Tinggal Glanggang Colong Playu Tegese

Made Santika March 19, 2024

Dalam khazanah bahasa Jawa, terdapat ungkapan unik dan sarat makna yang telah mengakar dalam budaya masyarakat, yaitu “tinggal glanggang colong playu”. Ungkapan ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, merefleksikan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut masyarakat Jawa.

Secara harfiah, “tinggal glanggang colong playu” dapat diartikan sebagai ‘meninggalkan gelanggang dan mencuri ikan gabus’. Namun, makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih dalam, menyiratkan pesan moral yang penting untuk dipahami.

Arti dan Makna

Ungkapan “tinggal glanggang colong playu” merupakan peribahasa Jawa yang memiliki arti harfiah “hanya tinggal arena untuk mencuri ikan gabus”. Namun, secara kiasan, ungkapan ini memiliki makna yang lebih dalam.

Ungkapan ini menggambarkan situasi di mana seseorang hanya tinggal menunggu keuntungan atau kesempatan yang datang dengan mudah tanpa perlu berusaha keras. Orang tersebut hanya bersikap pasif dan berharap keberuntungan akan datang menghampirinya.

Contoh Penggunaan

Berikut contoh penggunaan ungkapan “tinggal glanggang colong playu” dalam sebuah kalimat:

Dia tidak pernah berusaha mencari pekerjaan, hanya tinggal glanggang colong playu, berharap ada orang yang mau memberinya uang.

Asal-usul dan Sejarah

Ungkapan “tinggal glanggang colong playu” merupakan peribahasa Jawa yang bermakna “mencari keuntungan dengan cara yang tidak halal”. Asal-usul ungkapan ini berasal dari praktik pencurian padi di masa lampau.

Pengaruh Budaya dan Sosial

  • Kemiskinan dan Kesenjangan: Kemiskinan dan kesenjangan sosial di pedesaan Jawa mendorong sebagian orang untuk mencari jalan pintas mendapatkan penghasilan.
  • Tradisi Merampok: Masyarakat Jawa memiliki tradisi merampok yang kuat, terutama pada masa penjajahan. Hal ini memengaruhi pandangan masyarakat terhadap tindakan pencurian.
  • Nilai-Nilai Sosial: Masyarakat Jawa memiliki nilai-nilai sosial yang kuat, seperti gotong royong dan kekeluargaan. Namun, dalam konteks kemiskinan, nilai-nilai ini terkadang diabaikan demi kepentingan pribadi.

Makna Tersirat dan Implikasi

tinggal glanggang colong playu tegese

Ungkapan “tinggal glanggang colong playu” mengandung makna tersirat dan implikasi yang mendalam. Makna tersebut merefleksikan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat yang mengedepankan kejujuran, kerja keras, dan integritas.

Implikasi Kejujuran

Ungkapan ini menyiratkan pentingnya kejujuran dalam kehidupan. “Glanggang” merujuk pada tempat bertarung, sementara “colong playu” berarti mencuri dengan diam-diam. Dengan demikian, “tinggal glanggang colong playu” menggambarkan seseorang yang berjuang untuk mencapai tujuan dengan cara yang tidak terhormat dan tidak jujur.

Implikasi Kerja Keras

Selain kejujuran, ungkapan ini juga menekankan nilai kerja keras. “Glanggang” juga dapat diartikan sebagai tempat kerja, sedangkan “colong playu” menunjukkan kemalasan dan kecurangan. Dengan demikian, “tinggal glanggang colong playu” menyiratkan bahwa seseorang yang tidak mau bekerja keras dan mencari jalan pintas tidak akan mencapai kesuksesan sejati.

Implikasi Integritas

Terakhir, ungkapan ini juga mencerminkan nilai integritas. “Colong playu” mengacu pada tindakan yang melanggar prinsip moral. Dengan demikian, “tinggal glanggang colong playu” menunjukkan seseorang yang tidak memiliki integritas dan tidak berpegang teguh pada nilai-nilai etika.

Penggunaan dalam Bahasa dan Sastra

Ungkapan “tinggal glanggang colong playu” memiliki peran penting dalam bahasa dan sastra Indonesia. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang atau kelompok yang lebih kuat atau berkuasa mengambil alih kekuasaan atau posisi dari yang lebih lemah.

Contoh Penggunaan

Dalam karya sastra “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari, ungkapan “tinggal glanggang colong playu” digunakan untuk menggambarkan pengambilalihan kekuasaan desa oleh Rasus, seorang tokoh yang kaya dan berpengaruh. Rasus menggunakan kekuasaannya untuk memanipulasi warga desa dan mengambil keuntungan dari mereka.Selain

itu, dalam novel “Burung-Burung Manyar” karya Pramoedya Ananta Toer, ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan pengambilalihan kekuasaan Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda. Belanda datang ke Indonesia dengan kedok perdagangan, tetapi akhirnya menggunakan kekuatan militer untuk menjajah dan menguasai negara.

Peran dan Fungsi

Penggunaan ungkapan “tinggal glanggang colong playu” dalam karya sastra memiliki peran dan fungsi yang beragam. Pertama, ungkapan ini membantu pembaca memahami dinamika kekuasaan dan eksploitasi. Ungkapan ini menunjukkan bagaimana yang kuat dapat mengambil keuntungan dari yang lemah dan menindas mereka.Kedua,

ungkapan ini juga berfungsi sebagai kritik sosial. Ungkapan ini mengkritik ketidakadilan dan penindasan yang terjadi dalam masyarakat. Penulis menggunakan ungkapan ini untuk mengekspos masalah-masalah sosial dan mengajak pembaca untuk merenungkannya.Ketiga, ungkapan “tinggal glanggang colong playu” menambah kekayaan bahasa dan sastra Indonesia.

Ungkapan ini merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia dan mencerminkan nilai-nilai dan pandangan hidup masyarakat Indonesia.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

colong playu beritalima madiun bupati tinggal terkait betis jawa timur pagar

Ungkapan “tinggal glanggang colong playu” dapat diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Ungkapan ini menggambarkan sikap seseorang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab dan selalu berusaha mengambil keuntungan dari orang lain.

Situasi yang Relevan

  • Seseorang yang selalu menghindari tugas atau kewajibannya dan membiarkan orang lain yang mengerjakannya.
  • Seseorang yang memanfaatkan kelemahan orang lain untuk keuntungan pribadi.
  • Seseorang yang tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya dan menyalahkan orang lain.
  • Seseorang yang selalu mencari jalan pintas dan tidak mau berusaha dengan jujur.

Terakhir

Ungkapan “tinggal glanggang colong playu” menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya menjaga integritas dan kejujuran dalam setiap aspek kehidupan. Dengan memahami makna dan implikasinya, kita dapat mengaplikasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan masyarakat yang harmonis dan bermoral.

Sudut Pertanyaan Umum (FAQ)

Apa perbedaan antara “tinggal glanggang” dan “colong playu”?

“Tinggal glanggang” berarti meninggalkan tempat yang menjadi tanggung jawab, sedangkan “colong playu” merujuk pada tindakan mencuri diam-diam.

Dalam situasi apa ungkapan “tinggal glanggang colong playu” sering digunakan?

Ungkapan ini biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak bertanggung jawab, tidak menepati janji, atau melakukan tindakan curang.

Bagaimana ungkapan ini mencerminkan nilai-nilai masyarakat Jawa?

Ungkapan ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi kejujuran, integritas, dan tanggung jawab.

blank

Made Santika

Berbagi banyak hal terkait teknologi termasuk Internet, App & Website.

Leave a Comment

Artikel Terkait