tim sepak bola kalah dalam pertandingan penting. Tim tersebut menganalisis kesalahan dan berlatih lebih keras. Tim tersebut memenangkan pertandingan berikutnya dengan selisih yang besar. “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.”
Seorang pengusaha menghadapi krisis keuangan. Pengusaha tersebut tetap tenang dan mencari solusi kreatif. Pengusaha tersebut berhasil mengatasi krisis dan mengembangkan bisnisnya. “Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.”

Cara Menerapkan Peribahasa dalam Kehidupan

sing endhek didhudhuk sing dhuwur diurug

Peribahasa merupakan ungkapan bijak yang sarat makna dan mengajarkan nilai-nilai luhur. Untuk memperoleh manfaat dari peribahasa, penting untuk menerapkan ajarannya dalam kehidupan pribadi dan sosial. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:

Langkah-Langkah Penerapan Peribahasa

  1. Identifikasi Peribahasa yang Relevan: Kenali peribahasa yang sesuai dengan situasi dan nilai-nilai yang ingin diterapkan.
  2. Pahami Makna dan Pelajaran: Pelajari makna dan pelajaran yang terkandung dalam peribahasa yang dipilih.
  3. Refleksikan Pengalaman Pribadi: Hubungkan makna peribahasa dengan pengalaman pribadi untuk memperkuat pemahaman dan penerapannya.
  4. Terapkan dalam Tindakan: Terapkan ajaran peribahasa dalam tindakan sehari-hari, baik dalam interaksi pribadi maupun sosial.
  5. Evaluasi dan Perbaiki: Evaluasi penerapan peribahasa dan lakukan penyesuaian jika diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, individu dapat memanfaatkan kebijaksanaan yang terkandung dalam peribahasa untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bernilai.

Pengaruh Peribahasa dalam Budaya Indonesia

sing endhek didhudhuk sing dhuwur diurug

Peribahasa memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai dan perilaku masyarakat Indonesia. Ungkapan-ungkapan bijak ini telah diwariskan dari generasi ke generasi, mencerminkan pandangan hidup dan kearifan lokal.

Nilai-Nilai Sosial

  • Gotong royong: “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda tetapi tetap satu)
  • Kesederhanaan: “Sedikit bicara, banyak bekerja”
  • Kehormatan: “Malu bertanya sesat di jalan”

Ekspresi Sastra dan Seni

Peribahasa banyak digunakan dalam karya sastra, film, dan seni lainnya untuk menyampaikan pesan dan menguatkan karakter. Misalnya, dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, peribahasa “Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah” digunakan untuk menggambarkan sifat dermawan tokoh utama.

Pengaruh pada Bahasa Sehari-hari

Peribahasa telah menjadi bagian integral dari bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia. Ungkapan seperti “Sudah jatuh tertimpa tangga” atau “Ada udang di balik batu” sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau menggambarkan situasi tertentu.

Pelestarian Budaya

Pelestarian peribahasa sangat penting untuk menjaga warisan budaya Indonesia. Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui pendidikan, penggunaan dalam media, dan penerbitan buku-buku kompilasi peribahasa.

Peribahasa Serupa di Budaya Lain

Banyak peribahasa yang memiliki makna atau ajaran serupa di berbagai budaya. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman dan nilai-nilai dasar manusia bersifat universal.

Berikut adalah beberapa contoh peribahasa serupa di budaya lain:

Kesatuan dan Kerja Sama

  • “Tongkat yang disatukan tak akan bisa dipatahkan” (Indonesia)
  • “Kekuatan ada dalam persatuan” (Inggris)
  • “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” (Malaysia)

Ketekunan dan Kegigihan

  • “Air yang menetes terus-menerus akan mengikis batu” (Indonesia)
  • “Kesabaran adalah kunci sukses” (Inggris)
  • “Jalan seribu mil dimulai dengan satu langkah” (Cina)

Kesederhanaan dan Kerendahan Hati

  • “Tong kosong berbunyi nyaring” (Indonesia)
  • “Orang yang rendah hati akan diangkat” (Inggris)
  • “Pohon yang tinggi akan tertiup angin kencang” (Jepang)

Kebaikan dan Amal

  • “Berbuat baiklah kepada orang lain, maka kebaikan akan kembali kepadamu” (Indonesia)
  • “Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan” (Inggris)
  • “Sedekah itu menghapus dosa” (Arab)

Adaptasi Peribahasa dalam Konteks Modern

sing endhek didhudhuk sing dhuwur diurug

Peribahasa adalah ungkapan bijak yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, beberapa peribahasa mungkin perlu diadaptasi agar tetap relevan dan bermakna dalam konteks kehidupan modern.

Salah satu cara mengadaptasi peribahasa adalah dengan memodifikasi kata-kata atau frasa tertentu. Misalnya, peribahasa “Tak ada rotan, akar pun jadi” dapat diadaptasi menjadi “Tak ada laptop, ponsel pun jadi” untuk menggambarkan ketergantungan pada teknologi di era digital.

Ilustrasi Adaptasi Peribahasa

Perhatikan ilustrasi berikut yang menunjukkan bagaimana peribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” dapat diadaptasi dalam konteks modern:

Ilustrasi adaptasi peribahasa

Dalam ilustrasi tersebut, peribahasa diadaptasi menjadi “Berselancar di dunia maya, bernavigasi di dunia nyata.” Ini menggambarkan bahwa keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh secara online harus dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh Adaptasi Peribahasa

  • “Ada gula, ada semut” menjadi “Ada internet, ada troll”
  • “Air tenang menghanyutkan” menjadi “Media sosial tenang menyimpan bahaya”
  • “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” menjadi “Berselancar di dunia maya, bernavigasi di dunia nyata”
  • “Tak ada rotan, akar pun jadi” menjadi “Tak ada laptop, ponsel pun jadi”
  • “Jauh panggang dari api” menjadi “Jauh harapan dari kenyataan”

Simpulan Akhir

Peribahasa “Sing endhek didhudhuk, sing dhuwur diurug” tidak hanya sekadar pepatah, tetapi juga sebuah ajaran luhur yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan menjunjung tinggi nilai kesetaraan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan sejahtera.

Sudut Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa tujuan utama dari peribahasa “Sing endhek didhudhuk, sing dhuwur diurug”?

Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis dengan mengurangi kesenjangan sosial.

Bagaimana peribahasa ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang, membantu yang kurang mampu, dan tidak bersikap diskriminatif.

Apa dampak positif dari penerapan peribahasa ini?

Masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan sejahtera.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait