Dalam bahasa Jawa, kata “urung” memiliki makna yang luas dan digunakan dalam berbagai konteks. Kata ini menggambarkan tindakan atau kejadian yang tidak terjadi karena suatu alasan.
Penggunaan kata “urung” dalam bahasa Jawa dapat menunjukkan pembatalan, penundaan, atau kegagalan. Kata ini sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan kecewa atau penyesalan karena sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana.
Arti Kata “Urung” dalam Bahasa Jawa
Dalam bahasa Jawa, “urung” memiliki arti “batal” atau “tidak jadi”. Kata ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun informal.
Contoh Penggunaan Kata “Urung” dalam Kalimat
- “Aku urung pergi ke pasar karena hujan deras.”
- “Rencananya kami akan pergi piknik, tetapi urung karena cuaca buruk.”
- “Ibu sudah menyiapkan makan siang, tapi aku urung memakannya karena tidak enak badan.”
Sinonim dan Antonim Kata “Urung”
Kata “urung” memiliki beberapa sinonim dan antonim. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti yang sama atau mirip, sedangkan antonim adalah kata-kata yang memiliki arti yang berlawanan.
Sinonim Kata “Urung”
- Batal
- Gagal
- Tidak jadi
- Tertunda
- Terhambat
Antonim Kata “Urung”
- Terlaksana
- Berhasil
- Jadi
- Berlangsung
- Lancar
Penggunaan Kata “Urung” dalam Kehidupan Sehari-hari
Kata “urung” dalam bahasa Indonesia memiliki arti “tidak jadi”. Kata ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk mengungkapkan situasi di mana seseorang membatalkan niatnya atau tidak jadi melakukan sesuatu yang telah direncanakan.
Berikut adalah beberapa contoh situasi di mana kata “urung” dapat digunakan:
- Rencana pergi ke bioskop urung karena hujan deras.
- Ujian yang seharusnya dilaksanakan besok urung dilakukan karena adanya kendala teknis.
- Saya urung membeli baju itu karena harganya terlalu mahal.
Selain dalam percakapan sehari-hari, kata “urung” juga dapat ditemukan dalam karya sastra, berita, dan dokumen resmi. Penggunaan kata “urung” dalam konteks yang berbeda dapat dilihat dalam daftar kalimat berikut:
- “Rapat yang dijadwalkan hari ini urung dilaksanakan karena quorum belum terpenuhi.”
- “Akibat cuaca buruk, pesawat yang seharusnya mendarat pada pukul 10.00 WIB urung mendarat dan dialihkan ke bandara terdekat.”
- “Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM urung dilakukan karena mendapat penolakan dari masyarakat.”
Peribahasa atau Ungkapan yang Mengandung Kata “Urung”
Dalam bahasa Jawa, terdapat beberapa peribahasa atau ungkapan yang mengandung kata “urung”. Ungkapan-ungkapan ini memiliki makna dan arti yang berbeda-beda, berikut penjelasannya:
Urung-urungane
Peribahasa ini berarti “akhirnya”. Digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang terjadi setelah melalui proses yang panjang atau banyak rintangan.
Urung-urung weteng
Peribahasa ini berarti “tidak jadi hamil”. Digunakan untuk mengungkapkan kekecewaan atau penyesalan karena sesuatu yang diharapkan tidak terwujud.
Urung-urung kepenak
Peribahasa ini berarti “tidak jadi merasa senang”. Digunakan untuk mengungkapkan rasa kecewa atau kekecewaan karena sesuatu yang diharapkan tidak tercapai.
Urung-urung gede
Peribahasa ini berarti “tidak jadi besar”. Digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang diharapkan besar atau sukses, tetapi pada akhirnya tidak terwujud.
Contoh Penggunaan Kata “Urung” dalam Sastra Jawa
Kata “urung” dalam sastra Jawa memiliki makna yang luas, mencakup arti gagal, batal, atau tidak tercapai. Penggunaan kata ini sering ditemukan dalam berbagai karya sastra Jawa, baik dalam bentuk prosa maupun puisi.
Dalam Prosa
Dalam prosa Jawa, kata “urung” biasanya digunakan untuk menggambarkan situasi atau peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan atau rencana awal. Sebagai contoh, dalam Serat Centhini, karya sastra Jawa abad ke-18, terdapat kalimat yang berbunyi:
“Yen tan urung sarawuh, sira tinampen dening Sinuwun.”
Yang artinya:
“Jika tidak batal datang, Anda akan diterima oleh Paduka.”
Dalam kutipan ini, kata “urung” menunjukkan kemungkinan bahwa seseorang tidak jadi datang ke suatu acara atau pertemuan.
Dalam Puisi
Selain dalam prosa, kata “urung” juga banyak ditemukan dalam puisi Jawa. Dalam konteks puisi, kata ini sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan penyesalan atau kekecewaan. Sebagai contoh, dalam Geguritan Sukasastra, karya sastra Jawa abad ke-19, terdapat bait yang berbunyi:
“Urung karya tan katon hasil,Adoh rasa sedih prihatin.”
Yang artinya:
“Pekerjaan belum tampak hasilnya,Rasa sedih dan prihatin sangat mendalam.”
Dalam bait puisi ini, kata “urung” menggambarkan perasaan kecewa karena pekerjaan yang belum selesai atau hasil yang belum terlihat.Penggunaan kata “urung” dalam sastra Jawa sangat bervariasi, tergantung pada konteks dan genre karya sastra. Namun, secara umum, kata ini digunakan untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan atau rencana awal, baik dalam bentuk prosa maupun puisi.
Penjelasan Etimologi Kata “Urung”
Kata “urung” dalam bahasa Jawa berasal dari akar kata “urung” dalam bahasa Sanskerta yang berarti “terhalang” atau “terhambat”. Kata ini masuk ke dalam bahasa Jawa melalui bahasa Kawi, yang merupakan bahasa Jawa Kuno yang digunakan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa.
Perkembangan Penggunaan Kata “Urung”
Dalam bahasa Jawa, kata “urung” memiliki beberapa perkembangan penggunaan. Pada awalnya, kata ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang terhalang atau tidak dapat dilakukan. Seiring waktu, kata “urung” juga digunakan untuk menyatakan sesuatu yang dibatalkan atau tidak jadi dilakukan.
Selain itu, kata “urung” juga digunakan dalam beberapa ungkapan atau peribahasa Jawa, seperti “urung bathi” yang berarti “tidak mendapat hasil yang diharapkan” dan “urung-urung” yang berarti “dengan sia-sia”.
Akhir Kata
Dengan demikian, kata “urung” dalam bahasa Jawa berfungsi sebagai penanda penting yang mengungkapkan berbagai aspek kehidupan dan interaksi sosial. Maknanya yang beragam mencerminkan kekayaan dan kerumitan bahasa Jawa.
Bagian Pertanyaan Umum (FAQ)
Apa saja sinonim dari kata “urung” dalam bahasa Jawa?
Gagal, batal, ora jadi
Sebutkan antonim dari kata “urung” dalam bahasa Jawa!
Jadi, kelakon